Saturday, 9 January 2010

KREATIVITAS DAN DUNIA ANAK

Kreativitas didefinisikan dan dimaknai dengan berbagai sudut pandang. Secara bahasa, Michaelis (1980) mengartikan kreativitas sebagai sesuatu yang baru atau original. Michaelis menambahkan bahwa sekaitan dengan dunia anak, hal yang baru atau original tersebut mengandung makna interpretasi. Jadi baru di sini adalah sesuatu sebagai hasil dari hubungan sintesis ide-ide original yang sudah ada, hipotesis yang baru atau cara baru dalam melakukan sesuatu.hubungan dari sintesis dan ekspresi. Jadi baru bukan benar-benar baru tapi merupakan hasil dari kemampuan dalam menyusun kembali sesuatu yang telah ada untuk tujuan tertentu. Seperti yang dinyatakan Lowenfield (1956):

This ability to rearrange and redefine materials for new purposes is an important aspect of any creative process. In fact, it is the nature of experimentation with materials to use them in an new way or rearrange them in new combination.

Jadi, ketika kita berbicara kreativitas dan anak, maka kita berbicara bagaimana memberikan materi-materi pengetahuan pada anak sehingga input pengetahuannya banyak dan akhirnya dia bisa mensintesis dari pengetahuan-pengetahuan tersebut hal-hal yang baru atau orisinil. Tapi pentu saja selain input berbagai pengetahuan yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan kesempatan pada anak untuk melahiran hal yang orisinil tersebut.

Kreativitas menyangkut berbagai segi. Ditinjau dari segi kepribadian, kreativitas merujuk pada potensi atau daya kreatif yang ada pada setiap pribadi, anak maupun orang dewasa. Pada dasarnya, setiap orang memiliki bakat kreatif dengan derajat dan bidang yang berbeda-beda. Kita perlu mengenal bakat kreatif pada anak untuk dapat mengembangkan kreativitas anak. Setelah itu, kita pun harus menghargainya dan memberi kesempatan serta dorongan untuk mewujudkannya.

Jika ditinjau sebagai suatu proses, kreativitas dapat dinyatakan sebagai suatu bentuk pemikiran dimana individu berusaha menemukan hubungan-hubungan yang baru untuk mendapatkan jawaban, metode atau cara-cara baru dalam menghadapi suatu masalah. Pada anak yang masih dalam proses pertumbuhan, kreativitas hendaknya mendapat perhatian dalam hal proses, bukan produk dari kreativitas itu sendiri.

Ada 3 ciri dominan anak kreatif, yakni spontan, memiliki rasa ingin tahu dan tertarik pada hal-hal yang baru. Ketiga ciri-ciri tersebut terdapat pada diri anak, artinya pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan dasar kreativitas sejak dini. Pada usia selanjutnya kreativitas anak dapat berkembang optimal atau dapat tertekan atau terhambat tergantung berbagai hal, seperti gizi, kesehatan, pengasuhan, serta lingkungan sekitar. Kewajiban orang tua sebenarnya adalah mempertahankan agar anak tetap kreatif

Orang kreatif menyukai tantangan dan yakin bahwa setiap permasalahan memiliki solusi. Orang kreatif juga sudah biasa terbuka terhadap ide baru dan berani mengambil resiko atas ide barunya tersebut meskipun tidak mendapat respon dari lingkungannya. Ciri-ciri orang kreatif antara lain:

1. Ia bisa memberi banyak jawaban terhadap suatu pertanyaan yang Anda berikan.
2. Ia mampu memberi jawaban bervariasi, dapat melihat suatu masalah dalam berbagai sudut pandang.
3. Ia dapat memberi jawaban-jawaban yang jarang diberikan anak lain. Jawaban baru biasanya tidak lazim atau kadang tak terpikirkan orang lain.
4. Ia mampu menggabungkan atau memberi gagasan-gagasan atas jawaban yang dikemukakan, sehingga ia mampu untuk mengembangkan, memperkaya jawabannya dengan memperinci sampai hal-hal kecil sebagaimana aslinya.

Agar kreativitas dapat berkembang, diperlukan dorongan atau pendorong dari dalam sendiri dan dari luar. Pendorong yang datangnya dari diri sendiri, berupa hasrat dan motivasi yang kuat untuk berkreasi, sedangkan yang dari luar misalnya keluarga, sekolah dan lingkungan.

Dalam lingkungan keluarga, pendidikan orang tua terhadap anak akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kreativitas anak. Anak yang memiliki bakat tertentu, jika tidak diberikan rangsangan-rangsangan atau motivasi dari orang tua dan lingkungannya, tidak akan mampu memelihara, apalagi mengembangkan bakatnya.

Keluarga adalah lingkungan yang paling banyak mempengaruhi kondisi psikologis dan spiritual anak. Di Jepang, misalnya, karena Jepang sangat memperhatikan pengembangan kreativitas anak melalui kebebasan dan pemupukan kepercayaan diri, kebangkitan kreativitas anak-anak di Jepang mengungguli anak-anak di Amerika dan Eropa (Awwad, 1995). Tapi kondisi tersebut sangat berbeda di Indonesia. Suatu penelitian di Jakarta tentang sikap orang tua dalam pendidikan anak menyimpulkan bahwa orang tua kurang menghargai perkembangan dari ciri-ciri inisiatif, kemandirian dan kebebasan yang erat hubungannya dengan pengembangan kreativitas dan lebih mementingakan ciri-ciri kerajinan, disiplin dan kepatuhan.

Setelah keluarga, lingkungan selanjutnya yang bisa mempengaruhi kreativitas anak adalah sekolah. Menurut pengamat pendidikan Islam Drs. Asep Sujana, anak-anak di masa sekolahnya dulu sudah dikondisikan untuk mengeluarkan daya kreativitasnya seperti melalui mata pelajaran prakarya atau hastakarya dengan membuat beberapa perhiasan, barang cendera mata, atau peralatan rumah tangga dari barang-barang yang ada di lingkungan rumah dan sekolah. Tapi sekarang situasi di sekolah tidak memunginkan anak untuk kreatif. Berdasarkan sebuah penelitian, di sekolah ditemukan kurang lebih 40 % anak berbakat tidak mampu berprestasi setara dengan kapasitas yang sebenarnya dimiliki (Achir,1990). Akibatnya, sekalipun berkemampuan tinggi, banyak anak berbakat tergolong kurang berprestasi.

Endah Silawati

http://parentingislami.wordpress.com

No comments:

PG/ TK ISLAM SMART BEE - Children Education

My photo
Based on Islamic system. We commit to be partner for parents to provide educated play ground for their beloved children. Contact us: Jl.Danau Maninjau Raya No.221, Ph 62-21-7712280/99484811 cp. SARI DEWI NURPRATIWI, S.Pd