Wednesday 2 July 2008

Anak Indigo

Rekan-Rekan yang Berbahagia:
Dengan pasti saya bisa menyatakan saat ini bahwasistem pendidikan formal yang kita miliki, dari SD sampai dengan Perguruan tinggi, tidak mampu untuk mendidik anak indigo. Anak Indigo adalah sebagian dari mereka lahir diperiode tahun 1980-an dan memiliki aura berwarna nila dengan ciri-ciri kemampuan spiritual bawaan dan sikapnon-kompromistis terhadap segala sesuatu yang dinilainya bersifat pemaksaan.

Penelitian tentang fenomena anak indigo ini dimulai oleh seorang psikologdi Amerika Serikat, dan setelah itu diteruskan oleh media massa di AS dan negara-negara maju lainnnya, yang akhirnya memunculkan "boom" indigo dengan segala komersialismenya. Di Indonesia, Mbak Maria Hartiningsih, seorangpsikolog, adalah orang pertama yang menyorot fenomena ini dalam sebuah artikel yang lumayan besar di harianKompas (Mbak Maria adalah seorang redaktur Kompas). Dengan bekal hubungan pribadi yang cukup intens denganVincent Liong selama periode waktu yang cukup lama, Mbak Maria percaya bahwa Vincent Liong, yang menjadi studi kasus di artikelnya itu adalah seorang anak indigo.

Dr. Erwin Kesuma, Sp.A, seorang psikiater anak diRumah Sakit Angkatan Darat (RSAD) Gatot Subroto dan Klinik Provita kemudian memperoleh banyak pertanyaan dari wartawan dan wartawati berbagai media massa yang melihat adanya sesuatu yang bisa menghebohkan disana. Heboh karena anak-anak indigo ini bisa menggunakankemampuan supranatural mereka untuk hal-hal tertentu. Untuk kemanusiaan, tentu saja: berupa penyembuhan, terawangan, dan sebagainya yang, kita tahu selalu menempati posisi cukup menarik perhatian bagi masyarakat kita yang relijius ini. Dr. Erwin inilah yang kemudian dinobatkan oleh media massa sebagai seorang dokter ahli indigo. Tetapi, Dr. Erwin tidak mau memberikan pernyataan tertulis bahwa anak tertentu adalah seorang anak indigo. Saya pernah bertanya langsung kepada Dr.Erwin, dan ia menjelaskan dengan tegas bahwa yang diperlukan hanyalah mencocokkan ciri-ciri yang muncul di seorang anak dengan daftar dari ciri-ciri anakindigo yang akan diberikan oleh Dr. Erwin kepada siapa saja yang meminta. Apabila banyak ciri-cirinya yang cocok, maka bolehlah anak itu disebut sebagai seoranganak indigo.

Apakah Vincent termasuk anak indigo menurut Dr. Erwin? Dari percakapan antara saya dengannya, saya bisa melihat bahwa memang demikianlah anggapan dia dan para staf Klinik Provita yang banyak menangani anak-anak"indigo". Kata indigo disitu saya tulis dalam tanda kutip karena yang ditangani oleh Klinik Provita adalah anak-anak kecil yang dianggap bermasalah oleh orangtuanya, dan indigo adalah kata yang positif untuk dipakai dalam terapi anak; walaupun sebenarnya anak-anak itu bukan anak indigo. Jadi, telah ada salah kaprah di bidang terapi. Salah kaprah yang agaknya sengaja demi komersialisme (tapi itu soal lain,sehingga saya tidak akan mengulasnya disini). Sejak saat itu sampai sekarang, sudah cukup banyak liputan media massa tentang anak-anak indigo.

Terakhir saya dengar Anissa (seorang anak indigo berusia 6 tahun yang berbicara dengan Bahasa Inggris kepada semua orang walaupun kedua orang-tuanya asli Indonesia) juga muncul di "Dorce Show". Itu acara entertainment untuk publik yang haus hiburan, tentu saja. ---Sampai saat ini saya tidak melihat adanya sesuatu yang positif muncul dari berbagai liputan media massa tentang anak-anak indigo ini. Dari seminar yang diadakan oleh Metafisika Studi Club, tindak lanjutnya juga nihil. Kalaupun ada, paling jauh adalah penerimaan secara pasif bahwa anak-anak indigo itumemiliki kemampuan supranatural untuk membantu sesama. Cuma itu saja.

Sistem pendidikan formal kita juga belum pernah memberikan pernyataan resmi tentang apa yang akan dilakukannya terhadap anak-anak indigo yang tentu saja harus bersekolah.
1) Apakah anak indigo harus mengikuti sistem pendidikan formal biasa walaupun tersendat-sendat?
2) Apakah sistem pendidikan kita yang harus mengakomodasi anak indigo dengan keharusan menciptakanSLB (Sekolah Luar Biasa) bagi anak-anak indigo?
3) Apakah anak indigo harus dimengerti sebagai anak-anak dengan kemampuan di atas normal atau dibawah normal?
4) Apakah sebaiknya dibuat suatu kompromi antarasistem pendidikan umum kita untuk mengakomodasianak-anak indigo? Kompromi disini berarti akomodasi"middle ground". Bukan penciptaan SLB, tetapi program khusus di sekolah-sekolah biasa (dari SD s/d PerguruanTinggi). Program khusus untuk mengakomodasi anak-anak indigo disistem pendidikan kita tidak harus berarti penciptaan program yang mahal dengan SDM (Sumber Daya Manusia) yang canggih. Khusus itu tidak berarti harus mahal. Saran saya sebagai seorang pengamat indigo adalah penciptaan program khusus yang bersifat manusiawi, dan murah dari segi biaya. Cukup disediakan beberapa orang SDM yang secara bersamaan menangani seorang anak indigo di jenjang pendidikan tertentu. Dua atau tiga orang pengajar untuk secara bersamaan menangani seorang anak indigo; dan dengan komitmen itu, tetap bisa memberikan waktu kepada tugas-tugas mengajar dikelas-kelas biasa. Cuma sedikit ekstra waktu dan sedikit ekstra biaya yang diperlukan untuk melancarkan sistem pendidikan.

Mungkin itu yang bisa dilakukan oleh Fakultas Psikologi, Universitas Atmajaya, untuk menangani kasus indigo pertama di Indonesia. Apapun kebijakan yangakan diambil oleh Fakultas Psikologi, UniversitasAtmajaya, dan apapun hasilnya terhadap Vincent Liong sebagai anak didiknya, itu akan menjadi studi kasus yang bisa dicontoh atau dihindarkan oleh mereka yang bergerak di bidang pendidikan kita di masa datang.

Kalau menangani anak indigo saja tidak bisa, bagaimanapula sistem pendidikan kita akan menangani anak-anak kristal (yang muncul dari antara mereka yang lahir ditahun 1990-an)?

Leonardo Rimba
Penulis adalah seorang pengamat fenomena anak indigo lulusan Universitas Indonesia dan the PennsylvaniaState University, US.

No comments:

PG/ TK ISLAM SMART BEE - Children Education

My photo
Based on Islamic system. We commit to be partner for parents to provide educated play ground for their beloved children. Contact us: Jl.Danau Maninjau Raya No.221, Ph 62-21-7712280/99484811 cp. SARI DEWI NURPRATIWI, S.Pd