Thursday 26 February 2009

Waspadai Kanker Pada Anak

ANAK Anda mungkin mengidap kanker jika merasakan salah satu dari 7 keluhan berikut ini seperti pusing dan muntah di pagi hari, ada pembesaran kelenjar, nyeri pada tulang, ada benjolan di rongga perut, benjolan di rongga dada, pendarahan, atau pansitopenia.

Hal tersebut dikemukakan Devisi Hematologi Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM Endang Windiastuti di Jakarta (18/2). "Yang tergolong anak-anak adalah mereka yang di bawah 18 tahun. Kita mesti mengamati perubahan fisik anak, kerena mereka masih sulit mengungkapkan apa yang terjadi pada dirinya," kata Endang.

Menurut Endang kanker pada anak hanya 2-4 persen dari seluruh kanker pada manusia. Sedangkan tingkat kematian anak yang disebabkan kanker sebesar 10 persen Dua jenis kanker yang banyak diidap oleh anak adalah kanker darah (leukemia) dan kanker retina mata (retinoblastoma).

Endang memaparkan anak yang terkena kanker, 40 persen di antaranya terserang leukemia. Anak berumur 3-6 tahun adalah yang paling beresiko terkena. Gejala yang menyertai seperti anak tampak pucat, lesu, lemah, demam yang penyebabnya tidak jelas, mengalami pendarahan yang tidak normal, merasa nyeri tulang atau sendi, dan terjadi pembengkakan di perut dan kelenjar.

Peringkat kedua, lanjut Endang, adalah retinoblastoma. Biasanya kanker jenis ini menyerang anak berusia 6 bulan – 2 tahun. Gejala yang dapat dideteksi seperti terdapat bercak putih di dalam bagian hitam mata seolah bersinar (seperti mata kucing), mata tampak menonjol dan juling.

Menurut Endang penyebab pasti kanker belum diketahui. Tetapi ada beberapa faktor resiko yang bisa menyebabkan kanker seperti zat kimia, zat polutan, dan infeksi virus.

C4-09

Kreatifitas Anak Perlu Digali Sejak Dini


JAKARTA, MINGGU - Setiap anak memiliki berbagai potensi, tapi untuk mengetahui kecenderungannya, harus digali sejak dini, apakah anak-anak punya talenta dan atau kecerdasan di bidang matematika dan ilmu pengetahuan alam, teknologi, seni, atau bidang lainnya.

Khusus di bidang seni, manajemen Hotel Sahid Jaya Jakarta, hari Minggu (23/3) menggelar lomba kreativitas menggambar, mewarnai, menyanyi, menghias telur, dan peragaan busana anak-anak.

"Potensi anak-anak kalau tidak digali, dibina, dan diarahkan dari sekarang, kelak akan sulit berkembang. Untuk bidang kesenian yang dilombakan itu, pesertanya mencapai 132 orang, lebih sedikit dibanding tahun 2007 yang pesertanya mencapai 300 orang. Kebetulan, lomba tahun ini berkaitan dengan hari libur, sehingga banyak anak-anak yang membatalkan keikutsertaannya karena ikut berlibur ke luar kota mengikuti orang tuanya," kata Public Relations Officer Hotel Sahid Jaya Jakarta Linda Hakim.

Sejumlah orangtua anak menyambut lomba kreativitas bidang seni ini dengan antusias, guna memupuk rasa percaya diri anak. Saya mengikutsertakan anak mengikuti lomba mewarnai tidak untuk mengejar juara, tetapi bagaimana keberanian anak semakin terasah dan semakin percaya diri. Biar saja mereka mewarnai sesuai dengan suasana hatinya, kata Ibu Laila, warga Jakarta Barat.

Pengamatan Kompas, peserta lomba umumnya anak-anak berbakat mulai usia 4 tahun hingga 8 tahun. Mereka seperti mengadu keberanian tampil, walau untuk itu mereka dikenakan biaya. Yang penting berani tampil, juara tidak juara, itu urusan belakangan. Kreativitas anak harus kita tumbuh-kembangkan sejak dini, kata Ibu Yovita.

Linda Hakim menjelaskan, perlombaan kreativitas di bidang seni ini digelar dalam rangka hari ulang tahun ke-34 Hotel Sahid Jaya Jakarta dan Hari Raya Paskah, bertujuan untuk menyalurkan dan menumbuhkembangkan bakat anak-anak di bidang kesenian. "Lomba didesain khusus untuk menggali kreativitas anak-anak. Bekerja sama dengan Yayasan Tadika Puri dan didukung sejumlah sponsor," ungkap Linda Hakim.

Peserta terbaik atau juara pertama mewarnai adalah Elfa (murid taman kanak-kanak), menggambar Nurul (SD), menyanyi Fio (SD), fashion show Tasya (TK) dan Nadia (SD), dan peserta terbaik menghias telur Alisia (TK). Panitia memberikan hadiah untuk juara satu sampai tiga dan harapan satu sampai harapan tiga untuk masing-masing kategori. Hadiah antara lain berupa piala, voucher menginap satu malam di Hotel Sahid Jaya Jakata, dan hadiah dari sejumlah sponsor.

NAL
Sumber : KOMPAS

Orangtua Harus Pahami Kecerdasan Anak


LAMONGAN, SELASA - Realisasi pendidikan sangat penting membentuk sikap mental dan kecerdasan anak. Penting pula bagi orangtua mengetahui dan memahami potensi dan kecerdasan anak sejak dini sehingga dapat mengarahkannya secara tepat karena anak merupakan ti tipan Tuhan dan generasi penerus bangsa. Hal itu disampaikan Kepala Bidang Kewanitaan Dewan Pimpinan Daerah Partai Keadilan Sejahtera Lamongan, Amin Umamah pada seminar Parenting Skill yang bertujuan memberikan alternatif pendidikan anak secara Islami Mingg u (20/5) di Lamongan.

Dengan memberikan informasi cara mendidik anak secara baik serta berakhlak kegiatan ini dimaksudkan mendorong potensi orangtua membentuk generasi berkualitas. "Ini juga untuk membekali orangtua dengan kepekaan terhadap potensi yang dimiliki anak-anaknya," katanya.

Menurut Ketua Bidang Pendidikan DPD PKS Lamongan, Ridwan, orangtua perlu mengenali potensi anak. Anak-anak memiliki potensi majemuk seperti potensi linguistik, potensi logika matematika, visual spasial, musikal, bodi kinestetik, interpersonal, intraperson al, dan potensi natural.

Potensi linguistik dapat dilihat apabila anak-anak memiliki ciri-ciri cenderung bekerja dan berpikir teratur, bertindak sistematis, dan memiliki daya ingat tajam. Potensi logika matematika terlihat apabila anak suka berpikir abstrak dan deduktif. Potensi visual spasial terlihat apabila anak lebih suka berpikir dengan ilustrasi dan gambar, memadukan seni dengan pelajaran lain.

Potensi musikal terlihat apabila anak sensitif terhadap nada dan irama. Potensi bodi kinestetik pada anak terlihat dengan ciri-ciri daya kontrol tubuh sangat menonjol, suka mengutak-atik sesuatu. Sedangkan ciri anak memiliki potensi interpersonal bila memiliki kemampuan negosiasi tinggi, mahir berinteraksi dengan orang lain.

"Adapun potensi intra personal terlihat apabila anak memiliki kesadaran terhadap diri, lebih suka menghindari konflik, sedang potensi natural dapat terlihat apabila anak menyukai kegiatan di alam, dan mempersepsi keindahan spontan," kata Ridwan.

Ketua Bidang Kesejahteraan DPD PKS Lamongan Hasyim menambahkan kecerdasan dapat dikembangkan sampai pada tingkat penguasaan memadai. "Kecerdasan-kecerdasan tersebut umumnya bekerja bersama dengan cara yang kompleks," katanya.ACI


Sumber: Kompas

Banyak Bermain Bikin Anak Cerdas


INGIN anak Anda cerdas dan kreatif?


Mulailah melewati hari-hari bersama bayi atau anak Anda dengan aktivitas menyenangkan. Kegiatan ini akan memberi stimulasi bagi otak anak. Ya, stimulasi yang dimaksud adalah upaya orang tua atau keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih sayang. Aktivitas bermain dan suasana cinta ini penting guna merangsang seluruh sistem indera, melatih kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan berkomunikasi serta perasaan dan pikiran si anak.


Seperti dijelaskan pakar dan konsultan tumbuh kembang anak, Dr Soedjatmiko SpA(K), rangsangan atau stimulasi sejak dini adalah salah satu faktor eksternal yang sangat penting dalam menentukan kecerdasan anak. Selain stimulasi, ada faktor eksternal lain yang ikut mempengaruhi kecerdasan seorang anak yakni kualitas asupan gizi, pola pengasuhan yang tepat dan kasih sayang terhadap anak.

Mengapa stimulasi memiliki peran yang sangat penting? Soedjatmiko menegaskan bahwa rangsangan atau stimulasi sangat menentukan perkembangan kualitas sel-sel otak manusia bahkan sejak dalam kandungan.
"Makin bervariasi rangsangan yang diterima bayi dan balita, makin kompleks pula struktur sinaps atau hubungan antarsel otak. Makin sering dan kuatnya rangsangan diterima, makin bertambah kuat hubungan antarsel otak. Semakin kompleks dan kuat sinaps, makin tinggi dan bervariasi pula kecerdasan anak," ungkap Soedjatmiko di sela-sela jumpa pers Smart Parents Conference, Rabu (23/7) di Jakarta.


Lebih jauh ia menjelaskan, sel-sel otak manusia terbentuk sejak tiga-empat bulan dalam kandungan dan akan berlanjut hingga usia tiga-empat tahun. Tak heran bila rentang usia ini juga sering disebut sebagai golden years period. Pada masa ini, jumlah sel otak dapat tumbuh hingga miliaran, meski pada awalnya belum ada hubungan antarsel. "Nah, di sini pentingnya peran orang tua dalam membentuk dan menentukan rangkaian hubungan antarsel ini supaya berkualitas dan kompleks dengan cara melakukan stimulasi," ungkapnya Mantan ketua III Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia ini menerangkan, stimulasi dapat dilakukan sedini mungkin sejak janin dalam kandungan dengan cara mengajak ngobrol janin, menyanyikan lagu, memperdengarkan lagu melalui radio kaset yang ditempelkan ke perut ibu atau membacakan doa sambil mengelus-ngelus perut ibu.


Sedangkan memasuki usia bayi dan balita, kegiatan stimulasi dapat dilakukan lebih beragam, misalnya saat memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, jalan-jalan, bermain hingga menjelang tidur.


Contoh stimulasi untuk bayi 0 hingga 3 bulan misalnya mengusahakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan, memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak tersenyum, berbicara, menyembunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok, benda-benda berbunyi, menggulingkan bayi ke kanan-kiri, tengkurap-telentang, dirangsang untuk memegang mainan.


Yang penting, lanjut Soedjatmiko, stimulasi harus dilakukan setiap hari dalam suasana menyenangkan dan penuh kasih sayang. Stimulasi juga harus bervariasi disesuaikan usia dan perkembangan kemampuan anak dan harus dilakukan oleh orang tua atau keluarga.AC


Sumber: Kompas

Wednesday 25 February 2009

Tips Sehat: Konsumsi Ikan Semasa Hamil Cerdaskan Otak Bayi


Inilah tips sehat yang dapat anda jadikan sebagai rujukan. Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang lahir dari seorang ibu yang rutin mengonsumsi ikan dan makanan sehat dari laut lainnya selama hamil cenderung menjadi lebih cerdas dan memiliki tumbuh kembang yang lebih baik dibandingkan anak dari ibu yang kurang suka konsumsi makanan laut.

