Setiap anak memiliki watak yang berbeda. Salah satunya adalah watak keras kepala. Anak yang berwatak keras kepala biasanya suka memaksakan kehendak, apa yang ia inginkan harus selalu dikabulkan. Apabila keinginannya ditolak, maka ia akan menangis, menjerit-jerit, berguling-guling. Bahkan, bisa jadi anak itu akan mengamuk dengan memukul dan melemparkan barang-barang yang ada di sekitarnya. Untuk mengendalikan anak yang berwatak seperti itu tentu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Boleh jadi orangtua akan kesulitan dan kewalahan dibuatnya.
Ketika menghadapi amukan anak yang berwatak keras kepala, hindarkanlah meresponnya dengan sikap keras. Seperti, mengucapkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan dan memukulnya. Tindakan orangtua seperti itu hanya akan melukai perasaan dan menghilangkan rasa percaya diri pada anak.
Ada beberapa cara positif yang dapat orangtua lakukan ketika menghadapi anak yang berwatak keras kepala. Pertama, berikanlah kebebasan kepadanya untuk melakukan sesuatu yang tidak berbahaya. Janganlah terlalu ikut campur dengan keinginan anak, jika hal itu tidak membahayakan maka hindarkanlah banyak memberi larangan kepadanya. Kedua, apabila ternyata tindakan yang dilakukan anak tersebut adalah berbahaya. Maka, segeralah orangtua membawa atau mengalihkan perhatiannya kepada sesuatu yang bermanfaat. Misalnya, mengajaknya nonton film kesukaannya atau bermain di kebun. Hindarilah melarang anak dengan cara keras, memukul atau membentak dengan kalimat kasar. Ketiga, jika anak tetap melakukan tindakan berbahaya dan ia tidak bisa dilarang atau dinasehati. Maka, cegahlah anak dengan sikap tegas. Jangan khawatir dengan tangisannya. Karena, percayalah setelah beberapa saat iapun akan kembali tenang (Ibrahim Amini, 2006).
Pesan penting
Janganlah menjadi orangtua yang selalu membiarkan, mengabulkan, dan membolehkan semua tindakan, keinginan, dan permintaan anak. Sebab, tindakan orangtua seperti itu akan membuat anak tumbuh mejadi orang yang egois dan sombong. Ia tidak terbiasa mendapatkan penolakan apapun dari orangtuanya. Oleh karena itu, ketika dewasa nanti ia akan cenderung bersikap memaksa orang lain agar dapat bersikap seperti halnya orangtua kepadanya. Yaitu, selalu mengabulkan dan membolehkan apa saja yang ia inginkan.
Sumber : perkembangananak.com
No comments:
Post a Comment