Wednesday 29 April 2009

GANGGUAN PENCERNAAN, PENYEBAB UTAMA KESULITAN MAKAN PADA ANAK

Pemberian makan pada anak memang sering menjadi masalah buat orangtua atau pengasuh anak. Keluhan tersebut sering dikeluhkan orang tua kepada dokter yang merawat anaknya. Faktor kesulitan makan pada anak inilah yang sering dialami oleh sekitar 25% pada usia anak, jumlah akan meningkat sekitar 40-70% pada anak yang lahir prematur atau dengan penyakit kronik. Hal ini pulalah yang sering membuat masalah tersendiri bagi orang tua, bahkan dokter yang merawatnya. Penelitian yang dilakukan di Jakarta menyebutkan pada anak prasekolah usia 4-6 tahun, didapatkan prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%. Sebagian besar 79,2% telah berlangsung lebih dari 3 bulan.

Kesulitan makan karena sering dan berlangsung lama sering dianggap biasa. Sehingga akhirnya timbul komplikasi dan gangguan tumbuh kembang lainnya pada anak. Salah satu keterlambatan penanganan masalah tersebut adalah pemberian vitamin tanpa mencari penyebabnya sehingga kesulitan makan tersebut terjadi berkepanjangan. Akhirnya orang tua berpindah-pindah dokter dan berganti-ganti vitamin tapi tampak anak kesulitan makannya tidak membaik. Sering juga terjadi bahwa kesulitan makan tersebut dianggap dan diobati sebagai infeksi tuberkulosis yang belum tentu benar diderita anak.Dengan penanganan kesulitan makan pada anak yang optimal diharapkan dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan, sehingga dapat meningkatkan kualitas anak Indonesia dalam menghadapi persaingan di era globalisasi mendatang khususnya. Tumbuh kembang dalam usia anak sangat menentukan kualitas seseorang bila sudah dewasa nantinya.

GEJALA SUATU PENYAKIT
Kesulitan makan bukanlah diagnosis atau penyakit, tetapi merupakan gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh anak. Pengertian kesulitan makan adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.

Gejala kesulitan makan pada anak
(1). Kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan atau hanya bisa makanan lunak atau cair,
(2) Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut anak,
(3).Makan berlama-lama dan memainkan makanan,
(4) Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat,
(5) Memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari orangtua,
(6). Tidak menyukai banyak variasi makanan dan
(7), Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.

PENYEBAB UTAMA KESULITAN MAKAN
Penyebab kesulitan makanan itu sangatlah banyak. Semua gangguan fungsi organ tubuh dan penyakit bisa berupa adanya kelainan fisik, maupun psikis dapat dianggap sebagai penyebab kesulitan makan pada anak. Kelainan fisik dapat berupa kelainan organ bawaan atau infeksi bawaan sejak lahir dan infeksi didapat dalam usia anak.

Secara umum penyebab umum kesulitan makan pada anak dibedakan dalam 3 faktor, diantaranya adalah hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut dan pengaruh psikologis. Beberapa faktor tersebut dapat berdiri sendiri tetapi sering kali terjadi lebih dari 1 faktor. Penyebab paling sering adalah hilangnya nafsu makan, diikuti gangguan proses makan. Sedangkan faktor psikologis yang dulu dianggap sebagai penyebab utama, mungkin saat mulai ditinggalkan atau sangat jarang.

Pengaruh hilang atau berkurangnya nafsu makan tampaknya merupakan penyebab utama masalah kesulitan makan pada anak. Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai dari yang ringan (berkurang nafsu makan) hingga berat (tidak ada nafsu makan). Tampilan gangguan yang ringan berupa minum susu botol sering sisa, waktu minum ASI berkurang (sebelumnya 20 menit menjadi 10 menit), makan sering sisa atau hanya sedikit atau mengeluarkan dan menyembur-nyemburkan makanan di mulut. Sedangkan gangguan yang lebih berat tampak anak menutup rapat mulutnya atau tidak mau makan dan minum sama sekali. Berkurang atau hilangnya nafsu makan ini sering diakibatkan karena gangguan fungsi saluran cerna.

Gangguan fungsi pencernaan tersebut kadang tampak ringan seperti tidak ada gangguan. Tanda dan gejala yang menunjukkan adanya gangguan tersebut adalah perut kembung, sering “cegukan”, sering buang angin, sering muntah atau seperti hendak muntah bila disuapin makan. Gampang timbul muntah terutama bila menangis, berteriak, tertawa, berlari atau bila marah. Sering nyeri perut sesasaat, bersifat hilang timbul. Sulit buang air besar (bila buang air besar ”ngeden”, tidak setiap hari buang air besar, atau sebaliknya buang air besar sering (>2 kali/perhari). Kotoran tinja berwarna hitam atau hijau, berbentuk keras, bulat (seperti kotoran kambing) atau cair disertai bentuk seperti biji lombok, pernah ada riwayat berak darah. Gangguan tidur malam : malam rewel, kolik, tiba-tiba mengigau atau menjerit, tidur bolak balik dari ujung ke ujung lain tempat tidur. Lidah tampak kotor, berwarna putih serta air liur bertambah banyak atau mulut berbau.

Gangguan saluran cerna biasanya disertai kulit yang sensitif. Sering timbul bintik-bintik kemerahan seperti digigit nyamuk atau serangga, biang keringat, kulit berwarna putih (seperti panu) di wajah atau di bagian badan lainnya. Saat bayi sering timbul gangguan kulit di pipi, sekitar mulut, sekitar daerah popok dan sebagainya.Tanda dan gejala tersebut di atas sering dianggap biasa karena sering terjadi pada banyak anak. Padahal bila di amati secara cermat tanda dan gejala tersebut merupakan manifestasi adanya gangguan pencernaan, yang sangat mungkin berkaitan dengan kesulitan makan pada anak.

GANGGUAN PROSES MAKAN DI MULUT

.. bersambung...

Cara Jitu Mengatasi Anak Ngambek

"Pokoknya aku mau yang itu, huuu.." jerit si kecil sambil menggelosor di lantai toko. Apa yang mesti kita perbuat jika ia ngambek seperti itu? Serba salah. Mungkin itu perasaan Anda ketika tiba-tiba si kecil ngadat, menjerit-jerit sambil bergulingan di lantai supermarket gara-gara permintaannya tak dipenuhi. Mencubitinya membuat ia makin keras menjerit, dibujuk pun tak mempan. Sementara perasaan Anda makin tak enak karena mata pengunjung semua tertuju ke Anda. Bisa jadi dalam perasaan Anda, orang menganggap Anda tak becus mengurus anak. Daripada ribut, akhirnya Anda pun mengalah, meluluskan permintaan si kecil.

Menurut psikolog anak, Dr. Seto Mulyadi, orangtua tak perlu malu bila anaknya tiba-tiba bertingkah tak menyenangkan di depan umum. Toh, orang lain pun tahu kalau ini bukan masalah orangtua, tapi masalah anak-anak. "Justru yang perlu diupayakan adalah menenangkan si anak agar tak lebih lama mengganggu ketenangan umum. Dengan tegas, angkatlah ia dan ajak pulang. Pengalaman saya, tatap mata anak dan ajak ia pulang. Jangan tatap anak dengan kesal atau memelototinya, ia akan tahu itu dan akan makin keras mengamuk," terang Doktor Psikologi lulusan Program Pasca Sarjana UI ini. Kata Seto, lebih baik tatap mata si anak dengan penuh kasih. Ia akan mengerti, ibu atau ayahnya tetap menyayanginya dan permintaannya bisa dibicarakan di rumah.

JADI SENJATA
Yang jelas, wajar jika anak kecil gampang meledak atau ngambek. Terlebih anak usia di atas 2 tahun. Saat itu ia sudah dapat mengekspresikan kemarahan, kekecewaan, atau kecemasannya. "Untuk anak yang berusia di bawah 2 tahun, sangat gampang mengalihkannya. Misalnya saat ia ngambek, kita tunjukkan cicak di dinding. Atau tunjukkan ia gambar," bilang Seto. Lain hal dengan anak usia 2 tahun di mana egonya mulai tumbuh. Ia ingin orang lain mengakui keberadaannya. Dengan cara diam, tak mau berpartisipasi atau berguling- guling, ia ingin orang lain mengerti akan kehadiran "aku"-nya yang baru. Ia pun sangat mementingkan diri sendiri. Apa yang diinginkannya, harus dituruti segera, saat itu juga.

Celakanya, jika perilaku tak baik ini tak ditanggulangi dengan baik, maka akan terus berkembang hingga dewasa. "Itu sebabnya ngambek harus diwaspadai sebagai cikal-bakal berbagai tingkah negatif setelah dewasa kelak. Bisa saja kalau keinginannya tak terpenuhi, lantas minggat dari rumah," jelas Seto.

Apalagi, anak belajar dari lingkungan. Ia akan belajar bagaimana lingkungan meresponnya. Kalau ia ngambek lalu orangtuanya menuruti kehendaknya, maka ngambek akan dijadikan senjata untuk menarik perhatian "kekuasaan" atau orangtua. Dan tingkat ngambeknya juga akan terus meningkat. Beda jika ia ngambek, masalahnya dicoba dipecahkan. Alhasil, ia tak bisa menggunakan hal itu sebagai senjata. Dengan demikian, jika ia menginginkan sesuatu, ia tak akan ngambek, tapi mengacu pada sistem.

UNGKAPAN PROTES
Yang biasanya terjadi, anak ngambek untuk mengungkapkan protesnya atas kesewenangan orangtua. Terutama pada keluarga yang komunikasinya kurang efektif. Entah karena ayah-ibu yang terlalu sibuk sehingga perhatian pada si kecil sangat kurang, atau karena orangtua terlalu otoriter dan mau menang sendiri. Orangtua selalu memaksakan kehendaknya, sehingga tak pernah mendengar hati nurani anak. "Nah, anak akan merasa diperlakukan tak adil!" tukas Seto. Misalnya saja, pada saat anak minta mainan, orangtua langsung bilang, "Tidak! Mainan kamu sudah terlalu banyak!"

Padahal mungkin saja mainan yang banyak itu dibeli atas inisiatif orangtuanya yang saat membeli, suasana hatinya sedang senang, uang lagi banyak. Padahal, bisa saja si anak sebenarnya sedang tak butuh mainan. Nah, giliran ia memerlukan, justru orangtua berkata tidak. Anak pun merasa diperlakukan tak adil. Semuanya hanya dilihat dari sudut pandang orangtua, tak melalui suatu dialog yang demokratis. Akibatnya, anak frustrasi dan perasaan itu dilampiaskannya dengan cara ngambek.

METODE ANTI KALAH
Harus bagaimanakah kita bersikap? Yang jelas, kita mesti lebih membuka diri, sehingga anak dapat melampiaskan keinginan-keinginannya secara wajar. "Jadilah pendengar yang baik," anjur Seto. Saat kumpul bersama keluarga, misalnya, ayah dan ibu harus mau mendengar dan menerima permintaan atau keluhan-keluhan anak. Jika anak minta dibelikan buku dan stiker, misalnya, tanyakan padanya, apakah itu sebuah kebutuhan atau keinginan. "Mana yang paling perlu? Buku atau stiker?" Anak pun akhirnya belajar, mana yang penting dan tidak. Kalaupun ia ingin protes, boleh-boleh saja, sepanjang diwujudkan dalam bentuk kata-kata dan bukan tingkah laku ngambek atau membanting pintu.

Tak ada salahnya anak ikut tahu kondisi keuangan ayah dan ibunya sehingga ia tahu persis, orangtua belum bisa memenuhi keinginannya. "Jadi, semuanya harus melalui dialog atau komunikasi," tandas Seto. Cara lain untuk mengendalikan anak ngambek, adalah metoda "anti-kalah" atau musyawarah dalam keluarga. "Tak ada yang kalah atau menang." Lagi-lagi, dengan cara membuka dialog. Misalnya, "Yuk, kita bicarakan hal ini di rumah. Apa yang kamu mau, akan kita bicarakan dulu. Kalau memang diputuskan untuk dibeli, kita bisa kembali lagi besok." Alhasil, titik temu yang memuaskan kedua belah pihak pun didapat. "Anak juga sekaligus belajar bahwa ia tak akan berhasil memenuhi keinginannya dengan cara ngambek," kata Seto yang pada 1987 meraih penghargaan Orang Muda Berkarya Indonesia.

TENANG DAN KONSISTEN
Seto mengakui, memang bukan pekerjaan mudah mengajak bicara anak kecil yang tengah ngadat. Ia akan melawan, bersikukuh, alias mau menang sendiri. "Makanya, hadapi ia dengan sikap tenang. Kalau kita tampak panik, malu, atau marah-marah, anak malah jadi tambah bertingkah. Tenang, senyum, dan perlihatkan kita tetap menghargainya.

Nah, biasanya ngambeknya akan sedikit lumer," papar anggota Creative Education Foundation ini. Orangtua, lanjut Seto, bisa berujar, "Ibu tahu kamu kecewa, sedih. Sekarang kita pulang dulu, yuk! Nanti kita bicarakan di rumah. Ibu mau dengar apa maumu." Lewat ucapan seperti itu, anak tahu, kita mengerti akan kemarahan atau kekecewaannya dan kita bisa menerimanya sebagai sesuatu yang wajar. "Anak juga akan sadar, ia boleh marah tapi cara marahnya harus baik. Tidak dengan berguling-guling di depan umum. Dari situ ia akan merasa dihargai," lanjut anggota World Council for Gifted & Talented Children ini. Di sisi lain, anak juga menjadi paham, ayah atau ibunya sudah berubah. Yang biasanya marah-marah, sekarang tak begitu lagi. "Tentunya orangtua harus konsisten dengan ucapannya. Tiba di rumah, ia harus mau mendengarkan keluhan-keluhan anak dan sama-sama mencari pemecahannya," kata Seto.