Penelitian tersebut menjadi kontroversial di Amerika Serikat karena pemerintah dan beberapa ilmuwan lain disana telah mengeluarkan rekomendasi untuk wanita hamil agar membatasi asupan makanan laut untuk menghindari merkuri, suatu toksin yang dapat membahayakan sistem saraf janin yang sedang berkembang.
Peneliti dari U.S National Institute of Health yang memimpin penelitian tersebut menyatakan bahwa makanan sehat dari laut adalah sumber penting asam lemak omega 3 yang penting untuk perkembangan otak janin.

Dalam jurnal The Lancet, dituliskan bahwa pembatasan asupan ikan dan makanan laut sebanyak 12 ons per minggu pada wanita hamil (seperti yang direkomendasikan oleh pemerintah Amerika Serikat) tidak melindungi janin dari masalah perkembangan.

Sebaliknya menurut para peneliti, wanita hamil yang menghindari makanan laut bahkan dapat membahayakan janin yang dikandungnya karena akan mengalami kekurangan nutrisi esensial yang dibutuhkan untuk perkembangan otak janin.

Penelitian tersebut dilakukan terhadap lebih dari 8.000 anak yang dipilih oleh The University of Bristol untuk melihat bagaimana perkembangan anak bila ibunya mengonsumsi lebih dari 12 ons makanan sehat dari laut selama hamil.

Anak-anak tersebut menunjukkan kemajuan yang lebih baik dalam uji perkembangan yang dilakukan untuk menilai keterampilan motorik, komunikasi, dan sosial selama masa balita, berperilaku lebih baik di usia 7 tahun, dan memperoleh nilai IQ verbal lebih tinggi di usia 8 tahun.

Perbedaan yang sangat mencolok dibandingkan anak yang ibunya selama hamil tidak mengonsumsi makanan sehat dari laut sama sekali, 48% dari anak-anak ini mempunyai nilai IQ verbal yang relatif rendah di usia 8 tahun dibandingkan anak dari kelompok pertama.

Hasil penelitian tersebut menekankan tentang pentingnya memasukkan ikan dalam diet ibu hamil dan mendukung opini umum bahwa ikan adalah makanan penting untuk pertumbuhan otak.Semoga tips sehat ini dapat membantu nada semua khususnya para wanita atau ibu-ibu yang sedang hamil.

Tips Air dan Anak


Tips Sehat untuk Anak di Usia Sekolah


Anjurannya antara lain :

• Anak-anak memerlukan beragam makanan yang berbeda setiap harinya

• Dorong mereka untuk meminum air putih

• Buatlah makanan ringan yang bernutrisi, tidak hanya kaya energi

• Nikmati berbicara dan berbagi cerita sehari-hari pada saat makan.

• Biarkan anak-anak memberi tahu kita saat mereka sudah kenyang

• Bawa makanan dari rumah

• Biarkan anak-anak membantu merencakan dan mempersiapkan makanan


Sumber : http://www.betterhealth.vic.gov.au

Tuesday 24 February 2009

Tips Sehat: Sarapan Sehat Buat Anak


Sumber: www.kompas.com

SARAPAN tidak hanya diperlukan orang dewasa, tetapi juga anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan selalu bergerak aktif. Kualitas serta pola sarapan jelas sangat penting karena dengan sarapan sehat, anak-anak akan tercukupi kebutuhan gizinya selain juga memiliki cukup energi untuk berakitivitas, baik fisik maupun otak seperti berpikir, belajar, dan berkonsentrasi.


Seperti diungkapkan ahli gizi yang juga Ketua Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Sri Sukmaniah, MSc, SPGK (K), sarapan sehat untuk anak sebaiknya mengikuti pola makan seimbang yakni komposisi karbohidrat 60-68 persen, protein 12-15 persen, lemak 20-25 persen, dan serat 10-15 gram. Selain itu, porsi sarapan juga minimal mencapai 20 hingga 25 persen dari total jatah kalori selama satu hari."Oleh karena itu, sarapan yang sehat bagi anak 6-12 tahun idealnya terdiri dari padi-padian atau gandum utuh, buah-buahan atau sayuran, kacang-kacangan atau produk turunannya seperti tempe tahun dan susu atau produk hewani lainnya," ungkap Sri dalam jumpa pers di Jakarta Selasa (10/6) pekan lalu.


Untuk pembagian porsi kalori, terang Sri, sarapan mencakup 20-25 persen dari kebutuhan total diet selama sehari. Makan siang dan makan malam masing-masing 30 persen, sedangkan makanan selingan dapat dilakukan dua kali dengan porsi masing-masing 10 persen.Sarapan dapat ditambah makanan selingan pagi sehingga anak akan tercukupi energi sampai siang hari. Sumber karbohidrat juga tidak harus nasi, golongan serealia lain seperti gandum atau oat atau produk olahannya juga dapat menjadi pengganti nasi.Padi-padian atau sereal adalah pilihan menu ideal buat sarapan mengingat kelengkapan kandungan gizi maupun nilai kepraktisannya. Sereal terbuat dari bahan alami dan mengandung lebih banyak serat selain aneka ragam vitamin.


Dengan demikian, sereal akan mencukupi bukan saja kebutuhan energi, melainkan banyak zat gizi esensial. Memilih sereal untuk sarapan berarti sudah memenuhi seperempat kecukupan kalori selain kecukupan sekian vitamin, dan serat.Untuk anak-anak, Sri juga menyarankan agar porsi sarapan sebaiknya tidak terlalu banyak karena dengan porsi besar akan mengganggu sistem pencernaannya. "Perut yang terasa penuh menyebabkan sakit sehingga aktivitasnya bisa terganggu," ungkapnya.


Tip Menyiapkan Sarapan Anak :

1. Siapkan menu sarapan sehat & bergizi seimbang

2. Pilih menu sarapan yang praktis dan bervariasi dari berbagai jenis bahan makanan

3. Sarapan tidak harus nasi. Sereal, roti, kentang, dan mie bisa menjadi alternatif

4. Susu atau hasil olahannya seperti yogurt sangat dianjurkan

5. Bisa dilengkapi dengan buah segar atau yang diblender

6. Beri air minum yang cukup

7. Berikan pula kesempatan buat anak merencanakan dan mempersiapkan sarapannya.

Waspadai Snack Ber-MSG, Ancam Kesehatan Anak!


Sumber: Website Depkes


JAKARTA--MIOL : Sejumlah tujuh makanan ringan dalam kemasan (snack) yang biasa dikonsumsi anak-anak tidak mencantumkan kandungan MSG (vetsin) yang diyakini bila MSG dikonsumsi dalam jumlah tertentu mengancam kesehatan anak.

Nurhasan dari (Public Interest Research and Advocacy Center-PIRAC) di Jakarta, Kamis, mengatakan pihaknya sudah meneliti 13 contoh makanan ringan yang beredar luas.

Dari 13, tujuh diantaranya mengandung Mono Sodium Glutamate--MSG tetapi tidak mencantumkannya dalam kemasan, empat produk menyatakan mengandung penyedap dan penambah rasa tetapi tidak menyebutkan mengandung MSG dan dua produk mencantumkan MSG namun tidak menyebut jumlah kandungannya.

Ketujuh produk tersebut adalah Cheetos (1,20 persen), Chitato rasa sapi panggang (1,06), Chiki rasa keju (0,76), HappytosTorpilachips (0,71), Golden Horn rasa keju (0,46), Smax rasa ayam (0,57), dan Taro Snack rasa rumput laut (0,62).

Keempat produk yang menyatakan mengandung penyedap dan penambah rasa tetapi tidak menyebutkan mengandung MSG adalah Zetz rasa ayam bumbu mamamia (0,50), Twistko rasa jagung barbeque (1,59), Double Decker Snack ayam (0,48) dan Twistee Corn (0,47). Keempat produk itu dinilai dianggap menyesatkan karena menyebutkan mengandung penyedap rasa tetapi tidak menyebutkan mengandung MSG.

Dua produk yang mencantumkan MSG tetapi tidak menyebutkan jumlah kandungannya adalah Gemez rasa ayam panggang (0,59) dan Anak Mas rasa keju (0,52).

MSG, kata Nurhasan, dapat menembus plasenta pada saat kehamilan, menembus jaringan penyaring antara darah otak, dan menyusup ke lima organ circumventricular. Pelindung darah otak yang terkontaminasi dapat mengakibatkan kelainan hati, trauma, hipertensi, stres, demam tinggi dan proses penuaan. MSG juga memicu reaksi gatal, bintik merah di kulit, mual, dan muntah sakit kepala, migren, asma, gangguan hati, ketidakmampuan belajar dan depresi. "Penggunaan MSG lebih berisiko pada bayi dan anak-anak," katanya.

Ke-13 produk tersebut dinilai melanggar pasal 30 ayat 2 tentang label pada UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU PK). Produk tersebut juga dinilai melanggar Pasal 3 ayat 2 PP No 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan.

Pasal 33 UUPK dan pasal 5 PP 69/1999 yang menyatakan setiap produk kemasan harus memuat keterangan dengan benar dan tidak menyesatkan. PIRAC meminta pemerintah untuk mengawasi standarisasi penggunaan MSG pada makanan dalam kemasan. Produsen juga hendaknya diwajibkan menggunakan ukuran miligram dan bukan persentase.

Pemerintah juga hendaknya mewajibkan produsen makan ringan yang menggunakan MSG untuk mencantumkan bahaya penggunaan MSG pada anak-anak dalam jumlah tertentu. "Jika produsen tersebut melanggar maka dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku," kata Nurhasan.

Dia juga meminta Badan Pengawasan Obat dan Makanan untuk memerintahkan ke-13 produsen makanan ringan tersebut menarik produknya dari pasar dan menggantikannya dengan kemasan yang sudah direvisi. Produsen makanan dalam kemasan sebenarnya wajib mencantumkan dengan benar kandungan dan komposisi produknya dengan benar dan hak konsumen yang menentukan apakah akan membeli atau tidak.

Dikatakan percobaan pada binatang, ayam yang mengonsumsi MSG sebanyak empat miligram mengantuk dan terkapar. MSG yang beredar di Indonesia ada dua jenis, yakni alami dan buatan (sintetik). "Hampir dapat dipastikan produsen makanan menggunakan MSG buatan karena jauh lebih murah," katanya.

Beberapa tahun lalu masalah MSG ini sempat membuat heboh masyarakat, terutama kaum Muslimin, karena diduga bahan dasarnya berasal dari minyak babi. Namun lama kelamaan 'heboh' itu hilang dengan sendirinya bagaikan lenyapnya asap rokok yang tertiup angin. (Ant/Her/Ol-01)

Monday 23 February 2009

Permainan Matematika untuk Anak-anak


Apakah anda sedang mencari cara / tips mengajar konsep matematika yang menyenangkan (fun) dan menarik untuk anak-anak? Untuk meningkatkan motivasi belajar anak-anak dengan cara yang menyenangkan, Anda dapat mempraktikkan permainan-permainan matematika berikut ini:

1. Perburuan / Pencarian Sesuatu dengan Buku (Book Scavenger Hunt)

Ini adalah permainan (game) yang mengajarkan perhitungan dan urutan nomor (pertama, kedua, ketiga, …). Hal pertama yang dilakukan adalah berikan sebuah buku untuk masing-masing anak. Akan lebih baik lagi dan akan menghemat waktu apabila semua anak menggunakan buku yang judul dan edisinya sama, namun ini tidak menjadi keharusan. Idenya adalah anak-anak membacakan jawaban berupa sebuah kalimat atau dua kalimat atas pertanyaan yang diajukan sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan. Yang pertama bisa membacakan jawaban adalah pemenangnya.

