Anak usia balita sering berkata "tidak" sebagai jawaban atas larangan maupun perintah orangtuanya. Mengapa? Sebagai orangtua mungkin pernah punya pengalaman sama. Si kecil menolak perintah atau larangan Anda, dan bahkan berteriak-teriak, "Tidak! Tidak!" sambil menghentakkan tangan dan kakinya sebagai tanda protes. Si kecil yang waktu bayi tampak penurut, kini berubah suka membangkang. Anda tak dapat menghindarinya.
Meski kata "tidak" mungkin bukan merupakan kata pertama yang ia ucapkan, tapi bagi kebanyakan anak usia ini, dengan segera kata "tidak" menjadi kata favorit yang paling sering diucapkan. Sebab, ia cenderung lebih sering mendengar kata "tidak" dari Anda, terutama ketika Anda tak setuju dengan perilakunya. "Tidak, kamu harus pulang sekarang!" ketika ia menolak diajak pulang saat bermain di rumah temannya. Atau, "Tidak, kamu tak boleh menyentuh itu!" saat tangannya diulurkan ke arah kompor. Begitu pun waktu ia mencoba naik ke atas meja, "Tidak, nanti jatuh!" atau "Tidak, nanti pecah!" saat ia memegang gelas kaca.
Selain itu, "hobi"nya berkata "tidak" juga disebabkan ia ingin menunjukkan siapa dirinya. Ingat, di usia ini ia mulai mengembangkan kemandiriannya. Dengan berkata "tidak" secara terus-menerus dan berulang-ulang, menurut Eisenberg, Murkoff & Hathaway dalam buku What to Expect The Toddler Years, akan memunculkan kesadarannya bahwa ia sekarang menjadi pribadi yang terpisah dari ayah-ibu. Kata "tidak" menjadi deklarasinya untuk menunjukkan kemandiriannya, dengan mengetes otoritas Anda dan otonominya. Ia akan berkata "tidak" pada perintah Anda, larangan dan batasan yang Anda berikan, serta terhadap apa pun. Yang menggelikan, kadang-kadang ia pun berkata "tidak" pada keinginan-keinginannya sendiri. Seolah-olah kata "tidak" meluncur secara otomatis dari mulutnya.
Suka membangkang
Anda bukan satu-satunya orang yang akan diberinya kata "tidak". Babysitter, pembantu, kakek-nenek, tante dan paman, bahkan teman bermainnya, juga akan disemburinya dengan kata itu. Dalam upaya melindungi kebenarannya sebagai pribadi terpisah, ia tiba-tiba bisa menjadi posesif terhadap miliknya. Jika ada orang yang dirasanya mengancam dirinya dan miliknya, tanpa ragu-ragu ia akan berkata "tidak".
Tapi Anda tak usah cemas. Menurut ahli, respon negatif (sikap menolak) si kecil, bukan merupakan refleksi Anda sebagai orangtua maupun anak sebagai pribadi. Usahanya menentang otoritas Anda, 100 persen sehat dan normal. Lebih dari itu, Anda dapat mengetahui perkembangan inteligensi anak Anda. Sebab, seperti dikatakan psikolog Retno Pudjiati Azhar, respon negatif yang ditunjukkan anak, berkaitan dengan perkembangan inteligensinya. Dengan ia menolak, Anda jadi tahu bahwa kemampuan analisanya mulai berkembang. "Justru bila anak nggak pernah membangkang, selalu patuh, penurut, kalem, kita harus curiga, ada apa ini?" kata staf pengajar di Fakultas Psikologi UI ini.
Tapi tak berarti Anda boleh mengabaikan respon negatifnya. Ia harus belajar mengendalikan dirinya agar ia dapat bersosialisasi dengan baik. "Orangtua harus mulai menanamkan nilai-nilai moral. Sebab, salah satu aspek pokok yang harus dikembangkan anak usia ini ialah perkembangan moral. Tentunya di usia ini nilai-nilai moral yang ditanamkan masih terbatas pada pengenalan baik dan buruk," kata Retno. Dengan Anda berkata "tidak", lanjut Retno, anak jadi tahu apa yang boleh dan tak boleh dilakukannya. Tapi, lanjutnya, "Jangan keseringan mengatakan 'tidak' karena dapat berdampak buruk terhadap tumbuh-kembang anak." Antara lain, si kecil jadi tak percaya diri, ragu-ragu, selalu akan minta dukungan orang lain untuk melakukan sesuatu. Jadi?
Bijaksana
Katakan "tidak" hanya untuk alasan tepat. Misal, saat ia minta ayunan sementara rumah Anda tak punya halaman. Atau di toko ia merengek minta dibelikan mainan yang sebetulnya sudah ia miliki. Juga bila ia ingin nonton teve seharian. Begitu pula untuk hal-hal yang berbahaya baginya dan orang lain. Misal, ia ingin memanjat pohon, naik ke atas meja, atau memukul temannya. Anda pun jangan buru-buru bilang "tidak" sebelum yakin terhadap apa yang akan ia lakukan. Sekalipun ia jelas-jelas menuju meja, tunggu sampai ia mengambil ancang-ancang untuk naik. Jika belum-belum Anda sudah berseru, "Jangan naik ke meja!" padahal mungkin sebenarnya ia tak bermaksud begitu, mungkin ia malah sengaja melakukannya.