BIKIN "PERJANJIAN"

... bersambung...

Berkunjung ke Rumah Teman

Bisa jadi ajang bersosialisasi untuk si buah hati. Berkunjung ke rumah teman? Boleh dibilang, inilah aktivitas yang disukai anak sekolah dasar. Memang sih, niatnya mau numpang main, tapi sebenarnya banyak hal dapat dipelajari anak lewat kunjungan ke rumah teman. Bahkan ada sekolah dasar di Bogor yang menjadikan acara berkunjung ke rumah teman sebagai program akhir semesternya.

Tentu saja rumah yang bisa dikunjungi adalah rumah siswa yang bersedia didatangi. Sementara peserta kunjungan tersebut tak lain adalah teman-teman sekelasnya. Jadi, tidak melibatkan siswa kelas lain agar keakraban yang sudah terjalin menjadi semakin kuat dan tidak kelewat merepotkan tuan rumah. Ada banyak manfaat yang dapat diperoleh anak melalui kegiatan ini. Pertama, meningkatkan ikatan persahabatan yang sudah terjalin tadi. Kedua, menambah wawasan tentang teman dan keluarga yang dikunjungi serta lebih luas mengenai lingkungan tempat tinggalnya. Soalnya tak jarang setiap lokasi perumahan memiliki kekhasan yang belum tentu ada di lingkungan tempat tinggalnya. Misalnya, ada balong tempat pemeliharaan ikan, ada danau alam yang berfungsi sebagai resapan air dan sebagainya. Siswa pun mendapat tambahan wawasan selama di perjalanan.

Ketiga, mengenal tata krama berkunjung ke rumah orang lain. Apalagi ini dilakukan bersama-sama dengan teman-temannya. Bisa jadi etiketnya pun agak berbeda bila dibandingkan berkunjung sendirian. Setidaknya harus lebih "manis" mengingat keterbatasan ruang agar tidak terlalu merepotkan tuan rumah. Contohnya, masuk secara bergiliran, tidak terlalu gaduh agar tidak mengganggu tetangga yang tinggal di sebelah rumah, dan sebagainya.

PEMILIHAN LOKASI
Perihal pemilihan lokasi rumah yang akan dikunjungi sebaiknya dilakukan jauh-jauh hari sebelum hari pelaksanaan. Kesepakatan ini sebaiknya melibatkan antarsiswa, guru sekaligus orangtua. Selain itu, pertimbangkan pula lokasi rumah yang akan dikunjungi. Sebaiknya pilih lokasi yang tidak terlalu jauh dari sekolah sebagai titik pusat. Juga tidak macet supaya tidak menyita waktu terlalu lama di perjalanan.

Ada baiknya pula pertimbangkan aspek keadilan. Dalam arti, sangat mungkin siswa yang tempat tinggalnya agak jauh dari sekolah ingin sekali dikunjungi teman-temannya. Sekali lagi, hal ini tergantung kesepakatan antara orangtua, guru, dan siswa. Bentuk solusinya bisa saja dengan menyiapkan sarana transportasi yang dapat digunakan bersama-sama. Dengan demikian tidak merepotkan orangtua ataupun pengantar yang mungkin terbatas waktunya.

WAKTU & KEGIATAN
Lama waktu berkunjung sebetulnya tergantung pada kegiatan apa yang akan dilakukan. Apa pun bentuknya, sebaiknya batasi sekitar 2 jam. Tenggang waktu ini cukup memadai bagi anak usia SD. Sedangkan bila terlalu lama dikhawatirkan akan merepotkan tuan rumah sekaligus membosankan untuk para siswa. Ada pun kegiatan yang dapat dilakukan cukup beragam. Namun sebaiknya upayakan kegiatan yang mampu memberi tambahan pengetahuan. Jadi, tak melulu ngobrol santai atau bermain saja. Melainkan membolehkan para tamu cilik ini melihat koleksi buku yang dimiliki si tuan rumah, berdiskusi tentang topik yang temanya dapat diambil dari lingkungan rumah yang dikunjungi. Misalnya, tentang pemeliharaan ikan, kegiatan usaha yang digeluti tuan rumah, dan sebagainya.

Alangkah baiknya pula bila siswa membawakan buah tangan bagi tuan rumah. Tak perlu yang memberatkan yang penting mampu meningkatkan kadar kehangatan persahabatan. Hal lain yang juga patut mendapat perhatian, hendaknya tuan rumah melakukan sejumlah persiapan meski tidak perlu berlebihan. Paling tidak persiapan tempat agar tamu yang datang bisa merasa nyaman selama berkunjung.

PENTINGNYA PENDAMPINGAN

...bersambung ....

Si Tukang Gosip

"Eh, sekarang si Wanda punya handphone baru, lo. Keren banget. Ada tevenya!" "Tahu enggak, Shinta, juara kelas kita, kepergok guru nyontek pas ujian." "Kata si Dodi, Nina dapet hadiah mobil saat ulang tahun."
Gosip apa lagi nih? Ya, anak usia sekolah juga sudah pandai bergosip! Seperti dijelaskan Mira D. Amir, Psi., kemampuan ini umumnya dimiliki anak 10 tahun ke atas. Mulai usia ini, kemampuan verbal anak sudah berkembang baik, sehingga dia bisa bersahut-sahutan saat bergosip dengan temannya. "Namun, bukan berarti anak di bawah 10 tahun tidak dapat menjadi tukang gosip. Bisa saja, karena kemampuan verbal berbeda pada setiap anak."

Di usia ini juga, kemampuan kognitif anak sudah matang. Dia sudah menyadari pentingnya orang lain di luar dirinya. Pembicaraan tentang orang-orang di sekitarnya pun menjadi topik menarik. Apalagi di usia ini, anak mulai memasuki masa pubertas, dimana dia sudah tertarik kepada lawan jenisnya. Dan, membicarakan lawan jenis menjadi topik favorit, disamping topik-topik favorit lainnya seperti benda terbaru milik teman, internet, hobi, anak baru di sekolah, guru galak, dan semua topik yang bersinggungan dengan dunia anak lainnya.

Mira mengakui, tidak semua anak berbakat menjadi tukang gosip. Ada beberapa hal yang memengaruhinya, di antaranya adalah karakter. Ada kan anak yang ceriwisnya bukan main, obrolannya meriah bahkan kalau sudah bicara sulit dihentikan? Anak tipe inilah yang berbakat menjadi ratu atau raja gosip. Sebaliknya, ada pula anak-anak pendiam, yang berbicara atau menimpali seadanya. Tipe ini kemungkinan kecil menjadi biang gosip dan lebih cocok menjadi pendengar.

Jangan lupakan juga pengaruh lingkungan, khususnya keluarga. Ibu yang senang kumpul-kumpul, senang bergosip, menjadikan infotaintment sebagai tayangan favorit, akan mencetak anak-anak yang senang bergunjing pula. Buah apel tak akan jatuh jauh dari pohonnya, pepatahnya begitu, kan? Meski identik dengan kaum hawa, kalangan laki-laki pun berpotensi menjadi biang gosip. "Kembali kepada karakter dan pola asuh dari lingkungannya," ujar psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPT UI) ini.

AGAR TAK JADI NEGATIF
Meski dapat bernilai positif, orangtua tetap harus mengarahkan anak jangan sampai topik gosip menyerempet hal-hal negatif, yaitu menceritakan keburukan dan kekurangan orang lain. "Inilah yang perlu dihindari anak dan diwaspadai orangtua!" tegas Mira. Orangtua harus memberikan rambu-rambu, tidak baik menggunjingkankan hal negatif orang lain. Jika faktanya keliru, bisa menjadi masalah besar, karena apa yang kita obrolkan adalah fitnah. Bisa dibayangkan apa jadinya orang yang terkena fitnah tersebut. Misal, si A dituduh mencuri padahal kenyataannya tidak. Itu bisa membuat nama baik si A hancur dan dijauhi teman-temannya. Jikapun faktanya ada, bukan berarti kita dengan bebas menceritakannya kepada orang lain.

Tumbuhkan empati anak. Tanyakan kepada anak, bagaimana seandainya si anak sendiri yang digosipkan?
Bagaimana kalau hal-hal buruk anak diketahui banyak orang? Tidak mau kan? Karena itu, hal yang sama juga harus dilakukannya kepada orang lain. Jangan lupa, orangtua juga harus berhati-hati dengan apa yang diucapkan. Bila anak mendengar, dia akan menganggap kata-kata yang terlontar dari orangtuanya itu, yang mungkin saja kurang atau malah tidak baik, merupakan hal wajar. Bicarakanlah hal-hal yang positif mengenai orang lain dan hindari membicarakan hal yang negatif, terutama bila berada di dekat orangtua.

Ubah juga gaya komunikasi anak saat bergosip. Jangan sekali-kali melebih-lebihkan cerita. Sikap hiperbolik akan membuat teman-temannya jengah, utamanya saat mereka sudah tahu cerita sebenarnya. Selanjutnya, anak bisa dicap pembohong dan mereka enggan mendengar semua ceritanya lagi. Anak juga dapat kehilangan teman-temannya, karena dianggap menyebarkan berita yang tidak benar. Pilih juga kata-kata yang tepat, agar orang lain yang menjadi sasaran tembak tidak tersinggung. "Secara tidak langsung, itu semua juga mengajari anak kecakapan berbahasa, memilih kata-kata, intonasi, dan sebagainya," kata Mira. Jangan segan untuk mengoreksi pembicaraan anak. Tentu itu dilakukan setelah teman-temannya tidak ada, sehingga tak menjatuhkan harga diri anak.

Jelaskan juga, agar anak memilih waktu dan tempat yang tepat untuk bicara. Jangan sampai dilakukan saat belajar, mendengarkan ceramah, atau situasi lain yang tidak tepat. Ajarkan pula untuk mencari fakta sebenarnya. Jika kebetulan anak mendengar gosip negatif tentang temannya, tak ada salahnya mencari tahu fakta sebenarnya. Ini mengajari anak supaya tidak cepat percaya dengan berita negatif yang beredar dan menjelek-jelekkan seseorang. Jika tahu fakta sebenarnya, anak bisa melakukan klarifikasi tentang berita miring tersebut, ternyata teman tersebut tak seburuk yang digosipkan.

Itu juga berlaku saat anak menjadi korban gosip negatif dari teman-temannya. Dia bisa meluruskan berita yang tidak benar tersebut. Jika sudah mengganggu seperti membuat anak mogok sekolah, maka bantuan guru dan orangtua dapat saja diperlukan.

POSITIF JIKA....

bersambung...

Anda tertarik mengikuti artikel ini secara penuh?
1. Jadillah follower blog ini dengan mengklik follower dibawah
2. atau buatkan link pada website/blog anda
3. Apabila sudah dilakukan, kirim email anda ke smartbee221@yahoo.com.
4. Artikel lengkap akan dikirim via email.

Terima kasih

Diah Ayu Pitaloka
www.smartbee221.blogspot.com

Tuesday 28 April 2009

Kurangi Nonton TV, Nikmati Hidup!

Mari kita kendalikan teknologi agar teknologi tidak mengendalikan kitaPengaruh Media terhadap anak makin besar, teknologi semakin canggih & intensitasnya semakin tinggi. Padahal orangtua tidak punya waktu yang cukup untuk memerhatikan, mendampingi & mengawasi anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton TV ketimbang melakukan hal lainnya. Dalam seminggu anak menonton TV sekitar 170 jam. Apa yang mereka pelajari selama itu? Mereka akan belajar bahwa kekerasan itu menyelesaikan masalah. Mereka juga belajar untuk duduk di rumah dan menonton, bukannya bermain di luar dan berolahraga. Hal ini menjauhkan mereka dari pelajaran-pelajaran hidup yang penting, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan teman sebaya, belajar cara berkompromi dan berbagi di dunia yang penuh dengan orang lain.

Faktanya..
• Anak merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan terhadap dampak negatif siaran TV.
• Data th 2002 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau 1560-1820 jam/ tahun . Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1000 jam/tahun.
• Tidak semua acara TV aman untuk anak. Bahkan, “Kidia” mencatat bahwa pada 2004 acara untuk anak yang aman hanya sekira 15% saja. Oleh karena itu harus betul-betul diseleksi.
• Saat ini jumlah acara TV untuk anak usia prasekolah dan sekolah dasar perminggu sekitar 80 judul ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama 170 jam. Padahal dalam seminggu ada 24 jam x 7 = 168 jam! Jadi, selain sudah sangat berlebihan, acara untuk anak juga banyak yang tidak aman.
• Acara TV bisa dikelompokkan dalam 3 kategori: Aman, Hati-hati, dan Tidak Aman untuk anak.
• Acara yang ‘Aman’: tidak banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis. Acara ini aman karena kekuatan ceritanya yang sederhana dan mudah dipahami. Anak-anak boleh menonton tanpa didampingi.
• Acara yang ‘Hati-hati’: isi acara mengandung kekerasan, seks dan mistis namun tidak berlebihan. Tema cerita dan jalan cerita mungkin agak kurang cocok untuk anak usia SD sehingga harus didampingi ketika menonton.
• Acara yang “Tidak Aman”: isi acara banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis yang berlebihan dan terbuka. Daya tarik yang utama ada pada adegan-adegan tersebut. Sebaiknya anak-anak tidak menonton acara ini.