Contoh pertanyaan ”Temukan huruf ke-5 dari paragraf ke-3 pada halaman ke-11 setelah halaman 101?”. Anak-anak kemudian akan mencari kata ini dan menulisnya. Anda bisa juga bisa memberikan soal matematika, seperti ”Cari halaman yang dua puluh satu kurangnya dari delapan puluh empat dan temukan kata ke-7 dalam paragraf kedua dari akhir halaman?” Tingkatkan kerumitannya untuk anak-anak yang lebih tua dan permudah untuk anak-anak yang lebih muda.

2. Bentuk-bentuk Gambar

Permainan-permainan matematika untuk anak-anak, khususnya untuk anak yang lebih muda, bisa didapat dari gambar-gambar di buku atau buku mewarnai. Permainan ini menggunakan sebuah gambar yang mempunyai bentuk-bentuk yang jelas di dalamnya, misalnya balon untuk lingkaran, pintu untuk segi empat, dll, kemudian lihatlah siapa yang bisa menemukan bentuk tersembunyi yang paling banyak. Untuk anak yang lebih tua Anda dapat menambahkan bentuk-bentuk yang lainnya seperti segi delapan (octagons), silinder, dan kerucut.

3. Mencari Arah

Ini adalah permainan matematika besar untuk grup yang lebih besar. Ide pokoknya adalah untuk menunjukkan bahwa permainan matematika untuk anak-anak tidak harus hanya dilakukan dengan duduk manis di meja dengan pensil di tangan. Permainan ini dilakukan di luar ruangan (outdoor) dan menggunakan sebuah keset kaki (mat), di halaman luar dan masing-masing anak berpasang-pasangan. Salah satu anak dari setiap grup menggunakan penutup mata, sedangkan yang lainnya akan memberikan petunjuk arah untuk pasangannya.

Tujuannya adalah untuk anak-anak yang memakai penutup mata agar mengikuti petunjuk-petunjuk sehingga dia sampai ke tujuan akhir pada keset kaki yang disediakan. Triknya adalah anak yang memberi petunjuk hanya boleh memberi petunjuk-petunjuk angka dan hanya boleh menggunakan angka-angka seperti berapa langkah kaki, dan kata-kata maju, mundur, ke kanan, atau ke kiri. Anda dapat memberi rintangan-rintangan seperti bola pantai sehingga mereka harus melakukan manuver untuk sampai ke tujuan akhir keset kaki. Anak-anak yang memberi petunjuk harus tetap di tempatnya pada saat memberikan petunjuk. Pastikan permainan ini diawasi oleh orang dewasa yang dapat memastikan bahwa anak-anak tidak bertabrakan satu sama lainnya dan terjatuh.

4. Permainan Papan (Board Game)

Permainan papan memberikan banyak pilihan kreativitas dan cara-cara menarik untuk mengajari konsep-konsep matematika untuk anak-anak. Ada banyak permainan matematika dalam bentuk permainan papan, antara lain Yahtzee dan Rummikub. Ada banyak juga permainan papan untuk anak-anak yang bisa diubah menjadi sarana melatih kemampuan matematika. Salah satu contoh adalah bermain Scrabble dan berikan tiga kali lipat point untuk setiap istilah matematika yang diucapkan.

5. Mencari Pasangan Kartu Matematika

Caranya adalah Anda menulis sebuah soal matematika pada sebuah kartu indeks, menggunakan pertambahan, pengurangan, perkalian, atau pembagian. Kemudian Anda membuat soal matematika lainnya pada kartu indeks berikutnya, yang mana soal tersebut berbeda namun memiliki jawaban yang sama dengan soal sebelumnya. Setelah Anda membuat sekitar dua belas sampai dua puluh kartu, kemudian kartu-kartu ini diletakkan terbalik. Pada saat seorang anak membuka dua kartu dengan jawaban yang sama mereka kemudian menyimpannya. Anak yang paling banyak mendapatkan kartu-kartu tersebut pada akhir permainan adalah pemenangnya.

Dengan permainan-permainan tersebut di atas, belajar matematika jadi tidak membosankan tetapi justru menyenangkan dan menantang, dimana matematika menjadi permainan bukan pekerjaan/tugas.

FYI: Untuk membesarkan anak cerdas mungkin anda perlu membaca artikel ini: Cara Membesarkan Anak Cerdas.

Sumber: Math Games For Kids, Sarah Holts, http://www.IncreaseBrainPower.com

TIPS MEMBIASAKAN ANAK MEMINTA MAAF


Berikut ini ada 4 langkah sederhana tips / cara membiasakan anak batita meminta maaf:

1. Contoh langsungContohkan bagaimana seharusnya kata maaf diucapkan. Misal, orangtua tak sengaja menumpahkan susu anak, katakan, "Maaf ya, Sayang, Mama tidak sengaja menumpahkan susumu." Begitu juga dengan kesalahan lain yang dilakukan. Dengan demikian diharapkan anak terbiasa melihat orang-orang terdekatnya mengucapkan maaf manakala melakukan kesalahan.

2. Tunjukkan penyesalan dengan bahasa tubuhLakukan kontak mata saat mengucapkan kata maaf, sehingga anak bisa merasakan penyesalan yang mengiringi permintaan maaf itu. Menggenggam tangan, memeluk erat, atau mencium juga akan dicontoh anak saat orangtua minta maaf dengan bahasa tubuh seperti itu. Namun sebagai catatan, tegaskan padanya bahwa pelukan dan ciuman penyesalan hanya boleh diberikan pada papa/mama/kakak/adik, sedangkan untuk teman/saudara/orang lain cukup dengan bersalaman. Bahasa tubuh juga efektif untuk batita yang komunikasi verbalnya belum lancar sehingga belum bisa mengucapkan kata maaf.


3. Dorong supaya bertanggung jawabSelain mengucapkan maaf, minta anak untuk "bertanggung jawab" atas kesalahan yang dilakukannya. Umpama, ia menyenggol temannya sampai jatuh. Nah setelah minta maaf, jika temannya terluka, minta si kecil menyodorkan tisu/plester. Ini sebagai bagian dari pembelajaran tentang tanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan.


4. Berikan apresiasiSetelah anak mengucapkan kata maaf, berikan apresiasi dalam bentuk pujian, seperti, "Wah, pintar, kamu sudah bisa minta maaf." Hal tersebut sekaligus sebagai penguatan bahwa yang dilakukannya sudah benar dan perlu diulanginya lagi di lain kesempatan.


PESAN PENTING

Selain cara, orangtua juga harus mengajarkan kapan kata maaf itu diucapkan, yakni saat menyusahkan orang lain, mencelakai orang lain, melanggar janji, melakukan hal-hal yang sudah dilarang, melakukan hal-hal yang tidak disukai orang lain, dan sebagainya. Dengan begitu, yang ditekankan adalah pesan untuk tidak mengulangi kesalahan, bukan semata-mata minta maaf tanpa mengerti alasannya.Apa jadinya kalau anak yang bersalah tidak dibiasakan meminta maaf?- Anak tidak disukai dalam pergaulannya karena tidak biasa minta maaf setelah melakukan kesalahan. Ini akan berakibat pada perkembangan sosialnya. Apalagi kalau sikap masa bodoh ini terbawa sampai usia dewasa.- Perkembangan emosinya tidak optimal karena dengan tidak mengakui kesalahan, ia tidak bisa menilai dirinya secara pas.


Oleh Marfuah Panji Astuti

Sumber: Kompas 22 Oktober 2008

Friday 20 February 2009

Pentingkah Balita Masuk Play Group?


Dulu saya berpendapat bahwa balita tidak perlu dimasukan ke sekolah atau playgroup. Karena dari beberapa cerita yang saya dapatkan, anak masuk sekolah terlalu kecil, takutnya pada saatnya nanti anak masuk sekolah formal dia akan merasa bosan. Tapi kemudian ada banyak hal positif juga yang saya lihat jika anak masuk playgroup. Apalagi perkembangan otak anak sedang berkembang pesat pada usia 5 tahun pertamanya.

Beberapa alasan memasukan anak ke playgroup, diantaranya :
• Menambah kemampuan sosialisasi anak.
Hal ini diperlukan terutama jika anak kesepian di rumah, misalnya karena teman sebayanya sedikit.
• Mendapatkan sarana bermain yang edukatif.
Playgroup biasanya menyediakan sarana bermain yang lebih lengkap dan edukatif. Baik untuk kemampuan motorik kasar anak ataupun motorik halusnya. Seperti perosotan, mobil-mobilan dan motor-motoran yang bisa dikendarai oleh anak, puzzle, buku-buku, dsb.
• Mendapatkan pendidikan budi pekerti yang baik.
Sekarang ini banyak anak yang sepanjang hari bersama pembantu dan televisi saja. Maka tontonan, obrolan, dan tingkah lakunya pun menyerupai ‘mbaknya’ itu. Dengan anak yang ayah dan ibunya bekerja, maka anak akan belajar budi pekerti yang lebih baik lagi jika dia disekolahkan (bukan berarti perilaku semua ‘mbak’ itu tidak baik lo ya….).
• Dan sebagainya ya…tergantung kondisi keluarga seorang anak dan lingkungan sekitarnya.

Di samping hal-hal positif yang bisa kita dapatkan di playgroup, ada juga beberapa alasan orangtua yang tidak ingin anaknya masuk ke playgroup, diantaranya :
• Anak berusia 3 tahun atau kurang masih perlu memusatkan kegiatannya di rumah, dengan orangtua dan keluarga lainnya.
• Anak dibawah usia 4 tahun belum bisa membedakan baik dan buruk perilaku orang lain.
Anggapan seperti ini membuat orangtua takut membaurkan anaknya terlalu dalam dengan orang-orang yang baru dikenalnya, karena takut terpengaruh hal-hal buruk. Misalnya perkataan yang kotor dan sebagainya.

Jadi, pentingkah playgroup bagi balita ?
Semua kembali pada keputusan orangtua, yang tentunya juga terantung pada situasi dan kondisi keluarga. Menurut saya, jika di rumah anak memiliki teman atau saudara yang lumayan banyak, mainan yang edukatif dan tidak membosankan, pembimbing yang professional, maka memang lebih baik baik anak dibawah usia 4 tahun di rumah saja. Karena akan lebih mudah mengontrol semua gerak-gerik anak, dan mendidik sesuai keinginan orangtua. Tapi jika semua fasilitas itu kurang memadai, apalagi jika orangtua sibuk dan anak hanya dengan baby sitter, maka jauh lebih baik jika anak dimasukan ke lembaga pendidikan dengan penanganan yang lebih profesional.

Seperti apa playgroup yang bagus itu ?
Beberapa kriteria ini saya tetapkan ketika saya keliling-keliling mencari playgroup untuk anak saya :
• Memiliki metode yang tepat dalam menghadapi berbagai karakter anak-anak. Misalnya bagaimana menghadapi anak yang aktif, galak, cengeng, suka nyubit, dsb.
• Tempat yang bersih, dan memiliki fasilitas bermain yang cukup dan edukatif.
• Guru yang ramah dan mengerti psikologis seorang anak.
• Fleksibel, tidak memaksakan kehendak anak.
• Kalau perlu playgroup ini ada bimbingan langsung dari seorang psikolog, agar kita bisa konsultasi dan lebih mengenal karakter anak kita.

Sekali lagi, perlukah balita masuk ke playgroup…it’s up to you Mom and Dad…But…playgroup is not about our prestise..so, sesuaikan aja dengan ukuran kantong kita. Banyak kok playgroup bagus tapi ga pake mahal….