Tapi jangan berkata "tidak" lalu selesai. Ia perlu diberi penjelasan "mengapa tidak". Meski ia tak selalu mampu mengerti atau menerima penjelasan Anda, pada akhirnya ia akan mengerti juga, kok. Karena itu, penjelasan Anda harus sederhana dan disesuaikan tingkat pemahamannya. Misal, "Kamu tidak boleh naik ke atas meja, karena kamu bisa jatuh dan terluka." atau, "Kamu tidak boleh memukul temanmu, karena pukulan membuat sakit."
Jika ia minta dibelikan sesuatu dan Anda tak punya cukup uang, jangan beri ia penjelasan dengan merinci keuangan Anda, karena hanya akan membuatnya bingung. Daripada mengatakan, "Mobil-mobilan itu harganya mahal. Ayah tahu kamu akan senang sekali jika bisa memilikinya, tapi kebutuhan kita masih banyak. Kita tak bisa menggunakan semua uang untuk membeli mainan, karena kita juga perlu uang untuk membeli makanan dan pakaian," lebih baik katakan, "Ayah tak punya cukup uang untuk membeli mobil-mobilan itu."
Rumah Harus Aman
Menjaga keamanan di rumah juga akan menolong Anda mengurangi berkata "tidak".Ingat, anak usia ini sedang sibuk mengeksplorasi dunianya dan mempelajari keterampilan-keterampilan baru untuk mengerti bahwa ia bisa dan tak bisa. Jadi, buatlah rumah Anda aman untuknya dan ia pun aman berada di rumah.
Pasang steker listrik di tempat yang jauh dari jangkauan anak atau beri penutup jika posisinya sudah terlanjur di bawah. Halangi jalan naik ke tangga atau jalan masuk ke kolam renang dengan membuatkan pintu pengaman. Beri pagar di sekeliling kolam ikan. Simpan benda-benda tajam, obat-obatan dan bahan kimia pembersih di tempat tertutup dan tak mudah dijangkau anak. Jauhkan segala sesuatu yang bisa ditarik dan dijatuhkan seperti taplak meja berjuntai dan benda-benda pajangan. Jauhkan barang-barang yang bisa diangkat atau mudah didorong anak sebagai alat untuk naik ke tempat tinggi, dan lainnya.
Kendalikan Diri
Bagaimana jika Anda sudah bilang "tidak" tapi si kecil cuek? Cobalah untuk tak hilang sabar. Sebab, kemarahan Anda pada keteguhan hatinya hanya akan memperkuat kemarahannya atas "campur tangan" Anda. Lebih bijaksana jika kita bereaksi tenang (dan sungguh-sungguh) daripada marah-marah. Misal, ia ngotot mau naik ke atas meja dan tetap berusaha naik meski sudah dilarang. Nah, daripada memarahinya, lebih baik angkat si kecil walau mungkin ia meronta sambil menjerit-jerit sebagai tanda protes. Bila ia sudah tenang, jelaskan mengapa Anda tadi mengangkatnya. Anda bisa berkata, "Kalau kamu berdiri di atas meja, bisa jatuh. Sakit, lo, rasanya."
Tetapkan Batasan
Ia membutuhkan batasan-batasan karena ia sering tak bisa mengendalikan dorongan hatinya dan menjadi menderita ketika kehilangan kontrol. Tentukan batasan-batasan untuk melindunginya dari bahaya dan ajarkan ia membedakan perilaku yang diterima dan ditolak. Selain itu, batasan-batasan Anda juga melatihnya disiplin untuk mengembangkan kemandiriannya, agar ia bisa mengarahkan dirinya sendiri.
Batasan-batasan ditetapkan oleh Anda dan dilaksanakan dengan kasih sayang. Biarkan ia tahu apa yang diharapkan dan sediakan sesuatu yang menyenangkan untuk membuat ia aman saat bereksplorasi dan berkembang. Tentang apa saja batasan-batasan yang harus ditetapkan, tergantung pada prioritas Anda. Tiap keluarga punya aturan sendiri. Dalam banyak keluarga, kebiasaan sopan santun dan etiket sederhana (seperti menggunakan kata "Tolong", "Terima kasih") saling berbagi, menghargai perasaan orang lain, adalah yang utama. Yang penting, batasan-batasan itu harus bisa benar-benar dilaksanakan sepenuhnya oleh Anda maupun anak.
TK & Play Group SMART BEE
www.smartbee221.blogspot.com
No comments:
Post a Comment