Kenapa Kita Harus Mengurangi Menonton TV?
• Berpengaruh terhadap perkembangan otakTerhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.
• Mendorong anak menjadi konsumtif. Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka menjadi konsumtif.
• Berpengaruh terhadap Sikap. Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di televisi. Mereka bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa.
• Mengurangi semangat belajar. Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar.
• Membentuk pola pikir sederhana. Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya.
• Mengurangi konsentrasi. Rentang waktu konsentrasi anak hanya sekitar 7 menit, persis seperti acara dari iklan ke iklan, akan dapat membatasi daya konsentrasi anak.• Mengurangi kreativitasDengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi manusia-manusia yang individualistis dan sendiri. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote control dan langsung menemukan hiburan. Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka seakan-akan tidak punya pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan. Ini membuat anak tidak kreatif.
• Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan). Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.
• Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga. Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya ‘terpotong’ atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’ antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.
• Matang secara seksual lebih cepatBanyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang mereka lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar Media, sehingga mereka sering mengabaikan tanggung jawab sosial,moral & etika.

Jadi, Siapa yang Seharusnya Mengurangi Menonton TV?
... bersambung...

Anda tertarik mengikuti artikel ini secara penuh?
1. Jadillah follower blog ini dengan mengklik follower dibawah
2. atau buatkan link pada website/blog anda
3. Apabila sudah dilakukan, kirim email anda. Artikel akan dikirim via email.

Terima kasih
www.smartbee221.blogspot.com

Anak Laki-Laki Lebih Emosional?

Pola asuh dan lingkungan lebih berperan terhadap munculnya gangguan emosional pada si Buyung. Ternyata, anak laki-laki usia 8 tahun yang memiliki gangguan emosional cenderung akan melakukan tindakan kriminal saat dewasanya. Itulah hasil temuan terbaru yang dilaporkan dalam Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry. Dr. Andre Sourander dan kawan-kawan, seperti dilansir situs Reuters Health, meneliti kaitan antara problem psikologis dan perilaku kriminal saat dewasa pada 2.556 anak laki-laki yang lahir tahun 1981. Kehidupan mereka terus dipantau hingga berusia 23 tahun.

Sebanyak 23% responden yang memiliki masalah emosional dan perilaku saat anak-anak, didiagnosis mengalami gangguan psikologi saat mereka berusia 18 -23 tahun, sementara itu 48% di antaranya melakukan tindakan kriminal di usia 20 tahun. Sedangkan anak laki-laki yang hanya memiliki masalah perilaku saja atau gangguan emosional saja, ternyata tidak mengalami adanya gangguan meski tetap berisiko.

Di tanah air belum ditemukan hasil riset yang sama. Namun, maraknya aksi kekerasan dan kriminalitas di kalangan remaja, membuat orangtua harus hati-hati dalam mengawasi perilaku anak-anaknya. Geng motor yang merebak dan membuat waswas, geng sekolah yang senang pamer kekerasan dan tawuran antarpelajar, adalah sedikit contoh perilaku remaja bermasalah.

USIA RAWAN
Usia 8 tahun ke atas memang harus diwaspadai. Inilah usia rawan dimana orangtua harus memantau dan mengontrol perilaku anaknya. Selain karena emosi anak sedang tinggi-tingginya, di usia ini pun anak sedang dalam masa pencarian identitas diri. Anak usia ini juga mulai berkenalan dengan kelompok, sehingga orientasinya adalah mendapat pengakuan dari kelompok. Ini ditandai dengan rasa tak percaya diri, juga rasa tak aman. Akibatnya, anak dapat terjerumus pada hal-hal negatif dari lingkungannya.

Bukan cuma itu. Anak usia ini juga mulai menentang. Jika di usia sebelumnya anak cenderung manis, menuruti perintah orangtua atau dewasa, maka pada usia ini anak justru mulai membangkang. Ini karena anak berpikir orang dewasa tidak dapat semena-mena memerintah dirinya. Menurunnya otoritas orang dewasa ini dapat membuat anak menjadi nakal dan kasar. Beberapa faktor pemicu lainnya yaitu beban pelajaran yang banyak dan lebih berat, faktor keluarga (orangtua kerap bertengkar, orangtua yang broken home), faktor bawaan, dan lain-lain. Ini diperberat oleh pola asuh salah dari orangtua, yang membuat perkembangan emosi anak semakin bermasalah.

GARA-GARA SI TESTOSTERON
Tapi, mengapa anak laki-laki? Tak lain karena anak laki-laki memang berisiko lebih besar mengalami gangguan emosional. Buku yang ditulis Michael Gurian, The Wonder of Boys, sedikitnya dapat memberikan jawaban. Hormon testosteron yang dimiliki laki-lakilah yang membuatnya lebih agresif daripada perempuan. Agresivitas kaum laki-laki ini bahkan sudah terlihat sejak bayi.

Studi yang dilakukan pada bayi usia 6 bulan menunjukkan, ketika bayi laki-laki dan perempuan menarik seutas tali untuk mendapatkan hasil menyenangkan, misalnya gambar orang tersenyum, kemudian penguji menghilangkan gambar itu, maka bayi laki-laki akan cenderung menarik-nariknya dengan kukuh dan agresif. Sementara anak perempuan, setelah menyadari beberapa tarikan tidak memunculkan gambar, akan meninggalkan tali itu dan menangis mencari pertolongan. Anak laki-laki juga lebih mudah mengubah mainannya, semisal gitar-gitaran, menjadi senapan dan pedang ketimbang anak perempuan. Ia juga akan memukul lebih sering dan lebih provokatif.

Celakanya lagi, saat laki-laki memasuki usia pubertas (11-12 tahun), pengaruh testosteron dalam otaknya bertambah berkali-kali lipat. Level testosteronnya akan meningkat 10 sampai 20 kali lipat. Tak heran, di usia ini anak laki-laki cenderung lebih agresif dan gampang naik darah. Lantas, bagaimana dengan anak perempuan? Ternyata, anak perempuan juga tak terbebas dari masalah agresi. Pasalnya, agresi tidak hanya fisik tapi juga kata-kata. Anak perempuan boleh jadi tidak agresif secara fisik, tapi kata-kata. Namun ini hanya sebatas dugaan dan membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Satu hal yang pasti, kendati berbagai fakta di atas menunjukkan anak lelaki memiliki kecenderungan agresif, namun tidak berarti setiap anak lelaki pasti akan bermasalah. Sebab, meski sifat agresif sudah "terprogram" dalam diri anak laki-laki, namun kekerasan lebih dipengaruhi pola asuh dan lingkungannya. Jika pola asuh dan pengaruh lingkungan menanamkan nilai-nilai positif, maka anak tidak akan terjerumus pada tindakan negatif.

RAGAM GANGGUAN
Gara-gara salah pola asuh, anak dapat menunjukkan gangguan emosional/perilaku berikut ini:
Antisosial
Anak tumbuh menjadi sosok yang antisosial, acuh tak acuh terhadap orang lain. Dia sulit menerima persahabatan. Nantinya saat dewasa, dia sulit menerima simpati, cinta, dan pujian dari orang lain. Dia kelihatan mandiri, tapi tidak hangat dan tidak disenangi orang lain.

Tidak Responsif
Anak tidak responsif secara emosional. Dia tidak peka terhadap perasaan atau emosi orang lain. Jangankan memberi empati pada orang yang berduka, dia malah cenderung acuh tak acuh.

Melakukan Tindak Kekerasan
Anak inginnya menyakiti, baik secara verbal maupun fisik, kepada orang lain. Dia senang jika temannya sampai menangis atau ketakutan. Jika tak diatasi, ini dapat memicu anak mogok belajar, berkelahi, dan lain-lain.

SIKAP SALAH YANG JADI PEMICU
Inilah beberapa sikap salah orangtua yang dapat memicu gangguan emosional pada anak:
Tidak Ekspresif
Dengan maksud menjaga wibawa, banyak orangtua yang tidak ekspresif dalam menunjukkan rasa kasih sayang. Meski fisik anak sudah besar, mereka tetap memerlukan pelukan, pujian, dan ungkapan kasih sayang. Sebaliknya, banyak orangtua yang begitu bersemangat saat memarahi anaknya yang berbuat salah. Dari hal ini, anak hanya belajar tentang emosi negatif, marah-marah dan bentakan, tapi tidak belajar mengeluarkan emosi positifnya.

Kurang Perhatian
Banyak orangtua yang sudah puas mencukupi anak dengan materi, tapi tidak dengan perhatian. Mainan, boneka, sepeda, motor mini, komputer sudah cukup menyenangkan anak. Tapi ada hal lain lagi yang lebih menyenangkan buat anak, yaitu kebersamaan dengan orangtua. Memang, tak mudah meluangkan waktu demi anak, tapi di hari libur atau di waktu senggang, orangtua dapat menyempatkan diri berkomunikasi dengan anak. Atau, di sela-sela istirahat kantor, orangtua juga dapat memonitor anaknya lewat telepon.

Mempermalukan Anak
Orangtua memarahi anak di depan orang lain seperti teman atau tamu. Dalam kondisi itu, anak tidak dapat protes, membantah, dan hanya diam mendengar ocehan orangtua. Namun, bak bara dalam sekam, sikap itu akan membuat emosi anak meledak-ledak, dan tinggal menunggu waktu saja untuk dilampiaskan. Selain itu, orangtua juga senang menyindir kekurangan anak, tanpa melihat perbuatan positif yang dilakukannya. Juga senang mengecilkan semua hal yang dilakukan anak. Semua perilaku kasar itu akan diadopsi saat anak tumbuh dewasa kelak.

Memberi Hukuman Fisik
Hukuman ini dipandang orangtua sangat efektif karena dapat menimbulkan efek jera. Juga asumsi salah lain, perilaku agresif anak dapat dijinakkan dengan hukuman badan. Padahal, semua itu akan meningkatkan agresivitas anak, bahkan dia bisa belajar tentang perilaku kasar itu saat remaja.

Miskin Penanaman Nilai-nilai
Orangtua dengan entengnya memasukkan anak ke sekolah agama, belajar mengaji, sekolah minggu, dan lain-lain dengan harapan lembaga-lembaga itu dapat mencetak anak berakhlak mulia. Meski membantu anak memiliki wawasan tentang pentingnya perbuatan baik dan nilai moral, namun aplikasi nilai-nilai itu di rumah jauh lebih penting.

TIP ATASI AGRESIVITAS ANAK
-Ajarkan Menghargai Sesama
-Sikap hormat-menghormati adalah kunci utama manusia untuk bertahan hidup dalam sebuah masyarakat. Anak hendaknya diajarkan untuk menghargai sesama manusia, serta menjauhkan diri dari perilaku yang merusak diri dan orang lain. Ajarkan juga untuk menyayangi lingkungannya. Ajarkan pula saling menghormati antarteman, guru, orangtua, dan lainnya. Saat berbicara, pilih kata-kata yang sopan. Katakan, berbicara sopan akan membuat orang lain lebih nyaman. Hindari meminta sesuatu dengan berteriak, kecuali dalam situasi dan kondisi tertentu. Jelaskan juga, mengapa menepati janji itu penting, mengapa pula kita harus menyapa orang lain dengan sapaan yang baik, dan sebagainya.
-Sediakan Saluran Agresivitas
-Aktif dalam kegiatan olahraga, beladiri, atau hobi lainnya yang diminati anak, akan menyalurkan sifat agresifnya. Energi anak sudah tersalurkan ke jalan yang benar.
-Kenalkan Konsekuensi
-Saat anak berbuat nakal, jelaskan konsekuensinya kepada anak. Dengan demikian, anak terbiasa berpikir dulu sebelum berbuat. Contoh, suatu waktu orangtua mendapati anak sedang menyembunyikan sandal milik temannya. Orangtua bisa berkata:
• Ibu: Apa yang terjadi jika temanmu tidak dapat menemukan sandalnya yang disembunyikan?
• Anak: Dia berjalan tanpa alas kaki.
• Ibu: Bagaimana jika di jalanan dia menginjak duri atau pecahan kaca?
• Anak: Kakinya akan terluka dan berdarah.
• Ibu: Apa yang sekiranya kamu rasakan seandainya itu menimpamu?
• Anak: Saya akan menangis karena kesakitan.
• Ibu: Bagaimana supaya temanmu tidak celaka di jalan?
• Anak: Saya tidak akan menyembunyikan sandalnya.

Sumber : tabloid-nakita.com

Konsep Diri Positif

Melatih kemandirian anak secara terus-menerus dan simultan dalam keseharian sangatlah penting di usia ini. Jika anak diberi kesempatan, ia akan punya konsep diri yang positif. Ia merasa percaya diri dan mampu melakukan segala sesuatu dengan kemampuan dirinya sendiri. Selain itu, anak pun akan kaya dengan pengalaman. Bila orangtua tidak memberi kesempatan pada anak dan membiarkan anak tak mandiri, maka ia pun akan terbiasa tergantung pada orang lain dan tak bisa melakukan apa-apa sendiri. Bahkan, hal ini dapat berlanjut hingga di usia sekolah, semisal anak tak mau makan kalau tidak disuapi.

Selain terkait dengan konsep diri yang positif, mengajarkan kemandirian juga berarti mengajarkan tanggung jawab pada anak dan mengembangkan pula kebiasaan-kebiasaan baik yang positif. Hal ini akan terbawa sampai ia dewasa nanti.

3 HAL PENTING
Ada 3 hal yangg harus diperhatikan orangtua dalam mengajarkan kemandirian pada anak usia prasekolah, yaitu:
1.Sabar
Kesabaran orangtua merupakan kunci dalam mengajari anak. Memang akan terasa capek menjelaskan atau menunggu anak menyelesaikan pekerjaannya. Namun bagi anak ada suatu kebanggaan bila ia bisa melakukannya. Orangtua yang tak sabaran bisa menyurutkan rasa ingin tahu anak sehingga ia pun enggan atau kehilangan minat untuk melakukannya.

2.Aktivitas Beragam
Beri kesempatan pada anak untuk melakukan suatu pekerjaan/aktivitas yang beragam dengan mengerahkan seluruh kemampuan yang dimilikinya.