Cat :
Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman saya pribagi, apabila banyak kesalahan atau kekurangan, saya sangat mengharapkan koreksi teman-teman semua. Terima kasih.


Sumber:seputarbalita.blogspot.com

Thursday 19 February 2009

Fakta Soal Otak Anak


OTAK merupakan organ vital yang berfungsi sebagai pusat kontrol dan kendali atas semua sistem di dalam tubuh. Otak yang juga merupakan pusat kecerdasan atau pusat kemampuan berpikir ini mulai dibentuk selang beberapa saat setelah terjadinya konsepsi (proses peleburan inti sel telur dan inti sel sperma).

Karena itu, sejak anak lahir hingga mulai bisa mengenal beragam hal di lingkungannya, otak anak harus segera dirangsang. Caranya, kenalkan anak pada banyak hal di lingkungan sekitar kita entah itu binatang, tumbuhan, beragam benda lain serta bilangan dan bahasa yang sederhana.

Berikut fakta atas otak anak yang perlu kita ketahui :
1. Para ilmuwan menyatakan bahwa 50 % kemampuan otak anak-anak terbentuk dalam 6 tahun pertamanya.
2. Lingkungan memberi efek dramatis pada perkembangan otak balita.
3. Aktivitas dalam otak menciptakan arus kecil listrik yang disebut sinapsis dan jumlah rangsangan yang diterima bayi Anda mendapatkan efek langsung bagaimana sinapsis itu terbentuk.
4. Rangsangan berulang-ulang menguatkan jalinan tersebut dan menjadikannya permanen, sedangkan arus listrik baru yang terpakai akhirnya akan mati.
5. Bayi memiliki kebutuhan biologik dan semangat untuk belajar.
6. Jaringan dasar pada sinapsis otak hampir lengkap setelah perkembangan otak yang begitu cepat dalam 3 tahun pertama bayi.
7. Makin banyak rangsangan yang dapat diberikan kepada bayi menandakan lebih banyak sirkuit yang dibentuk untuk meningkatkan kemampuan belajarnya di masa depan.
8. Rangsangan visual bisa meningkatkan perkembangan otak termasuk meningkatkan keingintahuan, perhatian dan konsentrasi.
9. Mainan terbaik bayi adalah Anda! Berinteraksilah bersama bayi sesering mungkin.
10. Jika Anda memuji bayi Anda dan selau memberinya semangat, bayi Anda akan terpacu untuk belajar dan cenderung lebih cepat memahami.

Karena itu, jika kedua sisi otak kanan maupun kiri dirangsang dengan tepat, anak-anak pun bisa mengembangkan kemampuan jeniusnya dengan normal tanpa kesulitan.

80 persen Otak Anak Berkembang di Usia Emas


SEKITAR 80 persen otak anak berkembang pada periode yang disebut dengan "golden age", atau masa-masa keemasan, usia 0 hingga lima tahun. Pada masa-masa tersebut, peran orangtua sangat dibutuhkan dalam mengawasi tumbuh dan berkembangnya otak anak.

Menurut Psikolog Anak, Desni Yuniarni, masa "golden age" otak anak berkembang sangat cepat sehingga informasi apapun akan diserap, tanpa melihat baik atau buruk.

"Tugas orangtua yang mengarahkan anaknya lebih baik, dengan rasa cinta dan kasih sayang," ujarnya.

Selain berperan sebagai pengawas tumbuh dan berkembangnya anak-anak mereka, orangtua bertugas menambah pengetahuan, terutama seputar pertumbuhan anak. Namun, orangtua tidak bisa memaksakan pertumbuhan anak sesuai kemauannya, seperti menyuruh belajar di luar kemampuan anak dengan maksud agar anak mereka kelak menjadi pintar.

"Yang penting kita sebagai orangtua harus menunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak suka meniru orang-orang terdekatnya," kata Desni.

Ia menambahkan, orangtua harus mengawasi anak mereka ketika menonton acara televisi. Karena saat ini banyak sekali program televisi yang tidak cocok bahkan tidak layak ditonton bagi anak-anak karena dikhawatirkan akan ditiru, seperti acara gosip yang menonjolkan isu-isu perceraian selebritis.

"Lebih baik televisi dimatikan saja agar anak tidak terkontaminasi dengan program-program televisi tersebut. Kalaupun harus menonton, usahakan kita juga ikut menonton sehingga bisa menjadi sensor acara televisi yang sedang ditonton anak kita," ujarnya.

Ia juga berpesan, bagi orangtua yang mempunyai waktu singkat untuk berkumpul dengan anak-anaknya, usahakan anak diasuh oleh orang yang tepat dan harus tetap meluangkan waktu untuk sang buah hati.

"Jika tidak memanfaatkan waktu senggang, maka anak tidak akan berkembang dengan optimal," katanya.

AC

PAUD Berbasis Aqidah Islam


Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk generasi berkualitas pemimpin, yakni (1) berkepribadian Islam,(2) menguasai tsaqofah Islam, dan (3) menguasai ilmu kehidupan (sains dan teknologi) yang memadai. Apabila ke tiga tujuan ini tercapai, maka akan terwujudlah generasi pemimpin yang individunya memiliki ciri sebagai insan yang sholeh/sholehah, sehat, cerdas dan peduli bangsa.

Setiap orang harus siap untuk menjadi pemimpin. Karena kepemimpinan itu sebuah sunatullah dan merupakan amanah yang akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT kelak. Sebagaimana ditegaskan didalam sabda Rasulullah SAW: “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya... (HR. Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dari Ibnu Umar).

Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam ini sangat erat kaitannya dengan sistem hidup Islam. Sebagai bagian yang menyatu (integral) dari sistem kehidupan Islam, pendidikan memperoleh masukan dari supra sistem, yakni keluarga dan masyarakat atau lingkungan, dan memberikan hasil/keluaran bagi suprasistem tersebut. Sementara sub-sub sistem yang membentuk sistem pendidikan antara lain adalah tujuan pendidikan itu sendiri, anak didik (pelajar/mahasiswa), manajemen, struktur dan jadwal waktu, materi, tenaga pendidik/pengajar dan pelaksana, alat bantu belajar, teknologi, fasilitas, kendali mutu, penelitian dan biaya pendidikan.

Interaksi fungsional antar subsistem pendidikan dikenal sebagai proses pendidikan. Proses pendidikan dapat terjadi di mana saja, sehingga berdasarkan pengorganisasian serta struktur dan tempat terjadinya proses tersebut dikenal adanya pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Melalui proses ini diperoleh hasil pendidikan yang mengacu pada tujuan pendidikan yang telah ditentukan.

Untuk menjaga kesinambungan proses pendidikan dalam menjabarkan pencapaian tujuan pendidikan, maka keberadaan kurikulum pendidikan yang integral menjadi suatu kebutuhan yang tak terelakkan. Kurikulum pendidikan integral sangatlah khas dan unik. Kurikulum ini memiliki ciri- ciri yang sangat menonjol pada arah, azas, dan tujuan pendidikan, unsur-unsur pelaksana pendidikan serta pada struktur kurikulumnya.

Azas pendidikan Islam adalah aqidah Islam. Azas ini berpengaruh dalam penyusunan kurikulum pendidikan, sistem belajar mengajar, kualifikasi guru, budaya yang dikembangkan dan interaksi diantara semua komponen penyelenggara pendidikan. Yang dimaksud dengan menjadikan aqidah Islam sebagai azas atau dasar dari ilmu pengetahuan adalah menjadikan aqidah Islam sebagai standar penilaian. Dengan istilah lain, aqidah Islam difungsikan sebagai kaidah atau tolak ukur pemikiran dan perbuatan. Oleh sebab itu, implementasi pendidikan anak usia dini adalah PAUD BAI.

Pihak-Pihak yang Berperan dalam PAUD
Pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan anak usia dini adalah pemerintah (negara), masyarakat dan keluarga. Keluarga adalah institusi pertama yang melakukan pendidikan dan pembinaan terhadap anak (generasi). Disanalah pertama kali dasar?dasar kepribadian anak dibangun. Anak dibimbing bagaimana ia mengenal Penciptanya agar kelak ia hanya mengabdi kepada Sang Pencipta Allah SWT. Demikian pula dengan pengajaran perilaku dan budi pekerti anak yang didapatkan dari sikap keseharian orangtua ketika bergaul dengan mereka. Bagaimana ia diajarkan untuk memilih kalimat?kalimat yang baik, sikap sopan santun, kasih sayang terhadap saudara dan orang lain. Mereka diajarkan untuk memilih cara yang benar ketika memenuhi kebutuhan hidup dan memilih barang halal yang akan mereka gunakan. Kesimpulannya, potensi dasar untuk membentuk generasi berkualitas dipersiapkan oleh keluarga.

Masyarakat yang menjadi lingkungan anak menjalani aktivitas sosialnya mempunyai peran yang besar dalam mempengaruhi baik buruknya proses pendidikan, karena anak satu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Interaksi dalam lingkungan ini sangat diperlukan dan berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara fisik maupun biologis. Oleh sebab itu masalah?masalah yang akan dihadapi anak ketika berinteraksi dalam masyarakat harus difahami agar kita dapat mengupayakan solusinya. Masyarakat yang terdiri dari sekumpulan orang yang mempunyai pemikiran dan perasaan yang sama serta interaksi mereka diatur dengan aturan yang sama, tatkala masing?masing memandang betapa pentingnya menjaga suasana kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan generasi maka semua orang akan sepakat memandang mana perkara-perkara yang akan membawa pengaruh positif dan mana yang membawa pengaruh negatif bagi pendidikan generasi. Sedapat mungkin perkara negatif yang akan menjerumuskan anak akan dicegah bersama. Disinilah peran masyarakat sebagai kontrol sosial untuk terwujudnya generasi ideal. Masyarakat yang menjadi lingkungan hidup generasi tidak saja para tetangganya tetapi juga termasuk sekolah dan masyarakat dalam satu negara. Karena itu para tetangga, para pendidik dan juga pemerintah sebagai penyelenggara urusan negara bertanggung jawab dalam proses pendidikan generasi.

Selain keluarga dan sekolah, partai dan organisasi masyarakat seperti majelis ta’lim, mempunyai peran dalam melahirkan generasi berkualitas pemimpin. Disanalah generasi akan dibina untuk menjadi politikus yang ulung dan tangguh. Oleh sebab itu, partai dan ormas ini juga berperan dalam membina para ibu agar ibu dapat mendidik generasi secara baik dan benar. Dari seluruh pihak yang mempunyai tanggungjawab dalam mendidik generasi cerdas, generasi peduli bangsa, tentu negaralah yang mempunyai peran terbesar dan terpenting dalam menjamin berlangsungnya proses pendidikan generasi.

Negara bertanggung jawab mengatur suguhan yang ditayangkan dalam media elektronik dan juga mengatur dan mengawasi penerbitan seluruh media cetak. Negara berkewajiban menindak perilaku penyimpangan yang berdampak buruk pada masyarakat dll. Negara sebagai penyelenggara pendidikan generasi yang utama, wajib mencukupi segala sarana untuk memenuhi kebutuhan pendidikan umat secara layak. Atas dasar ini negara wajib menyempurnakan pendidikan bebas biaya bagi seluruh rakyatnya. Kebijakan pendidikan bebas biaya akan membuka peluang yang sebesar?besarnya bagi setiap individu rakyat untuk mengenyam pendidikan, sehingga pendidikan tidak hanya menyentuh kalangan tertentu (yang mampu) saja, dan tidak lagi dijadikan ajang bisnis yang bisa mengurangi mutu pendidikan itu sendiri. Padahal mutu pendidikan sangat mempengaruhi corak generasi yang dihasilkannya.