3.Tak Banyak Kritik
Jika orangtua sering mengkritik pekerjaan anak, maka anak akan menjadi takut salah, takut mencoba dan sebagainya. Akibatnya, anak bisa trauma dan tak mau mengulangi lagi pekerjaannya karena anak merasa usahanya tak dihargai. Harusnya, orangtua tetap memberikan apresiasi/pujian meskipun pekerjaan anak belum sempurna. Dengan begitu, anak akan bersemangat sehingga ia mau melakukannya kembali, mau mencoba lagi.

Monday 27 April 2009

Tips Mencegah dan Menangani Flu Singapura

Penyakit Flu Singapura dalam istilah kedokteran disebut penyakit kaki, tangan, dan mulut / KTM (hand, foot, and mouth disease/HFMD). Penderita penyakit ini disebabkan oleh RNA. Penularannya biasanya melalui kontak langsung dengan kulit penderita, lewat udara, lewat percikan air liur, urine, dan feses. Penyakit KTM termasuk new emerging disease (penyakit infeksi baru) yang virusnya belum pernah diisolasi. Sampai saat ini belum ada imunisasi untuk mencegah penyakit ini.

Penyakit Flu Singapura kerap terjadi pada kelompok masyarakat yang padat dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10 tahun ). Orang dewasa umumnya lebih kebal terhadap enterovirus, meskipun bisa juga terkena penyakit ini.

Gejala Ringan :Flu biasa, yakni demam, batuk, pilek, pegal-pegal, dan mudah lelah.Munculnya sariawan di rongga mulut dan bercak-bercak merah berair, seperti cacar di telapak tangan dan kaki, khasnya adalah di antara sela-sela jari.Penderia biasanya disertai infeksi sekunder, seperti diare, muntah, dehidrasi, dan lemah atau komplikasi lain.

Gejala Berat :Demam tinggi dengan suhu lebih dari 39 C.Demam tidak turun-turun.Takikardia (nadi menjadi cepat).Takipneu, yaitu napas jadi cepat dan sesak .Malas makan, muntah, atau diare berulang dengan dehidrasi .Letargi, lemas, dan mengantuk terus.Nyeri pada leher, lengan, dan kaki.Kejang-kejang, atau terjadi kelumpuhan pada saraf kranial.Keringat dingin.Fotofobia (tidak tahan melihat sinar).Ketegangan pada daerah perut.Halusinasi atau gangguan kesadaran.

Pencegahan dan Penanganan:Menjaga kebersihan dan sanitasi yang sehat dan higiene.Menjaga kesehatan badan, cuci tangan, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang memungkinkan terkontaminasi.Bawa ke puskesmas atau rumah sakit jika terjadi gejala-gajala penyakit ini, dan beristirahat yang cukup.Perbanyak minum air putih, agar tidak dehidrasi.Mengonsumsi multivitamin agar daya tahun tubuh kuat.Jika ada penderita, sebaiknya jangan berkatifitas diluar rumah dahulu, karena akan memicu penularan penyakit ini.Penyakit ini umumnya akan membaik sendiri dalam 7-10 hari, dan tidak perlu dirawat di rumah sakit.Jika terjadi gejala berat maka penderita perlu mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.

Cara Mengatasi flu Singapura

OlehProf Tjandra Yoga Aditama

Pendahuluan
Yang kini disebut-sebut dengan flu singapura pada dasarnya adalah Penyakit Tangan Kaki dan Mulut atau Hand Foot Mouth Disease (HFMD). HFMD adalah penyakit yang cukup sering ditemui pada anak dan bayi dengan masa inkubasi 3-7 hari.HFMD adalah moderately contagious, menular melalui kontak langsung cairan hidung dan tenggorokan, saliva, cairan dari luka atau tinja pasien. Masa penularan terbesar adalah pada minggu pertama sakit.

Penyebab
Penyebab HFMD adalah enterovirus secara umum, termasuk coxsackievirus A16, EV 71 dan echovirus.

Gejala
Penyakit ini ditandai dengan demam, rash dan blister di telapak kaki, tangan dan mukosa mulut, tidak nafsu makan, malaise dan nyeri tenggorokan. Satu-dua hari setelah demam timbul keluhan nyeri di mulut dimulai dari blister sampai kemudian dapat menjadi mucus. Lesi dapat terjadi di lidah, gusi dan bagian dalam mulut lain.

Perjalanan Penyakit
•Biasanya penyakit ini tidak berat, pengobatan hanya suportif dan akan sembuh dalam 7-10 hari. Infeksi EV 71 dapat juga bermula dari saluran cerna yang kemudian sistemik dan menimbulkan gangguan neurologis. Sementara itu, HFMD akibat coxsackievirus A16 juga dapat menyebabkan meningitis
•Pada kejadian sangat jarang HFMD akibat EV 71 menyebabkan meningitis dan bahkan encephalitis, namun hal seperti ini terjadi pada outbreak HFMD di Malaysia 1997 dan Taiwan 1998.
•Di tahun 2008 sampai 29 April 2008, di China terdapat 1884 kasus HFMD akibat Enterovirus (EV 71) pada bayi dan anak-anak, 20 di antaranya meninggal. Semua kematian terjadi akibat komplikasi serius neurogenic pulmonary oedema. Case fatality rate di China pada 10-31 Maret 2008 adalah 11 persen dan pada 17-29 April 0,2 persen.

Penanggulangan dan Pencegahan
Tidak ada pencegahan khusus untuk HFMD, tetapi risiko tertular dapat diturunkan dengan good hygienic practise (PHBS), seperti mencuci tangan, dan lainnya. Bila ditemukan tanda-tanda yang membahayakan penderita, seperti gejala neurologi, kejang mioklonik, iritabel, insomnia, abdomen distensi, muntah berulang, sesak napas, dan halusinasi, pasien harus segera dirujuk ke rumah sakit terdekat.

Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap penyakit TKM ini perlu disampaikan kepada masyarakat, yaitu dengan:
a. Meningkatkan kehigienisan/kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan sabun, menutup mulut dan hidung bila batuk dan bersin, serta tidak menggunakan secara bersama-sama alat-alat rumah tangga (misal cangkir, sendok, garpu) dan alat kebersihan pribadi (misal handuk, lap muka, sikat gigi dan pakaian, terutama sepatu dan kaus kaki).
b. Membersihkan alat-alat yang terkontaminasi dengan air dan sabun.
c. Mengamati terhadap kontak penderita dalam satu rumah secara ketat.

Tindakan kewaspadaan dini dan kesiapsiagaan dengan melakukan koordinasi dan advokasi serta respons cepat bagi instansi yang berwenang perlu dilakukan apabila ditemukan adanya peningkatan penderita penyakit TKM pada suatu lokasi yang sama, seperti:
a. Meliburkan sekolah (selama dua kali masa inkubasi terpanjang, + 12 hari).
b. Melakukan tindakan perbaikan kualitas sanitasi lingkungan melalui desinfeksi dan dekontaminasi, baik di lingkungan permukiman maupun sekolah.
c. Melakukan tindakan pengamanan lingkungan guna mencegah kepanikan masyarakat dan hal-hal yang dapat mengganggu upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap penyakit TKM ini.

Kesimpulan
Penyakit Tangan Kaki Mulut ini menyerang sebagian besar adalah anak usia di bawah 10 tahun dan sampai saat ini belum ada obat atau vaksinnya. Penyebabnya antara lain adalah Enterovirus (EV)71. Gejala penyakit TKM adalah demam dan vesikel serta ruam di dalam mulut, telapak tangan, telapak kaki dan mungkin juga pada bokong bayi. Gejala lain dapat berupa nyeri otot, muntah, diare, nyeri perut, dan konjungtivitis. Pada keadaan tertentu, dapat menyebabkan gangguan neurologi berat atau radang otak (meningitis aseptic atau encephalitis).

Penulis adalah Dirjen P2PL Depkes RI

Sunday 26 April 2009

5 Langkah Agar Anak Tidak Serakah

Tak mau satu, maunya semua! Apa yang harus dilakukan orangtua agar perilaku ini tak keterusan? Suatu sore di hari libur, Immy membuat kue kesukaan anaknya, Bian (4). Begitu selesai, satu stoples berisi kue itu langsung dibawa sang bocah ke kamarnya. "Lo, kok, Mama dan Papa enggak dibagi kuenya, Sayang?" tanya Immy. "Enggak ah. Aku mau semuanya!" Begitu pun di sekolah. Ketika itu ada kegiatan menggambar. Saat guru membagikan satu batang pensil warna untuk masing-masing anak.

Ya, si prasekolah kadang suka berlaku "serakah", tidak mau berbagi dengan teman-teman, adik, bahkan orangtuanya sendiri. Perilakunya malah terkesan egois, bahwa segala sesuatu yang diberikan kepadanya harus lebih banyak dari yang lain, kalau perlu mendapatkan semuanya. Dia akan merasa bangga karena melebihi yang lain, misalnya, "Ayo lihat nih, aku punya tiga pensil warna. Kamu cuma dapat satu!" Jadi, ada keinginan dalam dirinya untuk mendapatkan sesuatu dalam jumlah yang banyak.

Menurut Sani B. Hermawan, Psi., dalam diri si prasekolah ini, berkembang konsep pemahaman bahwa ingin punya sesuatu dalam jumlah banyak. Dengan kata lain, dia masih cenderung mengutamakan kuantitas ketimbang kualitas. Maka bila mendapatkan jumlah yang lebih banyak, dia pun merasa ada kepuasan. "Di sisi lain, pada dasarnya dalam diri anak ada kebutuhan untuk memuaskan diri dengan cara memiliki atau mendapatkan benda atau apa pun sebanyak-banyaknya," kata Direktur Lembaga Pelatihan Daya Insani, Jakarta ini. Perilaku si prasekolah selain tampak "serakah", juga mau menang sendiri, egois dan sederet label negatif lainya. Sifat individualnya masih sangat dominan sehingga apa pun yang dilakukannya masih terpusat pada dirinya sendiri. Alhasil, ketika diberikan sesuatu, dia malah ingin semuanya.

Dalam hal ini, lingkungan sangat memengaruhi perilakunya yang cenderung "serakah" itu. Misalnya, orangtua yang memberi sesuatu selalu banyak atau berlebihan demi membuat anak merasa puas, entah itu makanan, mainan atau hal lainnya. Dengan begitu, anak akan memersepsikan bahwa sesuatu yang banyak itu memang menyenangkan. Contoh, suatu saat sang ayah memberi hadiah pada si prasekolah mainan tertentu. Akan tetapi, di saat yang sama, ibunya pun memberikan mainan. Lantaran itu, si prasekolah pun tak mendapatkan pelajaran atau suatu pengalaman mengenai "apa yang ia dapatkan" tetapi yang ditangkapnya adalah "berapa banyak yang aku dapatkan". Maka tak perlu heran bila kemudian si prasekolah selalu minta sesuatu dalam jumlah banyak.

5 LANGKAH
Nah, perilaku "serakah" tentu tak boleh dibiarkan, bukan? Soalnya, bila tak diantisipasi akan mengganggu proses sosialisasinya. Bisa saja kemudian ia dijauhi temannya atau menjadi bulan-bulanan di antara teman-teman. Mumpung hal itu belum terjadi, maka sebagai upaya antisipasinya, lakukan beberapa hal berikut ini:
Beri penjelasan

Jelaskan pada anak bahwa bukan hanya soal jumlah atau banyaknya yang dia dapat, akan tetapi maknanya. Misalnya, ketika guru memberikan masing-masing satu pensil warna dan satu kertas gambar, berarti semuanya itu sama, tak ada yang dibedakan.

Ajarkan berbagi
Meski anak usia prasekolah sudah mengetahui konsep berbagi, tapi tak semuanya sudah memahami dengan baik. Jadi perlu terus diajarkan mengenai konsep berbagi ini. Umpamanya, dalam konteks yang sederhana, ketika di sekolah, ajarkan untuk mau berbagi bekal atau kue yang dibawanya dari rumah kepada temannya. Pesankan sebelum berangkat sekolah, "Sayang, Ibu bawakan kamu bekal yang cukup banyak. Nah, nanti di sekolah kamu bagi-bagi sama teman ya." Tak ketinggalan, pesan moral dari konsep berbagi ini, misalnya, "Kalau kamu suka memberi teman, kamu akan disenangi teman."

Nah, dengan seringnya belajar berbagi, lama-kelamaan dia akan terlatih pula untuk tidak menjadi "serakah" lagi. Kemudian, bila anak masih belum mau meminjamkan mainannya, cukup katakan bahwa temannya akan merasa senang bila ia mau meminjamkan mainannya. Atau temannya akan merasa sedih kalau tidak dibolehkan mencicipi makanan miliknya. Dengan begitu, si prasekolah pun belajar untuk berempati pada orang lain.

Konsisten
Orangtua sebaiknya bersikap konsisten untuk tidak memberi anak sesuatu secara berlebihan. Boleh jadi si prasekolah jadi uring-uringan atau terus merengek lantaran kemauannya untuk mendapatkan sesuatu dalam jumlah banyak tak terpenuhi. Sekali lagi, kita harus tetap konsisten. Kalau kita "mengalah", justru itu akan dijadikan senjata oleh anak di kemudian hari. Jadi, dalam masa pembelajaran ini, sebaiknya kita tak selalu menuruti kemauannya yang cenderung berlebihan.

Dukungan lingkungan
Kalaupun anak mulai mau belajar untuk tidak "serakah" lagi, akan tetapi bila lingkungannya tak mendukung, ya tentu sikap buruknya itu akan sulit diubah. Contoh dari orangtua pun sangat besar pengaruhnya. Tradisi bertukar bingkisan atau makanan dengan tetangga atau bersedekah kepada peminta-minta menjadi contoh yang lambat-laun ikut mengikis sikap serakah dalam dirinya.

Akan tetapi, boleh jadi, si prasekolah sulit untuk meninggalkan perilaku "serakah"nya itu. Soalnya, sesuatu yang dimilikinya itu seolah merupakan bagian dari dirinya. Maka, untuk menghadapi hal ini orangtua perlu usaha yang lebih giat untuk memberi pengertian dan penjelasan pada si prasekolah. Memang, jangan berharap si prasekolah langsung bisa memahami maksud kita. Begitu pun kita tak boleh memaksa anak untuk mau berbagi, karena justru hasilnya takkan maksimal. Toh, secara naluri, tiap orang termasuk anak-anak sebenarnya memiliki kemampuan untuk mau memberi, berbagi dan menolong orang lain. tinggal bagaimana kita mengasah kemampuannya itu.

Jangan beri label
Poin terakhir, yang tak kalah pentingnya adalah jangan sampai si prasekolah dijuluki si "serakah" atau si "pelit". Jadi sebaiknya hindari pelabelan seperti itu. Pasalnya, kata-kata ini justru akan membuatnya merasa disalahkan atau tak berharga. Perlu diketahui, pada dasarnya ia memang belum paham mengenai perilaku apa yang diharapkan, lantaran masih memandang dirinya sebagai orang yang paling penting. Ini karena dia masih bersikap egosentris. Jadi sekali lagi, jangan sampai menggunakan julukan yang menyudutkan si kecil.

Sumber : tabloid-nakita.com

Burukkah Bahasa Gaul

Pengaruh Media
Bila ditelusuri, bahasa gaul di kalangan anak sekolah dasar muncul karena pengaruh lingkungan. Umumnya mereka menyerap dari percakapan orang-orang dewasa di sekitarnya. Atau meniru dari media massa, semisal dari adegan percakapan di televisi maupun mengikuti tren bahasa gaul di media cetak.

Yang pasti, bahasa gaul akan selalu muncul dan berkembang sesuai zaman masing-masing. Beberapa tahun lalu, istilah "memble aje" atau "Biarin, yang penting kece" sempat ngetren. Istilah-istilah tersebut lantas tenggelam dengan sendirinya, tergantikan oleh istilah lain. Di antaranya, "so what gitu loh", "jayus", dan "Kesian deh lo!"

Seperti sebelum-sebelumnya, istilah-istilah tersebut awalnya merupakan penggalan-penggalan bahasa yang khusus hanya digunakan dalam kelompok tertentu hingga hanya bisa dimengerti anggota kelompok tersebut. Namun lama-kelamaan istilah-istilah ini tersosialisasi dan kemudian jadi umum digunakan oleh lingkungan yang dekat dengan kelompok tersebut, yakni anak-anak usia sekolah dan remaja.

Mengapa anak usia SD? Tak lain karena dorongan untuk meniru lingkungan amat kuat dalam diri anak usia sekolah dasar. Ini merupakan tanda bahwa mereka tengah berusaha untuk beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Tak heran kalau ada temannya yang menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa sehari-hari biasanya ia juga akan menggunakan bahasa yang sama saat berkomunikasi dengan teman-temannya. Tujuannya apa lagi kalau bukan ingin diterima dalam lingkup pergaulan tersebut hingga sama sekali tak ingin beda.

Selain itu, anak pun lazimnya akan termotivasi melakukan sesuatu bila melihat orang lain mendapat imbalan positif saat melakukan hal tersebut. Dalam hal ini anak melihat temannya yang di sekolah kerap menggunakan bahasa gaul tersebut disukai teman-teman lain. Makanya si anak akan cenderung meniru apa yang dilakukan si teman. Dengan kata lain, biasanya anak akan menyontoh perilaku sosok yang signifikan baginya, yakni kakak, orangtua ataupun bintang idola.

Kalau mereka menggunakan bahasa gaul, anak pun akan segera mengadaptasi perilaku tersebut Dengan begitu perlu dipahami bahwa menyerap bahasa gaul yang tengah menjadi tren merupakan bagian dari konformitas terhadap lingkungan. Pahami pula jika hal ini merupakan salah satu tahapan perkembangan kepribadian anak usia sekolah. Yang dimaksud konformitas adalah meleburkan diri pada lingkungan agar mendapat pengakuan.
Sebagai catatan, di usia sekolah dasar anak mulai memasuki diffusion alias pencarian identitas. Nah, salah satu bentuk identitas yang dicari anak adalah pengakuan lingkungan dengan ikut-ikutan bicara menggunakan penggalan bahasa yang sedang populer. Di benak anak, "Wah, kalau enggak ngomong kayak gitu, aku pasti dianggap enggak gaul'."

Dalam perkembangan sosial anak usia SD, konformitas memang amat diperlukan karena akan meningkatkan self esteem (harga diri) anak. Jadi, biarkan saja anak ikut tren yang memang diperlukan bagi perkembangan sosialnya. Yang harus diajarkan pada anak adalah soal penempatan, dalam arti kapan dan kepada siapa bahasa tersebut boleh digunakan.

Sumber : tabloid-nakita.com

Belajar Mendengarkan Anak (Bagian 2 - habis)

Tatap Mata
Tatapan mata menandakan orang tua bersungguh-sungguh terhadap apa yang diucapkan. Apalagi bila saat itu orang tua sedang mencoba menegur sebuah perilaku buruk si kecil. Cara berkomunikasi seperti itu menandakan orang tua tidak main-main dengan yang diucapkan. Lain halnya jika orang tua menegur namun perhatiannya entah ke mana. Kalau ini yang terjadi, jangan harap si kecil tak bersikap cuek.

Kontak Tubuh
Dalam situasi dan kondisi tertentu, kontak tubuh anak juga perlu. Jenis kontak tubuh ini disesuaikan dengan tujuan komunikasi orang tua. Jika anak terlihat tidak memperhatikan, orang tua bisa membalikkan tubuh sekaligus memegang badan si kecil agar dia memperhatikan pembicaraan. Sikap itu menunjukkan keseriusan orang tua dalam berkomunikasi. Atau saat ingin mengajarkan nilai-nilai, orang tua bisa mendekap anak seraya mengembangkan senyum terlebih dahulu. Setelah itu, barulah orang tua bisa memasukkan pesan-pesan moral kepada anak. Kontak tubuh membuat anak merasa terlindungi sekaligus dicintai.

Bicara Tegas
Sikap tegas berbeda dengan sikap galak. Galak cenderung mengobral ancaman dengan nada bicara tinggi. Sementara sikap tegas hanya menuturkan apa yang tidak boleh dilakukan dibarengi nada bicara yang datar namun jelas, tidak terlalu tinggi dan tidak juga terlalu rendah. Adapun ekspresi orang galak mirip dengan orang yang sedang marah, sedangkan wajah yang tegas cenderung tanpa ekspresi. Sikap tegas membuat anak segan dan tak tergerak untuk melanggar aturan. Berbeda dengan sikap galak yang hanya akan membuat anak takut namun tidak konsisten perilakunya. Di dekat orang tua bisa bertingkah manis, tetapi jika di depan orang lain bisa bersikap sebaliknya.

Ingat juga, jika anak sering digalaki, dia akan kebal saat dimarahi orang tua. Ade punya kasus orang tua galak yang kesulitan mendisiplinkan anak. Saking sering digalaki, anaknya cuek saja saat dimarahi. Padahal orang tua sudah berteriak-teriak marah. Barulah ketika orang tua mengeluarkan suara tertingginya, si anak menghentikan aktivitasnya dan menoleh pada orang tua.

Jika hendak menegur anak yang kelamaan main game, ibu yang tegas cukup berkata, "Adek, ayo naik tempat tidur." Sementara yang galak akan mengatakan hal yang sama dalam ucapan, "Dari tadi kamu nonton teve terus. Pokoknya, kamu enggak boleh nonton teve lagi!" Sikap tegas juga mesti dilakukan secara bertahap. Jika cara satu dirasa tidak mempan, orang tua bisa mencari jalan lain. Misalnya, jika sudah tiga kali diingatkan agar mematikan video game-nya, orang tua bisa mematikan video game tersebut lalu menyuruh anak masuk ke kamarnya untuk tidur.

Ade juga menegaskan, terlalu lembut juga tidak baik buat perkembangan anak. Sebab sikap ini umumnya sulit membuat anak taat aturan. Karena saking sayangnya, orang tua sering tidak bisa bersikap tegas kepada anak. Akibatnya, orang tua tidak tahu mana hal yang benar dan mana pula yang salah. Sangat mungkin anak akan berontak jika suatu saat dia ditegur karena melakukan kesalahan.

Minta Tolong
Jika hendak minta bantuan anak, yang pertama kali harus diucapkan adalah "minta tolong". Memang hal itu tidak serta merta mengikis sikap cuek-nya. Akan tetapi minimal orang tua telah mengajarkan anak bersikap santun. Anak pun merasa tidak dipaksa saat diperintah atau dimintai bantuan.

Kerjakan Bersama
Patut diingat, anak lebih mengingat contoh nyata ketimbang kata-kata. Bahkan meski tanpa disuruh, anak pun akan semangat menjalankan perintah asalkan ia melihat teman atau orang lain menjalani perintah yang sama. Jadi, usahakan memberi contoh terlebih dulu sebelum memberi perintah. Saat melihat mainan anak berantakan, contohnya, orang tua sebaiknya tidak berkata, "Adek ayo beresin mainan. Kalau enggak, Ibu enggak bakalan beliin mainan lagi lo." Akan lebih ampuh bila mengatakan, "Eh mainannya kita beresin sama-sama yuk. Ibu beresin mobilnya, kamu beresin motor-motorannya ya."

Dengan perintah/permintaan seperti itu, Ade menjamin, anak yang tadinya cuek bisa mendadak tergerak membantu ibunya membereskan mainan. Ingat, anak usia ini masih memerlukan bantuan orang tua untuk memupuk kemandiriannya. Kendati dengan berjalannya waktu, bantuan tersebut sedikit demi sedikit mesti dilepaskan, hingga akhirnya si anak bisa mandiri. Selain itu, cara ini pun secara tidak langsung akan mengajarkan pada anak bagaimana menjalin kerja sama. Saat mengerjakan sesuatu, anak dituntut bisa bahu-membahu dengan orang lain. Dengan demikian pekerjaan akan cepat selesai, selain sikap ego yang dimilikinya bisa diminimalkan. "Enggak lucu kan melihat orang lain sibuk bekerja sementara anak ongkang-ongkang kaki."

Berikan Teladan
Teladan sangat bermanfaat buat si kecil. Dengan contoh konkret dari sosok idola, anak mudah menyerap sebuah perilaku. Ketika orang tua hendak mengajarkan pentingnya mendengarkan, mulailah dari memberi perhatian ketika si kecil berbicara. Cara itu akan mengajarkan si kecil bahwa memperhatikan orang yang tengah berbicara padanya merupakan bagian dari sopan santun. Jika tidak memungkinkan karena sedang sibuk, orang tua setidaknya memberikan penjelasan/alasan. Contohnya, "Adek ceritanya nanti ya, Mama sedang sibuk masak nih."

Sumber : tabloid-nakita.com

Belajar Mendengarkan Anak (Bagian 1)

Anak umumnya hanya mau mendengar komunikasi yang menyenangkan. Karena itu, lihat situasi dan kondisi saat berkomunikasi dengan anak. Termasuk memerintah, menegur atau melarang anak. Si kecil cuek? Jangan bingung dulu sebab seperti dipaparkan Sri Razwanti Suciyati, Psi., anak usia ini sudah mulai memahami perintah. Cuma karena sifat egosentris yang dimiliki, anak biasanya hanya mau mendengarkan perintah/pembicaraan menyenangkan saja. "Kalau perintah itu tidak membuat dirinya senang, maka dia akan bereaksi negatif. Salah satunya dengan sikap cuek."

Tak heran ketika orang tua berkata, "Adek beresin mainan ya," atau "Eh Adek kenapa tadi kamu enggak cium tangan kakek?", anak langsung cuek seolah tak mendengar kata-kata orang tuanya. Lain halnya jika orang tua berkata, "Eh, Dek jajan yuk!", atau "Sekarang di teve ada Kapten Tsubatsa lo.", bisa dipastikan si prasekolah langsung memberikan respons positif. Itulah mengapa, jangan sekali-kali menganggap si prasekolah yang cuek tidak mendengar apa pun yang dikatakan padanya. Karena di balik sikap cueknya, sebenarnya anak menangkap isi pembicaraan tersebut. Sikap pura-pura tidak mendengar seperti ini bukan cuma di rumah, tapi juga di "sekolah". "Banyak anak yang di kelasnya seolah tidak memperhatikan penjelasan sang guru. Namun begitu waktu "sekolah" usai, ia bisa menceritakan panjang lebar tentang materi pelajaran kepada orang tuanya di rumah.

Sikap cuek si kecil tidak lain merupakan bentuk penolakan terhadap isi pesan. Saat orang tua menegur si kecil agar berhenti nonton teve, anak menanggapinya dengan cuek karena ia tidak mau aktivitasnya dihentikan. Demikian pula, misalnya, ketika orang tua menegur anak agar tidak main-main dengan kompor, ia sebenarnya tidak mau dilarang main-main kompor. Menurut psikolog yang akrab disapa Ade ini, sikap cuek turut dipengaruhi oleh karakter anak. Anak dengan karakter pasif dan pemalu, biasanya memang lebih cuek daripada anak yang aktif dan terbuka. Begitu juga anak yang bersikap cuek karena belum mengenal orang yang mengajaknya bicara. Itulah sebabnya, sebelum bertanya atau memberi perintah, baik orang tua maupun siapa pun, hendaknya mengenal anak dengan baik. Disamping itu, anak yang pasif perlu dipupuk kepercayaan dirinya agar tidak segan berkomunikasi dengan orang yang belum dikenalnya.