Negara wajib menyediakan tenaga-tenaga pendidik yang handal. Mereka yang memiliki kepribadian Islam yang luhur, punya semangat pengabdian yang tinggi dan mengerti filosofi pendidikan generasi serta cara?cara yang harus dilakukannya, karena mereka adalah tauladan bagi anak didiknya. Kelemahan sifat pada pendidik berpengaruh besar terhadap pola pendidikan generasi. Seorang guru tidak hanya menjadi penyampai ilmu pada muridnya tetapi ia seorang pendidik dan pembina generasi. Agar para pendidik bersemangat dalam menjalankan tugasnya tentu saja negara harus menjamin kehidupan materi mereka. Ini dapat memberi motivasi lebih pada mereka meski tugas mereka tidak ditujukan semata untuk memperoleh materi, tetapi merupakan ibadah yang mempunyai nilai tersendiri di sisi Allah SWT. Betapa besar jasa para pendidik yang hingga ada ungkapan: "Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa". Tentu saja pengabdian mereka harus mendapat penghargaan, dan ini merupakan tanggungjawab negara.

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini


Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Berdasarkan hasil penelitian, sekitar 50% kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur sekitar 18 tahun (Direktorat PAUD, 2004).

Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga periode emas ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewat berarti habislah peluangnya. Untuk itu pendidikan untuk usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.

Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan panduan stimulasi dalam program Bina Keluarga Balita (BKB) sejak tahun 1980, namun implementasinya belum memasyarakat. Hasil penelitian Herawati (2002) di Bogor menemukan bahwa dari 265 keluarga yang diteliti, hanya terdapat 15% yang mengetahui program BKB. Faktor penentu lain dari kurang memasyarakatnya program BKB adalah rendahnya tingkat partisipasi orang tua. Kemudian pada tahun 2001, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda mengeluarkan program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Namun keberadaan program tersebut sampai saat ini belum menjangkau tingkat pedesaan secara merata, sehingga belum dapat diakses langsung oleh masyarakat. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumberdaya manusia. Tidak mengherankan apabila banyak negara menaruh perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan anak usia dini.

Di Indonesia sesuai pasal 28 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan anak usia telah ditempatkan sejajar dengan pendidikan lainnya. Bahkan pada puncak acara peringatan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli 2003, Presiden Republik Indonesia telah mencanangkan pelaksanaan pendidikan anak usia dini di seluruh Indonesia demi kepentingan terbaik anak Indonesia (Direktorat PAUD, 2004).

PAUD Masih Terabaikan


Meskipun kesadaran memberikan layanan pendidikan pada anak usia dini atau PAUD mulai tumbuh di kalangan masyarakat, layanan ini baru dapat dinikmati 48 persen pada anak usia 0-6 tahun. Padahal, layanan PAUD di usia emas, terutama usia empat tahun ke bawah, sangat dibutuhkan. Pada usia emas ini, jika dididik secara benar, semua kecerdasan dan potensi anak terstimulasi yang sangat berguna bagi masa depan mereka. “Pendidikan usia dini yang ideal harus bersifat holistik, yakni kognitif, nutrisi, dan kesehatan mesti seimbang,” kata Gutama, Direktur PAUD, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal, Departemen Pendidikan Nasional, di Ja­karta, Jumat (4/1).

Gutama menekankan stimulasi semua kecerdasan dan potensi yang dirangsang dan dikembangkan harus berpusat pada anak itu sendiri dengan cara yang mengasyikkan, menyenangkan, dan mencerdaskan. Sayangnya, masyarakat berpenghasilan rendah masih sering mengabaikan pendidikan anak usia dini ini.
Layanan PAUD secara formal dan nonformal, lanjut Gutama, telah menjangkau 13 juta lebih dari 28 juta anak usia dini di seluruh wilayah Indonesia. Untuk anak usia 0-4 tahun berjumlah 20,5 juta. Anggaran PAUD juga terus di­tingkatkan dari Rp 221 miliar pada tahun lalu, tahun 2008 naik dua kali lipat. Tahun 2015 layanan PAUD diusahakan bisa mencapai 75 persen semua anak usia dini.

Orangtua juga penting
Nismawati, pengelola PAUD terintegrasi posyandu di Kecamatan Abeli, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, mengatakan, untuk memaksimalkan layanan PAUD, yang dijang­kau bukan anak-anak usia dini saja, tetapi juga orangtua. “Anak-anak itu kan lebih banyak berada bersama keluarganya. Orangtua juga perlu dibekali penyuluhan dan informasi mengenai proses tumbuh kembang anak,” ujarnya. Kendala yang dihadapi layanan PAUD di daerah pedesaan adalah minimnya pendidik PAUD yang ber­kualitas. Padahal, pendidik yang kom­peten akan bisa memaksimalkan kecerdasan dan potensi anak. “Banyak orangtua yang akhir­nya menyadari pentingnya PAUD. Sebab, mereka bisa merasakan anak-anaknya menjadi lebih siap dan mampu mengikuti pelajaran di SD jika dipersiapkan sejak usia dini,” kata Nismawati.

Usia yang Penting
Usia dini (0-5 thn) merupakan usia yang sangat menentukan, dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia itu sebagai usia penting bagi pengembangan intelegensi permanen diri­nya, mereka juga mampu menyerap informasi yang sangat tinggi. Informasi tentang potensi yang dimiliki anak usia itu, sudah banyak­ diketengahkan di media massa dan media elektronik lainnya. Bahkan sudah banyak penelitian yang di lakukan untuk membuktikan, pada usia itu memiliki kemampuan intelegensi yang sangat tinggi. Tetapi kenyataannya, sebagian besar orang tua dan guru tidak memahami akan potensi luar biasa yang dimiliki anak-anak pada usia itu. Keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dimiliki orang tua dan guru, menyebabkan potensi yang dimiliki anak tidak berkem­bang.

Karena itu pendidikan usia dini, prasekolah dan taman kanak-kanak tidak boleh diabaikan atau dianggap sepele. Bahkan pendidikan seorang anak sebaiknya dilakukan sejak anak itu masih berada dalam kandungan.
Menurut data tahun 2001, dari 26,1 juta anak yang ada di Indonesia baru 7,1 juta atau sekira 28% anak yang telah mendapatkan pendidikan. Terdiri atas 9,6% terlayani di bina keluarga bawah lima tahun, 6,5% di taman kanak-kanak, 1,4% Raudhatul Athfal, 0,13% di kelompok bermain, 0,05% di tempat peni­tipan anak lainnya, 9,9% terlayani di sekolah dasar. Ini menunjukkan, pentingnya pendidikan usia dini belum mendapatkan perhatian dengan baik.

Kemampuan ekonomi juga menjadi salah satu faktor penyebab dari terhambatnya pendidikan anak usia dini, sedikitnya pendapatan dan naiknya harga kebutuhan pokok mengharuskan kaum ibu ikut be­kerja memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ini yang menyebabkan perhatian akan pendidikan anak usia dini terbengkalai.
Masalah itu agar mendapatkan perhatian dari pemerintah, masya­ra­kat, dan instansi lainnya. Lemba ga pendidikan usia dini agar mendapat prioritas dari pemerintah, tidak hanya dari pengadaan sarana, tapi juga kurikulum dan program yang terstruktur.

Faktor ekonomi adalah salah satu yang menjadi penyebab terhambatnya pendidikan. Pendidikan yang murah merupakan salah satu cara agar pendidikan usia dini dapat menjangkau seluruh lapisan masya­rakat.
Sarana penunjang lain yang tak langsung ikut berpengaruh terha­dap pendidikan usia dini juga agar menjadi perhatian. Sarana kesehatan seperti posyandu, berpengaruh terhadap peningkatan gizi anak, gizi mempengaruhi tingkat kecerdasan anak atau IQ. Jika anak mendapatkan gizi yang buruk maka berisiko kehilangan IQ 20-13 poin, kini jumlah anak yang kekurangan gizi mencapai 1,3 juta, berarti potensi kehilangan IQ anak di negara ini 22 juta poin.

Organisasi yang terkait yang berperan dalam pemberdayaan masyarakat seperti organisasi pemberdayaan perempuan, keluarga atau anak perlu mengadakan program yang menunjang bagi pemecahan masalah itu. Organisasi itu agar dapat memberikan pendidikan dan informasi kepada para orang tua dan masyarakat, tentang penting­nya pendidikan anak usia dini.

Komponen lain yang paling berpengaruh, keluarga dan masyara­kat. Keluarga dan masyarakat berperan penting dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Karena itu, keluarga dan masyarakat harus dapat memberikan contoh baik, karena pada dasarnya seorang anak akan senantiasa mengikuti atau mencontoh orang di sekitarnya. Orang tua pun harus mengembangkan potensi diri dengan cara memperkaya ilmu pengetahuan dan informasi, melalui media masa ataupun media elektronik. Terutama informasi dan ilmu pengetahuan terkini, sehingga orang tua bisa menjadi pusat informasi (tempat berta­nya) yang baik bagi anak mereka.

Pendidikan anak usia dini dapat berjalan baik jika semua pihak da­pat saling bekerja sama. Sebab, pendidikan usia dini adalah modal dasar bangsa untuk membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas kelak, dan diharapkan akan mampu bersaing dengan bangsa lain.

Dorong Minat Anak
Sementara itu Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ditjen PNFI Gutama mengatakan, apabila semua potensi kecerdasan anak disentuh, maka anak akan memilih sendiri semua hal yang diminatinya. Salah satu caranya adalah melalui program PAUD nonformal. “PAUD nonformal bukan dilihat menterengnya gedung dan lengkapnya fasilitas yang menjadi ukuran, melainkan seberapa jauh anak merasa diperhatikan, diberi kesempatan untuk mengekspresikan ide­nya, dihargai hasil karya/prestasi­nya, didengar isi hatinya, tidak ada paksaan/tekanan/ancaman terhadap dirinya, dan mendapatkan layanan pendidikan sesuai tingkat usia dan perkembangan kejiwaannya,” katanya.

Gutama mengatakan hal itu saat menjelaskan kebijakan Direktorat PAUD pada hari pertama pelatihan pendidik PAUD untuk daerah ter­tinggal di Jabar, Selasa (1/1). Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama Lembaga Penelitian dan Pengabdian (LPPM) Uninus dengan Direkto­rat Pendidik dan Tenaga Kerja (PTK)-Pendidikan Non Formal Dit­jen PMPTK Depdiknas. Kegiatan yang diikuti 35 orang pendidik PAUD dari sembilan daerah di Jabar ini dilaksanakan lima hari, Selasa-Sabtu (1-5/1).

Di sela-sela kegiatan, Kasubdit Pendidik PNF, Drs. H. Nasrudin, mengemukakan, diklat untuk pendidik PAUD sudah dilakukan sejak 2006 dan diikuti oleh 12.000 orang setiap tahun. Nasrudin juga mengatakan, permasalahan dan tantangan PTK PAUD saat ini adalah pendataan, standar kompetensi, peningkatan kompetensi, peningkatan kualifikasi, sertifikasi, penghargaan dan perlindungan, dan payung hukum. “Karena itu, untuk meningkatkan kompetensi pendidik PAUD yang professional, diperlukan pelatihan,” katanya.