KIAT MENGATASINYA
Psikolog dari Essa Consulting Group menawarkan beberapa kiat untuk mencegah maupun mengatasi sikap cuek anak saat berkomunikasi:

Tunggu Aktivitasnya Selesai
Saat anak terlihat sibuk, tunggulah hingga aktivitasnya selesai. Sebab anak sulit mengalihkan perhatian ketika asyik dengan kegiatannya. Saat anak asyik nonton tayangan kesukaannya, tunggulah berkomunikasi hingga jeda iklan. Akan sia-sia jadinya jika orang tua bicara selagi anak sedang sibuk main/nonton. Kecuali jika pembicaraan itu memang benar-benar penting. Jika ini yang terjadi, tidak ada jalan lain, orang tua mesti memaksa anak menghentikan aktivitasnya. Atau supaya si kecil tidak terganggu aktivitasnya, orang tua boleh saja memberi peringatan beberapa puluh menit sebelumnya. "Nanti sepuluh menit lagi kamu mandi ya." Dengan cara itu, anak memiliki persiapan ketika harus menghentikan aktivitasnya.

Bicara Dekat Anak
Perhatian anak akan mudah terfokus saat orang tua berbicara langsung. Karena itu, baik ketika memberi perintah, berdialog, atau menanyakan sesuatu, usahakan berbicara tidak jauh secara fisik dari anak. Anak pun akan mudah menangkap pesan yang disampaikan orang tua. Sebaliknya, anak akan cenderung tidak memperhatikan ketika seseorang berbicara jauh secara fisik dari dirinya. Orang tua tidak bisa begitu berteriak-teriak dari dapur, sedangkan anaknya sedang asyik bermain di halaman rumah. "Anak tentu akan sulit menangkap pesan orang tua hingga bersikap cuek." Kecuali dalam situasi dan kondisi tertentu, orang tua boleh saja berkomunikasi dari kejauhan. Asal kejauhannya tidak menghambat pesan tersebut sampai kepada si kecil. Akan tetapi orang tua mesti bekerja keras agar pesan tersebut bisa ditangkap anak.

Tatap Mata
.. besambung...

Sumber : tabloid-nakita.com

Thursday 23 April 2009

Mengenali Luka Bakar

Tersiram air panas merupakan salah satu penyebab luka bakar yang sering pada anak. Sebagai orangtua, paling tidak kita bisa mengenali jenis atau tipe luka bakar yang terjadi dan apa yang harus dilakukan dengan luka bakar tersebut.

Mengenali tipe luka bakar yang terjadi
Jika anak tersiram air panas, pertama kali kenalilah derajat keparahan luka bakar, ini akan menentukan apakah anak perlu di bawa ke rumah sakit atau tidak.

Luka bakar derajat satu:
Paling ringan, luka terbatas pada lapisan kulit paling luar. Tandanya: kemerahan, nyeri, sedikit bengkak, kulit kering tetapi tidak ada lepuh. Kulit di area yang terkena biasanya berubah pucat jika ditekan. Bisa sembuh sendiri dalam waktu 5-10 hari.

Luka bakar derajat dua:
Kerusakan kulit meliputi kulit paling luar (epidermis) dan sebagian kulit bagian dalam (dermis). Tandanya: reaksi radang lebih berat, kulit tampak berair disertai lepuh (gelembung berisi cairan). Area juga terasa nyeri sehingga anak akan menangis disebabkan iritasi ujung saraf. Permukaan area luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi dari kulit normal.

Waktu penyembuhan: pada luka bakar derajat dua yang dangkal, dapat sembuh sendiri dalam waktu 10-14 hari. Pada luka bakar derajat dua dalam, yaitu bila folikel rambut, kelenjar keringat dan sebasea terkena meski hanya sebagian kecil, penyembuhan menjadi lebih lama bisa mencapai satu bulan.

Luka bakar derajat tiga:
Merupakan yang paling berat dan mengenai seluruh lapisan kulit hingga jaringan di bawahnya. Tandanya: Tidak ada lagi lepuh dan anak tidak merasa nyeri karena ujung saraf rusak. Area kulit yang terkena berwarna abu-abu dan pucat, letaknya lebih rendah daripada kulit normal. Folikel rambut, kelenjar keringat dan sebasea ikut rusak. Penyembuhan tergantung keparahan. Pada yang parah, bisa dilakukan transplantasi kulit untuk menggantikan kulit yang hilang.

Langkah selanjutnya sesuai dengan tipe luka bakar yang terjadi:
Jika luka bakar derajat satu:
-Jika sempat, bukalah pakaian si anak di area yang terkena air panas.
-Alirkan air sejuk (tetapi tidak dingin) di area tersebut, bisa juga di kompres hingga nyeri berkurang (jangan memakai es karena akan memperlama penyembuhan).
-Jangan menggunakan mentega, odol, bedak, atau apapun yang katanya dapat digunakan untuk luka bakar sebab bisa meningkatkan risiko infeksi.
-Cucilah area yang terkena dua kali sehari dengan sabun cair. Jangan mengutak-atik lepuh yang berisi cairan karena berfungsi melindungi kulit dari infeksi. Saat lepuh pecah, bersihkan sisa-sisa kulit yang tertinggal, dan berikan salep antibiotik atau antiseptik lalu tutup dengan perban steril. Ganti perban setiap kali luka dicuci.
-Jika keluhan nyeri amat mengganggu aktivitas si anak, dapat diberikan asetaminofen atau ibuprofen diminum sesuai dosis. Kompres air sejuk juga bisa mengurangi nyeri.

Jika luka bakar derajat dua dalam atau derajat tiga:
-Segera bawa ke unit gawat darurat rumah sakit
-Sebelumnya, lakukan tindakan sesuai luka bakar derajat satu
-Baringkan anak dengan posisi area yang terkena lebih tinggi
-Pastikan area tersebut bebas dari pakaian ataupun ikatan
-Selimuti luka bakar dengan handuk bersih yang dilembabkan, jaga jangan sampai anak kedinginan atau kepanasan.

Bawa anak ke rumah sakit bila:
-Luka bakar termasuk derajat dua atau tiga
-Area yang terkena air panas cukup luas, yaitu lebih dari 15-20% permukaan tubuh. Luka bakar bisa menyebabkan kematian karena kehilangan cairan tubuh dan reaksi inflamasi yang berlebihan. Semakin luas area terkena, semakin besar kemungkinan itu terjadi.
-Luka bakar terjadi di wajah, kepala, tangan, persendian, dan area kemaluan.
-Luka bakar tampak bernanah, membengkak, dan kulit normal di sekitarnya tampak ikut memerah.

Anda bisa menelpon atau datang ke dokter di lain hari, bila terjadi:
-Luka bakar terinfeksi
-Tidak sembuh-sembuh dalam sepuluh hari
-Anak tampak makin sakit
-Jika ada kekhawatiran terjadi sesuatu pada anak.

Referensi:
Moenadjat Y. Luka bakar, penatalaksanaan awal dan permasalahannya. Dalam: Ramli M, Umbas R, Panigoro SS, penyunting. Kedaruratan Non Bedah dan Bedah. Balai Penerbit FKU: Jakarta, 2000
Burns. Emergencies: what to do. Kidshealth for parents. Tersedia dalam: www.kidshealth.com
University of Michigan Health System. Schmitt BD, MD. Burns (Thermal). McKesson Health Solutions LLC. 2002.
Sumber : anakku.net

Wednesday 22 April 2009

Materi Bukan Jaminan Anak Bahagia

Memiliki dua saluran keuangan dalam keluarga adalah tidak salah. Tetapi, upaya mencari karier dan uang sering membuat orangtua lalai akan kewajiban pokok mereka, yaitu mengasuh dan mendidik anak.
Kesibukan mereka mencari kekayaan sering menyita waktu untuk anak. Orangtua sering tidak memiliki waktu lagi untuk bermain bersama anak, mendengarkan curahan hatinya, memberikan perhatian, dan kasih sayang. Pada akhirnya, untuk menutupi ‘kekurangan dan perasaan bersalah’ merekapun berdalih bahwa semua yang mereka lakukan adalah semata-mata demi membahagiakan anak.

Banyak orangtua beranggapan bahwa dengan memberikan banyak materi dalam bentuk uang, mainan, dan pakaian berarti membahagiakan anak. Oleh sebab itu, tak heran jika ada sebagian orangtua yang setiap mingggu atau bahkan setiap kali melihat mainan lalu memutuskan untuk membelinya.

Harga bukan masalah penting bagi orangtua seperti itu. Yang terpenting bagi mereka adalah dengan memberikan setumpuk materi yang disukai anak, maka harapan mereka untuk membahagiakan anak tercapai.
Sejatinya, perlu orangtua fahami bahwa kebahagiaan yang mendasar bagi seorang anak adalah bukan terletak pada tumpukan materi, melainkan terletak pada ‘sikap dan perlakuan’ orangtua terhadapnya. Anak yang dibesarkan dengan cinta yang tulus, curahan kasih sayang, dan perhatian (bukan oleh materi), akan selalu hidup dalam suasana yang penuh kebahagiaan (Prof. Sa’ad Karim, 2006).

Anak yang merasa dirinya dicintai, disayangi dan diperhatikan oleh orangtuanya akan tumbuh menjadi anak yang berprestasi, percaya diri, bertanggung jawab, patuh dan berbakti kepada kedua orangtuanya.
Jadi, kunci untuk membahagiakan anak adalah dengan memberikan sesuatu yang abadi, yaitu cinta, kasih sayang, dan perhatian, bukan sesuatu yang mudah rusak, habis, dan mudah hilang seperti materi (uang atau mainan).

Sumber : perkembangananak.com

Manfaat Berkemah Bagi Anak

Banyak orangtua menjadi bingung ketika anak meminta izin untuk ikut berkemah bersama teman-temannya. Biasanya orangtua akan merasa serba salah bila harus memutuskan hal yang satu ini. Jika diizinkan, mereka takut kalau-kalau nanti terjadi sesuatu yang tidah diharapkan. Tetapi jika dilarang, anak biasanya akan marah dan merasa kecewa. Anak akan beranggapan bahwa orangtua tidak pengertian dan tidak mau memberikan kesempatan kepadanya untuk bisa bersenang-senang bersama teman.

Memberikan izin kepada anak untuk berkemah memang tidak mudah. Terutama bagi orangtua yang tidak biasa melepaskan anak bermalam di suatu tempat yang baru dan bersama pihak lain. Kondisi seperti ini akan cenderung membuat orangtua ingin melarang anak agar tidak jadi ikut berkemah. Sebab, membiarkan anak pergi berkemah boleh jadi akan membuat perasaan orangtua menjadi terasa sangat tersiksa. Bayangan-bayangan negatif yang mungkin terjadi pada diri anak selama di perkemahan akan terasa sulit sekali untuk dihapuskan.

Menyikapi hal di atas, sebagai upaya untuk menghindarkan perasaan khawatir yang berlebihan maka orangtua seyogyanya meyakinkan terlebih dahulu bahwa anak akan mengikuti acara berkemah bersama orang-orang yang dapat dipercaya dan di lokasi yang tidak membahayakan (aman). Bila semuanya sudah jelas, janganlah orangtua lupa untuk memberikan penjelasan kepada anak tentang apa saja yang harus dilakukan apabila ia mendapatkan kendala saat berkemah. Selain itu, pesankan kepada anak dengan cara yang bijak agar ia selalu menjaga diri dengan baik.

Sejatinya, banyak nilai positif yang dapat diambil oleh anak melalui berkemah ini. Beberapa di antaranya adalah mengajarkan anak bagaimana bertahan hidup, belajar bekerja sama dengan orang lain bila ia membutuhkan bantuan, belajar bagaimana cara membuat tempat untuk beristirahat yang nyaman dan aman. Selain itu, berkemah juga baik untuk merangsang kecerdasan natural (naturalist intelligence) anak. Sebab, membiarkan anak berada di ruang terbuka dapat mendorong anak mengetahui banyak informasi dan pengetahuan tentang bentuk-bentuk alam yang ada di sekitarnya ( dr. Maya & Wido, 2006). (yer)

Sumber : perkembangananak.com

Imunisasi HIB

Apa itu Hib?
Hib adalah singkatan untuk Haemophilus influenzae type b, sejenis bakteria yang menyebabkan penyakit yang dapat berakibat fatal, seperti: Radang selaput otak ( Meningitis) -jangkitan pada selaput otak dan saraf tunjang Radang paru- paru (Pneumonia) - jangkitan pada paru- paru Radang epiglotis ( kerongkong ) - jangkitan pada epiglottis Keracunan darah ( septicaemia ) - jangkitan darah Radang sendi - jangkitan pada sendi Penyakit Hib, jangkitan HIV dan Hepatitits B BUKAN satu penyakit yang sama. Vaksin pencegah Hepatitis B adalah vaksin Hepatitis B manakala vaksin penyakit Hib adalah vaksin Hib.

Mengapa penyakit Hib berbahaya?
Mudah berjangkit terutama dikalangan kanak-kanak Mudah merebak Biasanya menyebabkan penyakit yang fatal atau membawa maut. Jangkitan Hib pada selaput otak bisa mengakibatkan kecatatan otak yang kekal.

Siapa yang bisa terjangkit penyakit Hib?
Penyakit Hib kerap berlaku dikalangan kanak- kanak bawah umur 5 tahun. Risiko jangkitan adalah paling tinggi dikalangan kanak- kanak berumur dibawah 1 tahun. Pengaulan rapat dengan kanak- kanak yang dijangkiti Hib meningkatkan risiko mendapat penyakit Hib. Bayi yang mendapatkan ASI, akan mendapat perlindungan daripada penyakit Hib, namun begitu, Imunisasi masih diperlukan untuk mendapat perlindungan maksimal.

Bagaimana penyakit Hib merebak?
Penyakit Hib boleh merebak apabila orang yang dijangkiti batuk atau bersin. Boleh juga merebak melalui perkongsian barang mainan yang dimasukkan kedalam mulut.

Bagaimana penyakit Hib bisa dicegah?
Penyakit Hib bisa dicegah melalui imunisasi Hib. Imunisasi Hib tidak dapat melindungi kanak- kanak daripada mendapat penyakit yang disebabkan oleh bakteria/ virus yang lain. Kanak- kanak mungkin boleh mendapat lain jenis jangkitan radang paru- paru, radang selaput otak atau selesma.

Kapan imunisasi Hib diberi?
Semua bayi berumur 2, 3 dan 5 bulan perlu diberi imunisasi Hib Imunisasi Hib diberikan sebanyak 3 dos. Umur Dos: 2 bulan Dos 1, 3 bulan Dos 2, 5 bulan Dos 3

Bagaimana imunisasi Hib diberi?
Imunisasi Hib diberikan secara suntikan dibahagian otot paha. Imunisasi ini diberikan dalam satu suntikan bersama imunisasi Difteria, Pertussis dan Tetanus (DPT). Juga boleh diberikan bersama imunisasi lain seperti imunisasi Hepatitis B.

Apakah efek samping imunisasi Hib?
Imunisasi Hib adalah AMAN Kesan sampingan(=efek samping) yang berlaku biasanya ringan dan tidak berbahaya berbanding jika mendapat penyakit Hib atau komplikasinya. Walau bagaimanapun, sakit, bengkak dan kemerahan boleh berlaku ditempat suntikan. Ini selalunya berlaku dari 1hingga 3 hari selepas imunisasi. Kadangkala, kanak- kanak boleh juga mendapat demam untuk masa yang singkat selepas imunisasi.

Bumbu Tradisional Untuk Obat Anak

Air Kelapa Muda & Kopi
Dapat digunakan untuk obat muntaber karena air kelapa muda banyak mengandung mineral kalium, yang banyak keluar ketika anak muntaber. Dosisnya tak ada takarannya, sekehendak anak. Dicampur dengan sedikit kopi (seujung sendok saja)

Brotowali (Putrawali, antawali)
Untuk pemakaian luar bermanfaat menyembuhkan luka-luka dan gatal-gatal akibat kudis (scabies). Caranya, 2-3 jari batang brotowali dipotong kecil-kecil, rebus dengan 6 gelas air. Setelah mendidih, biarkan selama 1/2 jam. Saring air dan gunakan untuk mengobati luka serta gatal-gatal.

Jeruk Nipis
Untuk mencairkan dahak dan obat batuk anak. Caranya, campur 1 sdm air perasan jeruk nipis, 3 sdm madu murni, 5 sdm air matang, lalu ditim selama 30 menit. Takaran minum bayi antara usia 6-1 tahun : 2 kali 1/2 sdt ; anak 1-3 tahun : 2 kali 1 sdt; anak 4-5 tahun : 2 kali 1 1/2 sdt.

Cara lain, potong 1 buah jeruk nipis, peras airnya, taruh dalam gelas /cangkir. Tambahkan kecap manis, aduk. Takaran minum untuk anak, 3 kali 1 sdt per hari.

Kentang
Untuk obat bisul. Caranya, parut kentang dan peras. Oleskan sari air dan parutan kentang segar dioleskan pada bisul 3-4 kali per hari
Bisa pula untuk ruam kulit yang disebabkan biang keringat atau keringat buntet (miliaria), karena sifat kentang yang mendinginkan.

Banglai (bangle, panglai, manglai, pandhiyang)
Untuk menenangkan bayi dan anak yang sering rewel pada malam hari, balurkan parutan banglai segal di kening dan badan anak.

Minyak zaitun
Untuk mengobati kerak kepala atau ketombe pada bayi (craddle crap), sebanyak 1-2 kali per hari dioleskan pada kulit kepala.

Lidah buaya
Untuk mengobati luka bakar pada bayi dan anak. Caranya dengan mengoleskan daging daun lidah buaya pada seluruh permukaan kulit yang menderita luka bakar.

Daun pepaya
Berkhasiat meningkatkan nafsu makan, menyembuhkan penyakit malaria, panas,beri-beri dan kejang perut. Caranya, daun pepaya muda ditumbuk, diperas, saring, lalu minum airnya.

Temulawak (koneng gede)
Untuk menambah nafsu makan. Caranya, 150 gram temulawak 50 gram kunyit segar dikupas, iris tipis, rendam dalam 500 cc madu kapuk dalam toples tertutup selama 2 minggu. Setelah 2 minggu ramuan siap untuk digunakan.Aturan minum 1 sendok makan madu temulawak dilarutkan dalam 1/2 cangkir air hangat, diminum pagi dan sore.

Kencur
Untuk meringankan batuk pada anak. Caranya, 5 gram kencur segar dicuci bersih, parut, lalu tambahkan 2 sdm air putih matang dan diaduk. Setelah disaring, tambahkan 1 sdm madu murni. Berikan 2-3 kali sehari.

Adas (fennel)
Teh adas dapat dipakai untuk meringankan bayi yang menderita kolik atau yang kesakitan akibat erupsi (keluarnya) gigi. Untuk obat masuk angin dan kolik, caranya 1sdt teh adas dilarutkan dengan 1 cangkir air mendidih, aduk hingga larut. Setelah agak dingin, larutan dapat diminumkan pada bayi/anak dengan takaran sesuai umurnya.

Obat Radang Tenggorokan

Seperti kita ketahui minum obat merupakan jalan terakhir setelah sakit menyerang dan tetap saja yang paling penting mencegahnya. Tapi siapa yang tak tergiur dengan gorengan, minum yang seger-seger dan makanan yang pedas. Padahal ke-3 jenis makanan dan minuman itulah penyebab utama radang tenggorokan saya.
Radang tenggorokan yang saya derita memiliki gejala-gejala badan panas, demam, jika digunakan untuk menelan rasanya sakit, suara serak bahkan sampai membuat suara hilang, dan kadang disertai dengan flu. Jika itu semua terjadi dan belum sedemikian parah, saya biasanya akan menghentikan kegiatan makan dan minum seperti diatas, tapi jika sudah parah maka obat dibawah ini bisa digunakan untuk mempercepat penyembuhan.

1. ANTIBIOTIK
antibiotik yang umum yang bisa di gunakan Amoxicillin dan Cefadroxil. Diminum 2-3 kali sehari dan berhubung ini antibiotik maka harus dihabiskan. Ingat, jika anda minum obat antibiotik maka itu harus dihabiskan.

2. ANALGESIK DAN ANTIPIRETIK
obat ini seperti panadol, aspirin, paracetamol generik. Diminum 3 kali sehari, jika panas mereda boleh menghentikan minum obatnya. Obat ini berguna sebagai pain killer untuk mengurangi nyeri dan menurunkan panas. Saya menggunakan obat ini jika sudah benar-2 tidak bisa mengakomodir panas dan nyeri di badan.

3. MULTIVITAMIN
Minum vitamin C dan atau B kompleks. Vitamin berguna untuk segera memulihkan daya tahan tubuh. Pilih yang murah atau mahal. Hanya saja seringnya saya makan buah-buahan saja untuk mendapatkan vitamin yang dibutuhkan. Buahnya bisa apa saja mulai dari apel, pisang, mangga sampai kurma.

Dengan mengetahui obat radang tenggorokan seperti di atas, maka kita tidak perlu lagi ke dokter. Kenali gejalanya dan segera beli obatnya di apotek. Dengan begitu kita tidak perlu mengeluarkan uang untuk berobat ke dokter.

Sedangkan untuk yang sering mengalami radang tenggorokan usahakan hindari makan dan minum yang saya sebutkan di atas, karena sejak saya mengurangi makan dan minum seperti diatas radang tenggorokan saya sudah lama tidak kambuh. Sayangi diri anda dan keluarga anda.

Mengajar Anak Anda Belajar Membaca (Metode Glenn Doman) - Bagian 3 Habis

TAHAP KEEMPAT :
1. Ukuran kartu 4 cm tinggi dan 20 cm panjang
2. Ukuran huruf 5 cm
3. Huruf kecil, warna hitam
4. Tunjukkan kata demi kata seperti tahap sebelumnya lalu gabungkan misalnya'ini' dan kata 'bola' menjadi 'ini bola'.
5. Lakukan beberapa kata beberapa kali setiap hari.

TAHAP KELIMA : (susunan kata dalam kalimat)
1. Pilihkan buku sederhana dengan syarat :
Perbendaharaan kata tidak lebih dari 150 kata
Jumlah kata dalam 1 halaman tidak lebih dari 15-20 kata
Tinggi huruf tidak kurang dari 5 mm
Sedapat mungkin teks dan gambar terpisah.
Carilah yang mendekati persyaratan tersebut

2. Salinlah kata-kata yang ada setiap halaman tersebut ke dalam satu kartu kira-kira ukuran 1 kertas A4. Huruf hitam, ukuran tinggi huruf 2,5 cm. Jumlah kartu 'susunan kata-kata' sama dengan jumlah halaman buku. Ukuran kartu harus sama walaupun jumlah kata tidak sama. Sekarang anda sudah mempunyai kartu-kartu dengan kata-kata yang ada dalam setiap halaman buku yang akan dibaca anak. Lubangi sisi kartu-kartu untuk dijilid menjadi sebuah buku yang isinya sama namun ukurannya lebih besar.

3. Bacakan kartu demi kartu pelan-pelan, sehingga anak belajar kalimat demi kalimat.
4. Bacakan dengan ekspresi sesuai dengan kalimat bacaan.
5. Lakukan secara rutin, minimal 5 kartu sebanyak 3 kali selama 5 hari.
6. Ketika membaca kartu pada hari lainnya, kartu yang lama sebaiknya diulang. Setelah selesai kartu-kartu dibaca, simpanlah beurutan di dalam sebuah map atau dibinding deperti buku.
7. Pada saat selesai 1 buku, berilah ijazah yg ditandatangani ibu, yg menyatakan bahwa pada hari ini, tanggal ini, pada usia anak sekian, telah selesai dibaca buku ini.

TAHAP KEENAM : (susunan kata dalam kalimat)
Pada tahap ini, anak sudah siap membaca buku yg sebenarnya, karena dia sudah 2 kali melakukan hal itu. Perbedaan ukuran huruf dari 5 cm (Tahap 4), 2,5 cm (Tahap 5) dan 5 mm (Tahap 6 ini) adalah sangat berarti khususnya bagi anak yang masih sangat muda, karena itu juga berarti anda membantu mendewasakan dan memperbaiki indera penglihatannya.

Kunci Keberhasilan
1. Jangan membosankan anak
2. Jangan memaksa anak
3. Jangan tegang
4. Jangan mengajarkan abjad terlebih dahulu
5. Bergembiralah
6. Ciptakan cara baru
7. Jawablah semua pertanyaan anak
8. Berilah buku bacaan yang bermutu

Penutup
Pada dasarnya anak memiliki kemampuan yang luar biasa, khususnya pada usia yg semakin kecil. Hanya diperlukan perhatian, kemauan,ketekunan serta yang utama kasih sayang orangtua untuk membuatnya mampu mengeluarkan potensinya yg luar biasa tsb.Keinginan orangtua pada umumnya adalah :
1. Menginginkan anak mereka bahagia di dalam hidupnya denganmenjadikan anak mereka tangguh dan siap bersaing.
2. Untuk itu dibutuhkan anak yg cerdas baik rasional maupunemosional serta rasa ingin tahu yang besar.
3. Anak dapat diketahui rasa ingin tahunya yang besar dari banyaknyapertanyaan yg diajukannya.
4. Untuk memuaskan rasa ingin tahunya, anak harus dibimbing supayasuka membaca.
5. Agar anak suka membaca, dibutuhkan kemampuan membaca dan saranauntuk membaca yang tidak lepas dari buku.Jadi, dengan buku yg merupakan "JENDELA ILMU", anak akan mampu membuka cakrawala kehidupan masa depannya dengan keceriaan.

"Selamat berkarya untuk anak-anak tercinta !"

Sumber: Buku "Mengajar Bayi Membaca" - Glenn Doman

Mengajar Bayi Anda Belajar Membaca (Metode Glenn Doman) - Bagian 2

Sambungan....

TAHAP KEDUA : (kata-kata diri)
Kita mulai mengajarkan anak membaca dengan menggunakan kata-kata 'diri' karena anak memang mula-mula mempelajari badannya sendiri.
1. Ukuran karton 12,5 tinggi dan 60 cm panjang
2. Ukuran huruf 10 cm tinggi dan 7,5 cm lebar dengan jarak 1 cm
3. Huruf dan warna seperti tahap pertama
4. Buat 20 kata-kata tentang dirinya, misalnya: tangan kaki gigi jari kuku lutut mata perutlidah pipi kuping dagu dada leher paha siku hidung jempol rambut bibir
5. Dari 3 kelompok kata masing-masing 5 kata di tahap awal, ambil masing-masing 1 kata lama dan tambahkan dengan 1 kata baru di tahap kedua
6. Dari 20 kata baru pada tahap kedua, ambil 10 kata dan jadikan 2 kelompok kata masing-masing 5 kata
7. Jadi sekarang anda memiliki:
- 3 kelompok kata dari tahap pertama yang sudah ditambah kata-kata baru
- 2 kelompok kata baru dari tahap kedua
- total 5 kelompok kata = 25 kata
8. Lakukan seperti tahap pertama
9. Setelah 5 hari ganti 1 kata dari masing-masing kelompok dengan kata baru, sehingga anak mempelajari 5 kata baru.
10. Setelah itu setiap hari ganti 1 kata lama dari masing-masing kelompok data dengan 1 kata baru. Dengan demikian setiap hari anak belajar 5 kata baru masing-masing satu dalam setiapkelompok kata, dan 5 kata lama diambil setiap harinya.