Penulis: wartaplus

Meningkatkan Minat Baca Dalam Keluarga


Posted by perpusmasjid


Peranan keluarga dalam meningkatkan minat dan kebiasaan membaca adalah sangat penting dan mendasar sekali. Disinilah pada dasarnya letak dan arah kemajuan bangsa dapat diraih. Keluarga adalah sarana yang tepat bagi persemaian watak, perilaku dan kecerdasan mengingat seluruh anggotanya dimungkinkan dapat berinteraksi secara intensif, bebas dan dinamis. Oleh sebab itu dalam, menumbuhkan budaya dan minat baca, maka harus dimulai dari lingkungan keluarga sebagai unsur terpenting dalam sebuah komunitas masyarakat.
Perlu diingat bahwa gemar membaca bukanlah suatu minat yang yang terjadi begitu saja, tetapi ini adalah sebuah proses yang memerlukan waktu dan strategi tertentu. Ini tentunya memerlukan usaha dari keluarga untuk membuat suatu persepsi dalam keluarga bahwa dengan membaca kita akan memperoleh banyak keuntungan dan manfaat. Orang tua dalam hal ini memegang peranan yang luar biasa untuk bisa menanamkan pemikiran bahwa membaca itu perlu dan harus dijadikan kegiatan rutin untuk mempersenjatai anggota keluarga dengan informasi dan materi yang bisa digunakan untuk menjawab setiap tantangan yang ada di lingkungan kita.

Lantas apa yang bisa diperankan keluarga dalam menumbuhkan minat baca? Ada beberapa cara konservatif yang sangat efektif untuk meningkatkan minat baca di lingkungan keluarga, yaitu :
1.Merangsang rasa ingin tahu anak
2.Menjawab rasa keingintahuan tersebut dengan buku bacaan sesuai dengan usia dan minatnnya.
3.Menjawab setiap pertanyaan yang diajukan sang anak dengan mengutip dari buku sehingga merangsang anak untuk membaca dari sumbernya secara langsung.
4.Membiasakan anak untuk gemar membaca semenjak kecil
5.Belajar merawat dan mencintai buku
6.Menciptakan budaya baca dalam keluarga
7.Orang tua memberikan contoh yang nyata
8.Adanya proses transfer nilai melalui proses pembelajaran secara langsung.
9.Mengalokasikan dana khusus untuk pembelian buku dan bacaan
10.Menempatkan kebiasaan membaca sebagai sebuah kebutuhan rutin
11.Tersedianya perpustakaan mini dalam keluarga, bila memungkinkan

Berbagai Kegiatan yang Bisa dilakukan di Perpustakaan Anak


Posted by perpusmasjid on May 25, 2007

Berikut ini adalah beberapa kegiatan yang dilakukan di Pustakaloka Rumah Dunia. Semoga bisa dijadikan contoh.


1. SENIN = WISATA BACA DAN DONGENG

Mereka leluasa melahap semua jenis buku. Tak peduli itu untuk dewasa. Tapi lambat laun, akhirnya mereka bisa menentukan sikap dan posisinya. Mereka mulai bisa membaca dengan tekun; buku cerita atau pun komik untuk dirinya. Dengan buku, mereka bisa “memindahkan” dunia ke dalam imajinasinya. Mereka bisa “menjelajahi” dunia lewat buku. Sedangkan dengan dongeng, mereka bisa berfantasi tentang dunia lain yang belum mereka kenal. Mereka bisa menjelajahi dunia yang belum mereka datangi. Mereka bisa belajar tentang sesuatu yang baik untuk dikerjakan dan yang buruk untuk ditinggalkan. Biasanya sebelum dongeng dimulai, beberapa orang anak disuruh maju ke depan untuk menceritakan dongeng sebelumnya. Atau juga menceritakan pengalaman keseharian mereka. Diharapkan dengan cara seperti itu, kelak mereka akan terbiasa berani mengemukakan pendapat di muka umum.

2. SELASA = WISATA GAMBAR

Wisata gambar termasuk yang paling digemari anak-anak. Pada hari “wisata gambar”, yang datang ke sini bisa 50 sampai 60-an anak. Puncaknya, pernah mencapai 120-an anak. Suasana yang ada seperti sedang ada festival saja.

3. RABU = WISATA TULIS

Mereka menulis tentang ayahnya, rumahnya, keseharian di sekolah, kampung halamannya, dan apa saja yang ada di hati mereka. Bisa dalam bentuk prosa atau puisi. Mereka dikenalkan pada junalistik (wartawan cilik). Mereka sudah mewawancarai beragam profesi; pembuat roti, nasi uduk, pisagn goreng, serta tahu. Dengan kaidah 5W + 1H, mereka menuliskan laporannya. Kami juga mengarahkan mereka untuk mengikuti setiap lomba menulis.

4. KAMIS = WISATA LAKON

Di depan lokasi Pustakaloka RUMAH DUNIA ada sebuah panggung ukuran 4X4 m. Mereka kadang mementaskan lakon dari kami atau membuat naskahnya sendiri. Mereka juga siap menerima undangan untuk tampil.

5. MINGGU = WISATA EKSPRESI

Dari jam 09.00am – 12.00am semua dipersilahkan untuk mengekspresikan dirinya. Bisa hanya membaca buku saja, belajar membuat puisi dan membacakannya, atau menari.

6. MINGGU = KELAS MENULIS RUMAH DUNIA

Setiap Minggu sore (jam 16.30 – 17.30pm ) diadakan kelas menulis. Selama 3 bulan mereka diajarkan tentang jurnalistik, fiksi, dan skenario TV.

7. SABTU AWAL BULAN = KLUB DISKUSI RUMAH DUNIA

Dari jam 14.30 – 17.30pm, bekerjasama dengan Forum Lingkar Pena Serang, Sanggar Sastra Remaja Indonesia, kami mengadakan diskusi bulanan (setiap minggu kedua) seputar kesenian, kebudayaan, dan perpustakaan. Peserta diskusinya perwakilan dari komunitas seni, budaya, dan pencinta buku. Nara sumbernya mulai dari praktisi, pemerhati, akademisi, dan birokrat. Sebelum acara diskusi dimulai, selalu ada pembacaan puisi serta pementasan teater oleh anak-anak.

8. LOMBA INTERNAL

Untuk merangsang kreatifitas mereka, kami mengadakan lomba-lomba setiap sebulan sekali. Mulai dari lomba menggambar dan pameran, membaca dan menulis puisi, festifal teater untuk anggota Pustakaloka RUMAH DUNIA, serta lomba mengarang cerita. Hadiahnya uang atau alat-alat tulis.

Wednesday 18 February 2009

Cara Menagajarkan Membaca kepada Anak yang Menyenangkan


Monday, April 21, 2008

Mengajarkan anak membaca di usia dini bagaikan mengukir di atas batu, sementara mengajarkan mereka di usia remaja bagaikan mengukir di atas air.

Mengajarkan anak membaca di usia balita memang susah-susah gampang. Apalagi jika mereka masih senang bermain-main lantaran mentalnya belum siap untuk menerima pelajaran yang tergolong ‘berat’.

Sebenarnya, sambil bermain anak bisa diajarkan membaca. Caranya bisa bermacam-macam. Berikut ini ada beberapa tips kreatif mengajarkan membaca pada anak yang menarik dan menyenangkan antara lain:

1. Mengajak anak menghapal beberapa tulisan yang ada di sekitarnya dalam lembaran karton berwarna yang bercetak gambar plus tulisan yang cukup tebal, seperti gelas, buku, topi, baju, celana, dan lain sebagainya.

2. Jika anak masih belum mau belajar juga, cobalah cara lain yang lebih menyenangkan seperti halnya permainan.
Contohnya bermain tebak kartu dengan mencocokkan kartu-kartu yang bergambar dengan kartu yang hanya berisikan tulisan. Misalnya kartu bergambar baju dengan kartu yang bertuliskan baju. Untuk memudahkan bisa diberi petunjuk dengan warna-warna yang sama.

3. Akan lebih baik dan menyenangkan bila Anda memiliki komputer di rumah.
Dengan beberapa software yang tersedia di pasaran, Anda bisa mengajarkan anak membaca sekaligus bermain dan terampil dalam mengoperasikan komputer.

Dalam software yang tersedia di beberapa toko buku besar, biasanya bukan hanya berisikan materi pelajaran semata namun juga sarat dengan aneka permainan edukatif yang merangsang anak untuk belajar membaca.

Walaupun bisa dilakukan secara mandiri, di sini peran orang tua diperlukan.

Niscaya dengan metode pembelajaran yang tepat, anak-anak sudah bisa membaca di usianya yang masih balita.

Sumber: Klasika Kompas 21 April 2008

Monday 16 February 2009

Cara Menciptakan Anak Cerdas

Menurut dr. Taufiq Pasiak, anak cerdas adalah anak yang otak rasional, otak emosional, dan fungsi-fungsi motoriknya berjalan secara baik. Jika hanya salah satu yang berkembang, itu akan menghilangkan salah satu bekalnya dalam mengarungi kehidupan dewasa yang lebih keras. Jauh lebih mudah meningkatkan kemampuan otak rasional dan fungsi motorik daripada otak emosional seorang anak.

Otak rasional berpusat di kulit otak (mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan berpikir rasional, seperti berhitung, memecahkan masalah, dan lain-lain). Otak emosional berpusat di sistem limbik (mengurusi soal perasaan: bagaimana kita menguasai diri, mengendalikan, dan bertindak sesuai dengan kadarnya).

Tips / Cara untuk menciptakan / mencetak anak cerdas, jenius, dan kreatif, setidaknya ada 5 hal yang harus diperhatikan betul:

1. Makanan
Ini amunisi otak yang sangat penting. Anak-anak yang kekurangan gizi umumnya memiliki otak yang kurang berkembang. Konsumsi ikan yang cukup, ASI, vitamin, dan mineral merupakan amunisi yang tepat bagi otak. Apa pun kursus yang Anda berikan untuk anak anda tanpa memberinya makanan yang tepat, samalah artinya dengan mengisi ruangan tanpa menguatkan dinding-dindingnya. Gizi adalah bahan baku proses-proses seluler, terutama untuk pembangunan struktur otak.


2. Lingkungan
Makin bervariasi lingkungan hdup anak Anda, makin baik perkembangan otaknya. Warna, bentuk, orang-orang yang berbeda, suasana yang bervariasi, dan lain-lain lebih mudah menstimulasi otak dibandingkan yang homogen. Jika Anda menciptakan lingkungan yang kaya dengan permainan, otak anak Anda berkembang dengan sangat pesat. Karena itu, sebisa mungkin, tempat tidur, tempat belajar (terutama di sekolah-sekolah), dan ruangan keluarga dapat diubah setiap jangka waktu tertentu. Anda perlu juga mengajaknya ke tempat-tempat yang penuh dengan hal-hal baru, seperti di pantai, gunung, dan lain-lain. Semakin bervariasi lingkungan, semakin cepat koneksi sel saraf terjadi.

3. Pengalaman emosional
Sistem limbik lebih dulu matang dibandingkan dengan kulit otak. Akibatnya, anak-anak menjadi sangat peka terhadap rangsangan dan pengalaman emosional. Semua pengalaman emosional yang diberikan pada rentang usia 0-7 tahun ini akan sangat berpengaruh dalam membentuk jalinan antar sel saraf. Pada usia ini, kontrol diri, kesabaran, kerja sama, empati, dan lain-lain lebih mudah dilatih dan tertanam kuat dalam otak dibanding berhitung, membaca, atau kegiatan-kegiatan kalkulatif lainnya. Jangan lupa, kematangan emosional ini lebih menentukan kesuksesan anak Anda di masa depan ketimbang kemampuan berhitung dan main komputer.

4. Stimulasi rasional
Hal-hal yang baru (novelty), menantang (challenge), padu (coherent), dan penuh makna (meaningful) lebih cepat memengaruhi otak ketimbang hal-hal yang lazim dan biasa. Jika setiap hari Anda memperkenalkan kata-kata baru kepada anak Anda, teknik-teknik baru dalam berhitung, tugas-tugas yang menantang dan penuh makna (misalnya, membuat percobaan fisika yang berkenaan dengan hal-hal sehari-hari), otaknya akan lebih cepat berkembang. Hal-hal yang menantang, seperti menemukan bentuk tertentu dalam banyak bentuk, dapat memperbanyak hubungan sel saraf. Origami (seni melipat kertas) adalah salah satu cara memperbanyak hubungan sel saraf. Attention of details juga merangsang otak. Berikan sebuah batu kerikil atau dedaunan kepada anak-anak. Mintalah mereka mencermati alur, warna, bentuk, dan ciri-ciri lain yang tidak tampak jika hanya dilihat sepintas. Perhatian pada hal-hal kecil, terutama bentuk dan warna, membuat sinaps saraf bertambah banyak.

5. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik memengaruhi otak dengan tiga cara: 1) meningkatkan sirkulasi darah ke otak. Artinya, oksigen, gula, dan zat gizi juga bertambah. 2) Memengaruhi produksi hormon NGF (Nerve Growth Factor); dan 3) merangsang produksi dopamin. Zat ini berfungsi penting dalam menata perasaan (mood) anak Anda. Semakin sering dan terampil ia melakukan kegiatan fisik, semakin baik perkembangan otaknya.
Lima hal di atas tidak berdiri sendiri. Semuanya saling melengkapi dan saling memengaruhi. Anda tidak boleh mengedepankan dan memprioritaskan satu di antara yang lain. Jika Anda harus memilih yang utama, disarankan untuk melatih emosi anak Anda lebih dulu. Kematangan emosi memerlukan waktu tertentu untuk berkembang. Sedangkan kecerdasan rasional dapat Anda tingkatkan kapan saja Anda mau.

Wednesday 11 February 2009

Si Kecil Belajar Mengenal Uang


Kompas


Mengajari anak tentang uang dan fungsinya sudah bisa dimulai sejak mereka balita. Ajari si kecil bahwa uang harus dipergunakan sebagaimana mestinya agar ia tidak mudah melakukan apa saja terhadap uang. Berikut tips mudah untuk mengenalkan anak terhadap uang.


1. Ke pasar; Belanja ke pasar tradisional akan memberi anak lebih banyak pelajaran dibanding jika Anda membawanya ke supermarket. Di supermarket anak tidak bisa melihat siapa yang jadi penjual, sebaliknya di pasar, di mana anak bisa melihat interaksi ekonomi antara pedagang dan pembeli. Libatkan si kecil dalam transaksi belanja agar ia bisa berpraktek menjadi konsumen. Misalnya dengan membiarkan si kecil memilih wortel atau mengijinkan ia menyerahkan uang pada si penjual. Beri penjelasan dengan bahasa sederhana dari mana sayuran atau ikan yang dijual didapat, agar ia punya gambaran mengapa Anda membayar sekian rupiah untuk membelinya.


2. Menabung; Apakah si kecil merengek minta diajak ke Dunia Fantasi? Ataukah ia sangat ingin memiliki sepeda mini seperti punya temannya? Ini adalah saat yang tepat untuk mengajari pentingnya menabung. Berikan ia celengan dengan kesepakatan keinginannya akan terkabul bila celengan sudah penuh. Anda juga bisa mengajak seluruh anggota keluarga bersama-sama menabung dalam satu celengan untuk tujuan berlibur bersama, sehingga semua merasa sebagai satu tim dan terpacu untuk menabung.


3. Ikut ke Bank; Melihat transaksi yang dilakukan di bank akan membantu anak memahami makna uang. Jangan lupa untuk melibatkan anak, misalnya membiarkan anak menyerahkan buku tabungan ke kasir bank. Saat anak berusia lima tahun, Anda bisa membuatkan buku tabungan miliknya sendiri. Beri penjelasan yang logis dan positif tentang pentingnya menabung di bank agar ia memiliki kesan positif tentang uang dan bank.


4. Menyumbang; Mengajari anak bahwa sebagian orang yang hidupnya beruntung perlu membantu orang lain yang lebih susah, merupakan bagian penting dalam pelajaran tentang uang. "Keluarga bisa melakukan hal sederhana untuk menanamkan kebiasaan berbagi sejak usia dini," kata Laura Busque, dari Ohio Credit Union League. Menyumbang sejumlah uang di rumah ibadah, atau membeli makanan untuk dibawa ke panti asuhan adalah contoh kecil yang bisa Anda lakukan bersama si kecil. Anda juga bisa mengajari anak melakukan kegiatan sosial yang sesuai dengan minat si kecil. Misalnya bila ia pecinta binatang, ajak si kecil ke tempat penampungan hewan dan memberi binatang-binatang di sana makanan.


5. Beri uang saku; Memberi anak uang saku merupakan cara yang tepat agar ia belajar mengelola uang. Anak akan memahami bahwa semua orang memiliki uang terbatas dan uang yang tersisa hari ini bisa digunakan untuk besok. Ia pun akan belajar memilih barang yang akan dibeli sesuai dengan uang yang dimilikinya.


AN Sumber : babycenter

Tips Memilih Playgroup

Jika kedua orangtua sibuk bekerja, sementara orang yang ada di rumah bukan orang yang cukup tepat untuk membantu si kecil mengasah ketrampilannya, boleh-boleh saja jika orangtua memasukkan anaknya ke playgroup. Berikut ini adalah tips dalam memilih playgroup untuk buah hati tercinta
1. Pilih playgroup yang memiliki nilai lebih dalam semua hal, ketimbang kalau anak tetap bermain dan belajar di rumah. Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai playgroup yang akan dipilih. Misal dengan bertanya kepada saudara atau teman yang telah lebih dulu menyekolahkan anaknya disana.
2. Pilih playgroup yang menawarkan program "trial class" atau "kelas percobaan". Hal ini bertujuan untuk melihat reaksi anak terhadap sekolah barunya. Biasanya kelas percobaan memperbolehkan calon siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar selama 3 hari. Jika anak kita sudah mengikuti kelas percobaan minimal 2x pertemuan, ajaklah anak berdiskusi atau tanyakan pada anak, apakah ia tertarik untuk belajar di sekolah tersebut

3. Sebelum mendaftarkan anak disekolah tersebut, jadilah orangtua yang kritis. tanyakan program sekolah secara lengkap dan rinci. Jika bisa, temui juga calon guru kelasnya yang mungkin akan mendampingi anak Anda.

4. Pilih playgroup yang memiliki sarana fisik yang baik, tingkat keamanan yang baik termasuk kebersihan sekolah.

5. Perhatikan jarak antara sekolah dan rumah. Jangan memilih sekolah yang jauh dari rumah, karena hanya akan membuat anak menjadi malas bersekolah lantaran jauh.

6. Jangan memasang target yang terlalu tinggi pada anak usia playgroup. Ingatlah bahwa fungsi kelompok bermain adalah untuk merangsang tumbuh kembang anak dan juga sarana untuk bersosialisasi.

Thursday 5 February 2009

Mencetak Anak Cerdas?

Anak cerdas tentu dambaan setiap orang, sebab kecerdasan merupakan modal tak ternilai bagi si anak untuk mengarungi kehidupan di hadapannya. Beruntung kecerdasan yang baik ternyata bukan harga mati, melainkan dapat diupayakan.

Dr. Bernard Devlin dari Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburg, AS, memperkirakan faktor genetik cuma memiliki peranan sebesar 48% dalam membentuk IQ anak. Sisanya adalah faktor lingkungan, termasuk ketika si anak masih dalam kandungan.

Untuk menjelaskan peran genetika dalam pembentukan IQ anak, seorang pakar lain di bidang genetika dan psikologi dari Universitas Minnesota, juga di AS, bernama Matt McGue, mencontohkan, pada keluarga kerajaan yang memiliki gen elit, keturunannya belum tentu akan memiliki gen elit. ''Keluarga bangsawan yang memiliki IQ tinggi umumnya hanya sampai generasi kedua atau ketiga. Generasi berikutnya belum diketahui secara pasti, karena mungkin saja hilang, meski dapat muncul kembali pada generasi kedelapan atau berikutnya'', ungkap McGue. ''Orang tua yang memiliki IQ tinggi pun bukan jaminan dapat menghasilkan anak ber-IQ tinggi pula.'' Ini menunjukkan genetika bukan satu-satunya faktor penentu tingkat kecerdasan anak.

Faktor lingkungan, dalam banyak hal, justru memberi andil besar dalam kecerdasan seorang anak. Yang dimaksud tak lain adalah upaya memberi ''iklim'' tumbuh kembang sebaik mungkin sejak si anak masih dalam kandungan agar kecerdasannya dapat berkembang optimal. Dengan gizi dan perawatan yang baik misalnya, si Polan bisa cerdas. Atau dengan menjaga kesehatan secara baik dan menghindari racun tubuh selagi ibunya mengandung dia, si Putri dapat memiliki intelegensia baik. Begitu pula dengan memberikan kondisi psikologis yang mendukung, angka IQ si Tole lebih tinggi dari teman sebayanya. Gizi, perawatan, dan lingkungan psikologis itulah faktor lingkungan penentu kecerdasan anak.

Kisah Helen dan Gladys, sepasang bayi kembar, bisa menjadi salah satu buktinya. Pada usia 18 bulan mereka dirawat secara terpisah. Helen hidup dan dibesarkan dalam satu keluarga bahagia dengan lingkungan yang hidup dan dinamis. Sedangkan Gladys dibesarkan di daerah gersang dalam lingkungan ''miskin'' rangsangan intelektual. Ternyata saat dilakukan pengukuran, Helen memiliki angka IQ 116 dan berhasil meraih gelar sarjana dalam bidang Bahasa Inggris. Sebaliknya Gladys terpaksa putus sekolah lantaran sakit-sakitan dan IQ-nya 7 angka di bawah saudara kembarnya.

Gizi dan Perilaku Ibu

Dr. Devlin menemukan bukti bahwa keadaan dalam kandungan juga sangat berpengaruh pada pembentukan kecerdasan. ''Ada otak substansial yang tumbuh dalam kandungan'', jelasnya. ''IQ sangat tergantung pada bobot lahir bayi. Anak kembar, rata-rata memiliki IQ 4 - 7 angka di bawah anak lahir tunggal karena umumnya bayi kembar memiliki bobot badan lebih kecil'', tambahnya.

Lebih dari 20 tahun terakhir berbagai penelitian juga mengungkapkan korelasi positif antara gizi, terutama pada masa pertumbuhan pesat, dengan perkembangan fungsi otak. Ini berlaku sejak anak masih berbentuk janin dalam rahim ibu. Pada janin terjadi pertumbuhan otak secara proliferatif (jumlah sel bertambah), artinya terjadi pembelahan sel yang sangat pesat. Kalau pada masa itu asupan gizi pada ibunya kurang, asupan gizi pada janin juga kurang. Akibatnya jumlah sel otak menurun, terutama cerebrum dan cerebellum, diikuti dengan penurunan jumlah protein, glikosida, lipid, dan enzim. Fungsi neurotransmiternya pun menjadi tidak normal.

Dengan bertambahnya usia janin atau bayi, bertambah pula bobot otak. Ukuran lingkar kepala juga bertambah. Karena itu, untuk mengetahui perkembangan otak janin dan bayi berusia kurang dari setahun dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan mengukur lingkar kepala janin.