TIPS:
1. Usahakan jangan ada 2 kata yang dimulai dengan yang sama secara berurutan, misalnya 'lidah' dengan 'lutut'
2. Anak-anak usia 6 bulan sudah bisa diajarkan. Lakukan dengan cara yang persis sama kalau anda mengajarnya berbicara
3. Ingat, membaca bukan berbicara
4. Usaha mengajar bayi membaca dapat membaca dapat mempercepat berbicara dan memperluas perbendaharaan kata.

TAHAP KETIGA : (kata-kata 'rumah')
Sampai tahap ini, baik orang tua maupun anak harus melakukan permainan membaca ini dengan kesenangan dan minat besar. Ingatlah bahwa anda sedang menanamkan cinta belajar dalam diri anak anda, dan kecintaan ini akan berkembang terus sepanjang hidupnya. Lakukan permainan ini dengan gembira dan penuh semangat.
1. Ukuran karton 7,5 cm tinggi dan 30 cm panjang
2. Ukuran huruf 5 cm tinggi dan 3,5 cm lebar dengan jarak lebih dekat
3. Huruf dan warna seperti tahap tahap kedua
4. Terdiri dari nama-nama benda di sekeliling anak serta lebih dari 2suku kata, misalnya: kursi, meja, dinding, lampu, pintu, tangga,jendela, dll
5. Gunakan cara pada tahap kedua dengan setiap hari menambah5 kata baru dari tahap ke tiga
6. Setelah kata benda, masukkan kata milik, misalnya: piring, gelas,topi, baju, jeruk, celana,sepatu, dll.
7. Setelah itu masukkan kata perbuatan, misalnya: duduk,berdiri, tertawa, melompat, membaca, dll
8. Pada tahap kata perbuatan , agar lebih menarik, sambilmenunjukkan kata tersebut, anda praktekkan sambil katakana 'Ibumelompat', 'kakak melompat', dsb

TAHAP KEEMPAT ... Bersambung

Sumber: Buku "Mengajar Bayi Membaca" - Glenn Doman

Mengajar Bayi Anda Belajar Membaca (Metode Glenn Doman) - Bagian 1

Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi otak manusia dari semua makhluk hidup di dunia ini, cuma manusia yang dapat membaca. Membaca merupakan fungsi yang paling penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Anak-anak dapat membaca sebuah kata ketika usia mereka satu tahun, sebuah kalimat ketika berusia dua tahun, dan sebuah buku ketika berusia tiga tahun dan mereka menyukainya.

Tahun 1961 satu tim ahli dunia yang terdiri atas, dokter, spesialis membaca, ahli bedah otak dan psikolog mengadakan penelitian "Bagaimana otak anak-anak berkembang?". Hal ini kemudian berkembang menjadi satu informasi yang mengejutkan mengenai bagaimana anak-anak belajar, apa yang dipelajari anak-anak, dan apa yang bisa dipelajari anak-anak.Hasil penelitian juga mendapatkan, ternyata anak yang cedera otak-pun dapat membaca dengan baik pada usia tiga tahun atau lebih muda lagi. Jelaslah bahwa ada sesuatu yang salah pada apa yang sedang terjadi, pada anak-anak sehat, jika di usia ini belum bisa membaca.

Penelitian tentang Otak Anak
Bagi otak tidak ada bedanya apakah dia 'melihat' atau 'mendengar' sesuatu. Otak dapat mengerti keduanya dengan baik. Yang dibutuhkan adalah suara itu cukup kuat dan cukup jelas untuk didengar telinga, dan perkataan itu cukup besar dan cukup jelas untuk dilihat mata sehingga otak dapat menafsirkan. Kalau telinga menerima rangsang suara, baik sepatah kata atau pesan lisan, maka pesan pendengaran ini diuraikan menjadi serentetan impuls-impuls elektrokimia dan diteruskan ke otak yang bisa melihat untuk disusun dan diartikan menjadi kata-kata yang dapat dipahami.Begitu pula kalau mata melihat sebuah kata atau pesan tertulis. Pesan visual ini diuraikan menjadi serentetan impuls elektrokimia dan diteruskan ke otak yang tidak dapat melihat, untuk disusun kembali dan dipahami. Baik jalur penglihatan maupun jalur pendengaran sama-sama menuju ke otak dimana kedua pesan ditafsirkan otak dengan proses yang sama.

Dua faktor yang sangat penting dalam mengajar anak:
1. Sikap dan pendekatan orang tuaSyarat terpenting adalah, bahwa diantara orang tua dan anak harus ada pendekatan yang menyenangkan, karena belajar membaca merupakan permainan yang bagus sekali.Belajar adalah:- Hadiah, bukan hukuman- Permainan yang paling menggairahkan, bukan bekerja- Bersenang-senang, bukan bersusah payah- Suatu kehormatan, bukan kehinaan

2. Membatasi waktu untuk melakukan permainan ini sehingga betul-betul singkat. Hentikan permainan ini sebelum anak itu sendiri ingin menghentikannya.Bahan yang sesuai:a. bahan-bahan dibuat dari kertas putih yang agak kaku (karton poster)b. kata-kata yang dipakai ditulis dengan spidol besarc. tulisannya harus rapi dan jelas, model hurufnya sederhana dan konsisten

Tahap-tahap mengajar
TAHAP PERTAMA : (perbedaan penglihatan)
Mengajarkan anak anda membaca dimulai menggunakan hanya lima belas kata saja. Jika anak anda sudah mempelajari 15 kata ini, dia sudah siap untuk melangkah ke perbendaharaan kata-kata lain.
1. Ukuran karton : tinggi 15 cm, panjang 60 cm
2. Ukuran huruf, tinggi 12,5 cm dan lebar 10 cm, serta setiap huruf berjarak kira-kira 1,25 cm
3. Huruf berwarna merah
4.Gunakan huruf kecil (bukan huruf kapital)
5. Buatlah hanya 15 kata, misal : IBU (UMMI/MAMA/BUNDA), BAPAK (ABI/PAPA/AYAH)
6. Ke-15 kata-kata pertama harus terdiri dari kata-kata yang paling dikenal dan paling dekat dengan lingkungannya yaitu nama-nama anggota keluarga, binatang peliharaan, makanan kesukaan, atau sesuatu yang dianggap penting untuk diketahui oleh sang anak.

Hari Pertama
Gunakan tempat bagian rumah yang paling sedikit terdapat benda-benda yang dapat mengalihkan perhatian, baik pendengarannya maupun penglihatannya. Misalnya, jangan ada radio yang dibunyikan.
1. Tunjukkan kartu bertuliskan IBU/AYAH atau yang lainnya
2. Jangan sampai ia dapat menjangkaunya
3. Katakan dengan jelas 'ini bacaannya IBU/AYAH'
4. Jangan jelaskan apa-apa
5. Biarkan dia melihatnya tidak lebih dari 1 detik
6. Tunjukkan 4 kartu lainnya dengan cara yang sama
7. Jangan meminta anak mengulang apa yang anda ucapkan
8. Setelah kata ke-5, peluk, cium dengan hangat dan tunjukkan kasih sayang dengan cara yang menyolok
9. Ulangi 3 kali dengan jarak paling sedikit 1,5 jam

Hari Kedua
1. Ulangi pelajaran dasar hari pertama 3 kali
2. Tambahkan lima kata baru yang harus diperlihatkan 3 kali sepanjang hari kedua. Jadi ada 6 pelajaran
3. Jangan lupa menunjukkan rasa bangga anda
4. Jangan lakukan test, belum waktunya !

Hari Ketiga
1. Lakukan seperti hari ke-2
2. Tambahkan lima kata baru seperti hari kedua sehingga menjadi 9 pelajaran

Hari keempat, kelima, keenam ulangi seperti hari ketiga tanpa menambah kata-kata baru.

Hari Ketujuh
Beri kesempatan pada anak untuk memperlihatkan kemajuannya:
1. Pilih kata kesukaannya
2. Tunjukkan kepadanya dan ucapkan dengan jelas 'ini apa?'
3. Hitung dalam hati sampai sepuluh, Jika anak anda mengucapkan, pastikan anda gembira dan tunjukkan kegembiraan anda Jika anak anda tidak memberikan jawaban atau salah, katakan dengan gembira apa bunyi kata itu dan teruskan pelajarannya.

Ancaman
Kebosanan adalah satu-satunya ancaman. Jangan sampai anak menjadi bosan. "Mengajarnya terlalu lambat akan lebih cepat membuatnya bosan daripada mengajarnya terlalu cepat"

Pada tahap pertama ini, dua hal luar biasa telah anda lakukan:
1. Dia sudah melatih indera penglihatan, dan yang lebih penting: dia telah melatih otaknya cukup baik untuk dapat membedakan bentuk tulisan yang satu dengan yang lainnya.
2. Dia sudah menguasai salah satu bentuk abstraksi yang paling luar biasa dalam hidupnya: dia dapat membaca kata-kata. Hanya ada satu lagi abstraksi besar harus dikuasainya, yaitu huruf-huruf dalam abjad.

TAHAP KEDUA : bersambung....

"Sumber: Buku "Mengajar Bayi Membaca" - Glenn Doman

Tuesday 21 April 2009

Mengasuh Anak Kembar

Orangtua pemilik akan kembar biasanya selalu menyamakan segala-galanya untuk anak kembar, mulai dari nama yang sama, pakaian yang sama, permainan yang sama, makanan yang sama, sampai memasukkan mereka ke dalam sekolah yang sama. Menurut mereka itulah yang terbaik buat anak-anak. Perlakuan yang sama bisa menghindari kecemburuan satu sama lain. Akan tetapi akibatnya anak kembar saling mengidentikkan diri dan sangat tergantung satu sama lain.

Banyak anak kembar saling mengasosiasikan diri sangat kuat dengan kembarannya. Seolah-olah mereka adalah satu orang. Misalkan saja melakukan kegiatan apapun harus bersama dengan yang lain dan harus juga menyenangkan yang lain. Jika yang lain tidak suka maka tidak akan dilakukan. Mereka tidak dapat melakukan kegiatan sendiri secara terpisah. Apabila dipisahkan maka mereka akan jatuh sakit.

Membiarkan anak kembar saling mengidentikkan diri bukan sesuatu yang baik buat anak. Sang anak akan kesulitan untuk mandiri dan berkembang dimasa depan. Oleh karena itu perlu suatu metode khusus yang mendorong masing-masing anak berkembang sendiri sebagai pribadi yang terpisah dan mandiri. Meskipun tentu saja perasaan kedekatan sang anak terhadap kembarannya akan sulit dikurangi. Akan tetapi, paling tidak anak didorong untuk mandiri dan tumbuh sebagai individu tersendiri.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orangtua anak kembar dalam mendorong perasaan seorang anak sebagai individu yang terpisah :
-Memberikan waktu khusus dengan salah satu anak saja
-Tidak menyebut anak kembar dengan ‘si kembar’ dan semacamnya yang mengkategorikan mereka sebagai kesatuan. Sebut masing-masing mereka dengan namanya sendiri
-Menghukum atau memberikan hadiah atas kesalahan atau prestasi masing-masing secara khusus, tidak bersama-sama.
-Mendorong anak-anak untuk menemukan minat dan kegiatannya sendiri yang berbeda dengan kembarannya.
-Mendorong masing-masing anak kembar untuk mencari teman-teman akrab selain kembarannya.
-Tidak menyamakan standar harapan pada anak-anak apabila kemampuan mereka berbeda.
-Menunjukkan pada anak-anak karaktersitik unik mereka yang berbeda dengan kembarannya
-Merayakan keberhasilan yang dicapai salah satu anak kembar hanya untuk yang mencapai keberhasilan itu saja. Meskipun disatu sisi bisa menyakiti hati kembarannya, tetapi hal itu akan menjadi pelajaran bagus bagaimana berkompetisi secara sehat.
-Mengabadikan secara individual kenangan sang anak.
-Mengidentifikasi kepemilikan bersama serta kepemilikan masing-masing anak secara terpisah.

Oleh Achmanto Mendatu

Melatih Kejujuran Anak

Berbohong pada anak-anak sebenarnya bukan sesuatu yang sangat serius kecuali jika menjadi kebiasaan atau kompulsif (berulang terus menerus). Namun jika dibiarkan maka anak akan kesulitan ketika bergaul dengan teman-temannya di sekolah ataupun di lingkungan permainan, yang selanjutnya akan menimbulkan masalah lebih parah pada saat tumbuh dewasa. Mereka akan tumbuh menjadi pembohong. Oleh karena itu sejak dini orangtua harus memberikan pelajaran kejujuran pada anak.

Memberikan hukuman fisik maupun psikis (menampar, memukul, memaki) atas kebohongan yang dilakukan anak cenderung merugikan karena sang anak akan berbohong untuk menghindari hukuman. Anak menjadi tahu bahwa hukuman akan diterima bila ketahuan berbohong tapi bila tidak ketahuan maka aman. Akibatnya anak akan cenderung berusaha agar tidak ketahuan berbohong daripada tidak berbohong. Jadi hukuman bisa meningkatkan kebohongan yang dilakukan pada masa mendatang ketimbang menurunkannya.

Beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua untuk melatih kejujuran anak :
1.Selalu menerangkan dan meminta maaf jika tidak menepati janji
2.Jika kedapatan berbohong di muka anak, akuilah, dan jelaskan alasannya
3.Jangan mengatakan kebohongan untuk mendapatkan persetujuan anak
4.Jangan memberikan terlalu banyak aturan pada anak
5.Jangan terlalu sering memberikan hukuman pada anak
6.Jangan langsung marah jika anak melakukan kebohongan, tanyakan dulu mengapa

Oleh Achmanto Mendatu

PG/ TK ISLAM SMART BEE - Children Education

My photo
Based on Islamic system. We commit to be partner for parents to provide educated play ground for their beloved children. Contact us: Jl.Danau Maninjau Raya No.221, Ph 62-21-7712280/99484811 cp. SARI DEWI NURPRATIWI, S.Pd