Begitu lahir pun, faktor gizi masih tetap berpengaruh terhadap otak bayi. Jika kekurangan gizi terjadi sebelum usia 8 bulan, tidak cuma jumlah sel yang berkurang, ukuran sel juga mengecil. Saat itu sebenarnya terjadi pertumbuhan hipertropik, yakni pertambahan besar ukuran sel. Penelitian menunjukkan, bayi yang menderita kekurangan kalori protein (KKP) berat memiliki bobot otak 15 - 20% lebih ringan dibandingkan dengan bayi normal. Defisitnya bahkan bisa mencapai 40% bila KKP berlangsung sejak berwujud janin. Karena itu, anak-anak penderita KKP umumnya memiliki nilai IQ rendah. Kemampuan abstraktif, verbal, dan mengingat mereka lebih rendah daripada anak yang mendapatkan gizi baik.

Asupan zat besi (Fe) juga diduga erat kaitannya dengan kemampuan intelektual. Untuk membuktikannya, Politt melakukan penelitian terhadap 46 anak berusia 3 - 5 tahun. Hasilnya menunjukkan, anak dengan defisiensi zat besi ternyata memiliki kemampuan mengingat dan memusatkan perhatian lebih rendah. Penelitian Sulzer dkk. juga menunjukkan anak menderita anemia (kurang darah akibat defisiensi zat besi) mempunyai nilai lebih rendah dalam uji IQ dan kemampuan belajar.

Maka atas dasar hasil penelitian tadi, kita bisa mengatur makanan anak sejak janin. Ketika anak masih dalam kandungan, si ibu mesti makan untuk kebutuhan berdua dengan gizi yang baik. Perilakunya juga mesti dijaga agar tidak memberi pengaruh buruk terhadap janin. Pasalnya, perilaku ''buruk''ibu hamil, merokok misalnya, ternyata juga menjadikan IQ anak rendah.

Penelitian David L. Olds et. al. (1994) dari Departement of Pediatrics, University of Colorado di Denver, AS, menunjukkan bayi-bayi yang lahir dari ibu perokok memiliki faktor potensial ber-IQ rendah, seperti bobot lahir rendah, lingkar kepala lebih kecil, lahir prematur, dan perawatan saat di ICU lebih lama dibandingkan dengan bayi dari ibu tidak merokok selama hamil. Anak dari ibu perokok selama hamil pada usia 12 - 24 bulan memiliki nilai IQ 2,59 angka lebih rendah, pada 36 - 48 bulan memiliki nilai IQ 4,35 angka lebih rendah ketimbang IQ anak dari ibu tidak merokok saat hamil.

Menurut David, asap rokok diduga akan mengurangi pasokan oksigen yang sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan sistem syaraf janin. Nikotin rokok akan membuat saluran utero-plasental menyempit. Akibatnya, sel-sel otak bayi akan menderita hypoxia atau kekurangan oksigen. Asap rokok juga akan memicu terjadinya proses carboxy hemoglobin, yaitu sel-sel darah yang semestinya mengikat oksigen malah mengikat CO dari asap rokok. Selain itu, asap rokok juga mengandung sekitar 2.000 - 4.000 senyawa kimia beracun yang secara langsung mengganggu dan merusak berbagai proses tumbuh kembang sel-sel dan
sistem syaraf.

Merokok selama hamil juga berpengaruh pada kekurangan zat gizi yang diperlukan dalam proses tumbuh kembang sel otak. Misalnya, kebutuhan zat besi akan meningkat karena harus memenuhi keperluan pembentukan sel-sel darah yang banyak mengalami kerusakan. Hal ini akan mengurangi kemampuan dan persediaan zat gizi lainnya, seperti vit. B-12 dan C, asam folat, seng (Zn), dan asam amino. Zat-zat gizi tsb. dilaporkan sangat diperlukan dalam proses tumbuh kembang sel-sel otak janin. Jika terjadi kekurangan zat-zat gizi esensial, proses tumbuh kembang otak tidak optimal, sehingga nilai IQ pun menjadi lebih rendah.

Setelah lahir, asupan gizi bagi bayi juga harus dijaga tetap baik. Idealnya, anak mendapatkan ASI secara eksklusif sampai usia 4 - 6 bulan. Jenis makanan, selain ASI, untuk bayi dan anak balita sebaiknya dibuat dari bahan makanan pokok (nasi, roti, kentang, dll.), lauk pauk, bebuahan, air minum, dan susu sebagai sumber protein dan energi. Jangan lupa, bahan makanan harus diolah sesuai tahap perkembangan dari lumat, lembek, selanjutnya padat. Secara keseluruhan asupan makanan sehari harus mengandung 10 - 15% kalori dari protein, 20 - 35 % dari lemak, dan 40 - 60% dari karbohidrat.

Menu seimbang diberikan sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Sejak awal balita, jika memungkinkan, anak diberi susu sebanyak 500 ml. Namun, jika ASI cukup, susu pengganti tidak perlu diberikan hingga usia dua tahun.

Perhatian juga mesti diberikan terhadap jadwal pemberian makanan. Makan besar tiga kali (sarapan, makan siang, dan malam), makan selingan (makan kecil) dua kali yang diberikan di antara dua waktu makan besar, air minum diberikan setelah makan dan ketika anak merasa haus, serta susu diberikan dua kali, yakni pagi dan menjelang tidur malam.

Untuk mengetahui kecukupan gizi pada anak ada dua cara yang bisa digunakan. Pertama cara subjektif, yakni mengamati respon anak terhadap pemberian makanan. Makanan dinilai cukup jika anak tampak puas, tidur nyenyak, aktifitas baik, lincah, dan gembira. Anak cukup gizi biasanya tidak pucat, tidak lembek, dan tidak ada tanda-tanda gangguan kesehatan.

Cara kedua adalah dengan pemantauan pertumbuhan secara berkala. Cara ini dilakukan dengan mengukur bobot dan tinggi anak, dilengkapi dengan mengukur lingkar kepala pada anak sampai usia 3 tahun. Hasil pengukuran dibandingkan dengan data baku untuk anak sebaya. Jika ditemukan tanda-tanda kurang sehat, seperti pucat atau rambut tipis dan kemerahan, anak perlu diperiksa secara medis. Ada baiknya juga dilakukan pemeriksaan psikologis, terutama bila ada kemunduran prestasi belajar.

Tempat Tinggal dan Cerita

Selain faktor gizi dan perawatan, apa yang dilihat, didengar, dan dipelajari anak, sejak dalam kandungan sampai usia lima tahun, sangat menentukan intelegensia dasar untuk masa dewasanya kelak. Setelah usianya melewati lima tahun, secara potensial IQ-nya telah tetap. Dengan begitu, masa itulah merupakan kesempatan emas bagi kita untuk memacu tingkat kecerdasan anak.

Menurut Jean Piaget, psikolog dari Swis, semakin banyak hal baru yang dilihat dan didengar, si anak akan semakin ingin melihat dan mendengar segala sesuatu yang ada dan terjadi di lingkungannya. Karenanya disarankan agar orang tua memperkaya lingkungan tempat tinggal (kamar tidur atau kamar bermain) bayi dengan warna dan bunyi-bunyian yang merangsang. Umpamanya, gambar-gambar binatang atau bunga, musik, kicauan burung, dsb. Semuanya mesti tidak menimbulkan ketakutan dan kegaduhan pada anak.

Para pakar juga yakin lingkungan verbal bagi anak juga tak kalah pentingnya. Bahasa yang didengarkan anak bisa meningkatkan atau menghambat kemampuan dasar berpikirnya. Penelitian hal ini dilakukan psikolog Rusia. Ia membayar para ibu keluarga miskin untuk membacakan cerita dengan suara keras untuk bayi mereka masing-masing selama 15 - 20 menit setiap hari. Menjelang berusia 1,5 tahun, bayi menjalani pengukuran. Hasilnya, bayi-bayi itu memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik ketimbang bayi-bayi seusianya di daerah yang sama.

Penelitian lain dilakukan di sebuah sekolah perawat di New York, AS, terhadap dua kelompok anak usia tiga tahun. Masing-masing anak diperlakukan secara berbeda. Kelompok pertama diberi pelajaran berbahasa selama 15 menit setiap hari. Kelompok kedua diberi perhatian khusus juga selama 15 menit tanpa pelajaran bahasa. Setelah 4 bulan ternyata kelompok pertama mendapatkan kenaikan intelegensia rata-rata sebesar 14 angka. Sedangkan kelompok kedua kenaikan rata-ratanya cuma 2 angka.

Nah, untuk mendapatkan anak cerdas ternyata gampang. Cuma dengan memberi makanan sehat, perawatan baik, dan lingkungan psikologis yang mendukung sejak dalam kandung hingga usia lima tahun, besar kemungkinan harapan kita akan tercapai.

by : Khamid Wijaya/dr. Audrey Luize/M. Harli/Masitoh

Umur Berapa Idealnya Anak Masuk Play Group?

Anakku umur 2,5 thn. bicaranya belum lancar dan tidak banyak teman di lingkungan rumah..cukup g cuma bermain n belajar dengan ibunya dirumah?Tp gw kerja buk..mana mungkin??....

Jawabnya adalah :

Play group adalah suatu tempat dimana anak dapat mengembangkan beberapa kemampuan dasarnya seperti kemampuan motorik kasar dan halus, mengembangkan kemandirian, bersosialisasi, berbahasa dan berkomunikasi, mengenal kehidupan beragama, ketrampilan dll. Diharapkan dengan anak mengikuti kegiatan di play group ini tumbuh kembangnya menjadi optimal sampai sebelum ia memasuki pendidikan dasar.

Yang perlu diingat adalah PLAY GROUP BUKANLAH PRA TAMAN KANAK-KANAK. Jadi tidak setiap anak yang mau masuk taman kanak-kanak ia harus masuk dulu ke play group. Anak bapak dapat dimasukkan ke play group terus sampai usianya memasuki usia sekolah dasar. Atau bapak langsung memasukkan anak bapak ke Taman Kanak-kanak pada usia yang telah di tentukan misalkan 3,5 atau 4 tahun.

Memang fenomena yang terjadi saat ini adalah anak yang mau masuk TK harus masuk play group dulu, dan itu adalah paradigma yang salah. Jadi bapak bisa memilih mencari play group yang baik dimana anak bapak dapat beraktifitas hingga usia sekolahnya. Atau bapak memasukkan anak bapak di TK ketika usianya sudah mencukupi. Tidak ada dampak yang buruk bagi anak yang tidak masuk play group pada usia dini, selama di rumah anak sudah mendapatkan stimulasi yang cukup dari orangtua dan mendapat kesempatan untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya.

Jadi apabila di rumah anak bapak tidak punya teman bermain baik yang seusia maupun lebih, bapak dan ibu tidak punya waktu untuk menstimulasi anak, pengasuhnyapun tidak mampu menstimulasi anak, barangkali memasukkan anak ke play group bisa menjadi alternatif yang baik. Bagaimanapun juga stimulasi dari orangtua memberikan manfaat yang lebih bagi anak, anak jadi berkembang dan hubungan dengan orangtua menjadi lebih dekat. Setiap orangtua itu mempunyai kemampuan untuk menstimulasi anaknya dengan baik, selama orangtua juga mau belajar dan memahami tumbuh kembang anak itu.

Maka sekarang pilihan ada pada bapak, akan memasukkan anak ke play group atau tidak. Yang perlu diingat juga adalah ketika kita memilih suatu bentuk pendidikan kepada anak, perhatikan juga karakteristik dan keinginan anak. Jangan sampai ambisi orangtua ingin memberikan yang terbaik untuk anak melupakan anak sebagai subyek pelaku kegiatan ini nanti bisa menjadi boomerang.

PG/ TK ISLAM SMART BEE - Children Education

My photo
Based on Islamic system. We commit to be partner for parents to provide educated play ground for their beloved children. Contact us: Jl.Danau Maninjau Raya No.221, Ph 62-21-7712280/99484811 cp. SARI DEWI NURPRATIWI, S.Pd